Air 8

385 20 0
                                    

"Bunda maaf, aku pulang telat." kata Caltha sambil menyalimi punggung tangan Natan. Natan hanya tersenyum penuh arti.

"It's okay. Bunda tau kenapa kamu pulang telat,"

Caltha mengernyit.

"Kamu terlalu nyaman bersama Aldino dan lupa waktu." kata Natan sambil terkekeh. Caltha yang mendengar itu mengerucutkan bibir.

"Aku sama Al cuma makan udah itu aja!" Kata Caltha.

Natan terkekeh. "Yaudah,sekarang kamu ganti baju terus makan." kata Natan. "Hah? Tadi kan Caltha baru aja makan Bun?" Tanya Caltha bingung, ia baru saja makan dan sekarang di suruh makan lagi? Tidak, Caltha tidak ingin gemuk.

"Kamu makan lauknya aja juga nggak papa kok, kan kata Panda kalo makan nggak boleh ada orang yang absen di meja makan, kecuali Panda, dia kan kerja." Kata Natan lalu berjalan ke arah dapur.

Caltha mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya.

Beberapa menit kemudian Caltha keluar kamar dengan baju santainya. Lalu Caltha menuruni tangga. Menuju meja makan.

Disana sudah ada Natan dan Cello. "Hallo epribadih!" Sapa Caltha lalu duduk di kursi sebelah abangnya. "Bahagia amat lo kayaknya," goda Cello. Matanya mengerling jahil kearah Caltha.

"Yaiyalah, abis kencan." goda Natan. Caltha memajukan bibirnya. "Bunda! Caltha itu cuma makan, nggak kencan!" Elak Caltha. Sedangkan Cello dan Natan hanya terkikik.

Caltha mengambil piring dan lauk berupa chicken dengan perasaan jengkel. "Uuh yang ngambