Air 3

555 26 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid murid SMA Andromeda berdesak desakan menuju pintu surga. Gerbang sekolah tentunya.

Caltha memasukkan barang barangnya. Setelah selesai ia menggendong tasnya yang berwarna biru langit.

"Mel, Vin, gue pulang duluan ya? Bye!" Tanpa mengindahkan jawaban kedua sahabatnya. Caltha langsung pergi keluar kelas menuju kelas sebelas IPA 1. Kelas Aldino.

Saat sampai sana sudah disambut oleh Hilary. "Oh, Caltha ngapain kesini tumben banget?" Tanya Hilary. "Gue mau ke Aldino. Mau belajar bareng. Ada Al nya?"kata Caltha. Hilary tersenyum menggoda.

"Wiih! Lo beruntung Tha! Baru kali ini si Aldino ngajak orang belajar bareng, perempuan lagi!" Seru Hilary semangat.

"Buat olimpiade." Suara berat itu membuat Caltha dan Hilary menengok. Dan terlihatlah Aldino dengan wajah datar.

"Woaah! Modus lo bisa bener Al!" Seru Hilary lagi. Aldino mendengus sedangkan Caltha cengo. Aldino tak menghiraukan kata sahabat nya itu, pemuda itu hanya memilih pergi begitu saja.

Caltha yang melihat Aldino pergi pun langsung menghampirinya tanpa berpamitan pada Hilary.

"Have fun yaaa!" Teriak Hilary sambil melambaikan tangan dan tersenyum lebar ke arah Caltha dan Aldino. Sedangkan Caltha dan Aldino tidak meladeni.

Caltha berjalan mensejajari langkah nya dengan langkah Aldino. Caltha mendengus.

Caltha tidak suka diam. Caltha tidak suka di kacangin. Tapi anehnya Caltha suka sepi.

"Al," akhirnya Caltha membuka mulut. Aldino hanya menggumam. Caltha dan Aldino menginjakkan kaki keluar gerbang. "Lo tau nggak? Waktu SMP gue pernah ikut lomba renang gitu dan gue menang, abis itu gue di kasih selamat gitu sama semua sekolah dan mulai dari itu gue jadi terkenal." seru Caltha semangat.

"Oh." Ucap Aldino tanpa melirik Caltha. Caltha mendengus lagi.

"Yaelah, cuma 'oh' doang? Gue cerita kayak gitu tuh biar nggak diem aja. Gue kan nggak suka diem dieman kayak gini berasa kayak canggung gitu." Caltha mengerucutkan bibirnya. Lalu matanya menatap kedepan. Kearah trotoar yang ramai dengan siswa siswi yang pulang dengan jalan kaki atau berdiri menunggu jemputan.

Aldino tidak menjawab. Cukup, Caltha menyerah kali. Sepanjang jalan menuju kafe mereka diam. Tak ada yang mencoba berbicara. Caltha hanya berjalan sambil menendang nendang kerikil yang ada di trotoar.

Kring!

Denting bel pintu kafe berbunyi seiring dengan masuknya Aldino dan Caltha di kafe itu. Mereka memilih duduk di pojok dekat jendela besar. Tak lama setelah mereka duduk. Pelayan datang menanyakan pesanan mereka.

"Taro Latte satu. Lo mau apa Al?"

"Dark chocolate."

"Udah itu aja."

Lalu pelayan itu pergi setelah mencatat pesanan Caltha dan Aldino.

Aldino mengambil buku paket Fisikanya lalu membacanya. Caltha juga.

Aldino mengambil earphone menyumpalkannya ketelinga. Caltha mengernyit.

"Al,"

"Hm?"

"Lo nggak ke ganggu belajar sambil dengerin musik gitu?"

Aldino berdecak lalu menggeleng.

"Gue sih ya keganggu banget, soalnya tuh gue nggak bisa fokus gitu, fokusnya malah ke lagu."

Aldino mendengus.

"Diam!" Ketus Aldino menatap tajam kearah Caltha. "Gue kan cuma mau ngobrol abisnya lo diem mulu."kata Caltha kesal.

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang