Air 6

413 24 1
                                    

Caltha berlari larian di koridor kelas sebelas. Dia terlambat karena kesiangan. Dan sekarang dia bahkan tidak sadar bahwa mukanya masih menunjukkan muka bantal. Caltha terus berlari. Dan dia menghela nafas lega ketika sampai di depan kelasnya Sebelas IPA 2. Dan mungkin ia benar benar akan mengadakan sukuran karna guru belum datang. Keberuntungan di pihak Caltha.

Caltha mengambil cermin kecil yang selalu di bawanya dalam saku rok abu abunya. Caltha bercermin. Lalu matanya sukses membulat ketika melihat lingkaran hitam di bawah matanya. Dan wajahnya yang nggak banget.

Tanpa pikir dua kali, Caltha melesat menuju toilet perempuan. Caltha hampir menjerit saat pantulan wajahnya benar benar jelas kali ini di kaca wastafel toilet. Oh, sangat memalukan.

Caltha langsung membasuh wajahnya. Menyadari belum berubah, ia mencobanya berkali kali lagi lagi dan akhirnya bentuk setengah lingkaran berwarna hitam itu hilang. Caltha menghela nafas lega.

Caltha berderap menuju kelasnya lagi. Tubuhnya menegang ketika menyadari sudah ada guru yang sedang komat kamit memberikan materi pada murid Sebelas IPA 2. Ia menepok jidatnya.

Caltha berfikir keras. Ia mau bolos. Tapi, ditaruh dimana harga dirinya kalau bolos? Tapi,kalau masuk juga mustahil karna pasti ia akan mendapatkan hadiah berupa siraman qolbu atau nasihat dari guru yang sekarang tengah mencorat coret papan tulis.

Entah kenapa kaki Caltha tiba tiba berjalan dengan sendirinya. Seperti boneka kayu yang dimainkan. Caltha melotot pada dirinya sendiri. Lalu tangannya bergerak ke atas ingin mengetuk pintu. Susah payah Caltha menarik tangannya,namun seolah ada yang menyuruh tangan C altha bergerak mengetuk pintu.

Seketika sekelas beserta guru menatap kearahnya.

Mati gue.

"Pe-permisi?" Kata Caltha ragu ragu. Bapak guru dengan kumis dan jenggot tebal itu menatap tajam Caltha. Caltha meneguk saliva nya.

Ingatkan dia untuk menyuruh Pandanya melindasnya menggunakan kereta api.

"Kamu? Sini masuk!"kata guru jenggot itu. Siapa namanya? Oh siapa ya? Ah iya. Pak Ratmo. Guru matematika. Semenjak Kinan dkk lulus. Banyak guru di SMA Andromeda pensiun karena umur.

Oke balik ke cerita.

Caltha menginjakkan kaki dengan ragu. Ini lebih menegangkan dibanding masuk rumah angker di ujung perumahannya. Caltha membayangkan Pak Ratmo itu adalah Pocong berkumis. Oke,katakan bahwa Caltha kurang ajar. Namun keadaan yang memaksanya.

Caltha menghadap ke depan,ke arah teman sekelas nya yang sedang memandang Caltha heran. Tentu heran karena Caltha tidak pernah terlambat. (Walau dia terkenal dengan kemalasannya).

"Kenapa kamu telat?" Caltha lagi lagi meneguk salivanya. Suara Pak Ratmo lebih seram di banding suara Key jika sudah marah.

"Saya tadi ke toilet pak. Kebelet boker." Caltha menutup mulutnya sendiri. Sungguh,Caltha tidak mengatakan ini. Tapi mulutnya. Wajah Caltha pucat pasi. Melihat teman sekelasnya tertawa dengan bahagia. Sungguh jahat mereka,bahagia di atas penderitaan orang lain.

Pak Ratmo memincingkan matanya menatap Caltha yang sedang gemetaran dengan pipi merah karena malu. Lalu Pak Ratmo menghela nafas. "Yasudah duduk sana." perintah Pak Ratmo.

Hati Caltha sujud sukur karena tidak dapat hukuman karena telat.

Saat duduk. Caramel sedang memandangnya sambil terkikik. Caltha mendengus lalu menatap tajam Caramel. "Uuh maap,Vinna bunda Caltha ngamuuk!" Kata Caramel sok bersikap seperti anak kecil yang sedang memohon pertolongan ke ibunya.

Vinna yang duduknya di didepan Caltha menengok sambil mendengus ke arah Caramel. Lelah dia menghadapi Caramel yang hiperaktif.

"Caramel!" Suara Berat milik Pak Ratmo membuat Caramel bergeming. "Diam,jika ketahuan berisik kamu keluar!"kata Pak Ratmo. Sekarang wajah Caramel lah yang pucat.

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang