Air 23

233 18 0
                                    

Belum sempat air mata Caltha tumpah. Sebuah tangan terulur di wajahnya. Caltha mendongak. Matanya membesar saat melihat siapa yang ada di sana.

"Ayo, gue bantu." pemuda sang pemilik tangan itu menjulurkan lagi tangannya. Caltha menerima uluran itu. Pemuda itu menarik tangan Caltha agar memudahkan gadis mungil itu naik ke atas.

Caltha menghela nafas lega ketika dirinya sudah menginjak aspal jalanan lagi. Ia membersihkan roknya yang kotor karena tergesek lubang tadi.

"Makasih ya."  Caltha melengkungkan bibirnya yang menular ke pemuda itu. "Sama sama, lagian ngapain lo sore sore pacaran sama lubang?" Pemuda itu mengangkat alis dengan wajah menggoda.

Caltha cemberut. "Gue nggak tau suer, lagi jalan tiba tiba ada lubang, padahal tadi pagi perasaan nggak ada tuh lubang." Caltha menyisir nyisir rambut hitamnya menggunakan jari jari tangannya.

Pemuda itu hanya terkekeh. "Mau kemana emangnya lo?" Tanya pemuda itu.

"Gue mau ke kafe yang di belokan itu, gue janjian sama Aldino."

Pemuda itu mengangguk angguk paham. "Mau gue anter pulang? Udah jam setengah enam, bentar lagi magrib, nggak baik perempuan magrib di luar rumah."

Caltha mengecek jam tangannya. Benar juga, sudah berapa lama ia di lubang itu?

Eh, tapi jika ia pulang, Aldino bagaimana?

"Tapi—"

"Aldino juga udah pulang kali, udah kelamaan juga dia nunggu."

Seperti tau apa yang di pikirkan Caltha. Pemuda itu menjawab dengan santai. Namun, hal itu membuat Caltha kembali berpikir. Hati Caltha mengatakan ke kafe dan menemui Aldino. Logikanya membenarkan apa yang di katakan pemuda itu.

Tapi, pemuda itu ada benarnya juga. Caltha menengok ke arah pemuda itu yang sudah beberapa langkah di depannya, menuju ke motor yang terparkir di sana.

"Farrel! Tunggu!"

***

Aldino menatap datar ketika dua insan berbeda jenis itu melintas di hadapan kafe. Ia duduk di dekat kaca besar sehingga ia dapat melihat ke luar.

Yang pastinya melihat sebuah motor besar berwarna hitam melintas. Membawa dua manusia berbeda jenis yang sedang bercanda ria di sana.

Dan Aldino ingat betul siapa yang ada di jok belakang itu.

Hati dan otak Aldino terus berdebat. Mengutarakan apa pemikirannya. Hatinya bilang ia cemburu, namun otaknya menyangkal.

Yang dilakukan hanya mendengus lalu bangkit dan keluar dari Kafe tersebut.

***

Bel istirahat adalah salah satu dari sekian banyak bel yang di tunggu para murid. Dan benar saja, baru beberapa detik bel tersebut berbunyi, semua murid Andromeda mulai memenuhi koridor, lapangan dan yang terpenting adalah kantin.

Sama halnya dengan Caltha dan yang lainnya. Mereka selalu saja menomor satukan kantin saat jam istirahat tiba.

"Huuuh, akhirnya istirahat juga gue." Caramel mendudukkan dirinya dengan dramatis ke kursi kantin, hingga selanjutnya di susul dengan ringisan dari mulut Caramel sendiri.

"Mampus! Kayak nggak pernah duduk aja." Caltha melempar gulungan tisu ke wajah Caramel yang sedang mengelus elus punggungnya yang nyeri.

Caramel mendengus.

"Pesenin dong Vin!" Caramel menyandarkan punggungnya ke kursi ketika dirasa nyeri di punggung nya mereda.

Namun, permintaan Caramel membuat Vinna cemberut. Dan Caramel hanya menunjukan cengiran bodohnya. Vinna bangkit lalu menanyakan pada kedua sahabatnya ingin pesan apa, setelah itu ia pergi dan tertelan oleh murid lain yang sedang berjuang mengantri dan berteriak di sana.

"Nggak usah nyengir gitu, keliatannya lo kayak orang bego banget!" Lagi, Caltha melemparkan gulungan tisu ke arah wajah Caramel yang cemberut.

Caramel melipat tangannya di depan dada, lalu membuang muka merajuk. "Malah ama Atha!"

Caltha kembali melempar gulungan tisu ke wajah Caramel karena suara Caramel yang dibuat seperti anak kecil yang sedang mengambek.

"Nggak usah sok imut, nanti jatohnya amit amit!"

"Sialan!"

***

Caltha berjalan sendiri di sepanjang koridor menuju kantin. Lagi lagi ia harus kekantin sendiri karena sahabatnya itu sedang mendinginkan badan akibat panas olahraga tadi.

"Aw!"

Caltha mengaduh sambil mengelus jidatnya yang menyentuh lantai. Ia juga mendengar kekehan geli dari belakangnya. Ia berdiri, lalu membalikkan badan. Matanya melebar ketika melihat Azzyra, Cherry dan lainnya tertawa kemenangan.

"Enak nyium lantai?" Tanya Azzyra sarkatis. Emosi Caltha makin menaik ketika melihat Cherry memperagakan bagaimana ia jatuh tadi dengan wajah yang bener bener nggak enak dilihat. Disambut dengan tawa  dayang dayang mereka.

"Lo!" Caltha menatap tajam ke arah Azzyra Cherry, tangannya mengepal, bersiap melayang ke arah pipi salah satu dari mereka. Atau kalau bisa dua duanya.

"Uuh, takut deeh princess Andromeda marah!" Caltha tambah muak ketika melihat Azzyra berlagak pura pura takut.

Selanjutnya Azzyra tersenyum sinis sambil menatap tajam Caltha. Caltha hanya diam, namun tangannya sudah gatal ingin menggaruk wajah mulus Azzyra dan wajah totol totol Cherry.

"Jauhin Aldino!" Kata Azzyra dingin. Tangannya ia lipat di depan dada. "juga Farrel!" Sambung Cherry. Nada mereka seperti nada mengintimidasi.

Caltha tersenyum sinis. "Kenapa? Lo iri? Lo iri karena gue bisa secara gampang deketin mereka?" Caltha ikut menyilangkan tangan di depan dada.

Cherry geram, ia menjambak rambut hitam Caltha dengan ganas, membuat sang pemilik rambut meringis. "Gue sama lo itu seharusnya famousan gue! Lo itu modal operasi plastik!" Kata Cherry sambil mengeratkan cengkraman di rambut Caltha.

Lagi lagi Caltha meringis.

Ia menjerit tertahan ketika sebelah rambutnya lagi di Jambak oleh Azzyra dengan ganas. "Dan Aldino lebih pantes sama gue!" Ketus Azzyra ia juga mengeratkan jambakkannya.

Caltha menjerit tertahan. Rasanya sangat pedas, kepalanya juga pusing. Matanya berkunang-kunang.

"Azzyra! Cherry!" Jerit seorang pemuda. Dari jauh Azzyro, Aldino, Favian dan Hilary langsung berlari tergesa menuju tempat Caltha di jambak.

Para pemuda itu terkejut melihat keganasan dari Azzyra dan Cherry. Wajah Cherry dan Azzyra pun pucat. Ia melepas begitu saja membuat Caltha terhuyung. Untung saja dapat di tangkap oleh Aldino. Ia memegangi tangan Caltha, membantunya berdiri, karena Caltha sangat lemas.

"Lo apa apaan sih Ra! Mamah nggak pernah ngajarin lo kayak gitu!" Bentak Azzyro, tak menyangka saudara kembar yang ia kenal baik dapat menjadi seperti singa.

Azzyra tersenyum sinis. "Gue nggak ada yang ngajarin. Gue otodidak, alias belajar sendiri." Lalu Azzyra berbalik badan dan meninggalkan Pemuda pemuda yang menatapnya tajam bercampur tak percaya, juga Caltha yang mulai kehilangan kesadarannya.

***

Hai hai hai. Lagi lagi aku telat. Maaf yaa. Biasa kawan K.U.O.T.A. Aku emang boros kuota banget sih 😂 beli 2GB abis dalam waktu kurang dari dua Minggu. Hebat kaan?

Ohya. Temen aku ada yang nanya, katanya, "Ni, kapan konflik?"

Ini udah konflik kok, tapi konflik ini itu nggak terlalu berat gitu. Terus, konflik ini terungkap nya secara perlahan. Kayak lagu, pelan pelan saja hehe.

Oke deh segitu dulu yang aku omongin. Aku kedepannya slow update deh kayaknya.

Dadah😘

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang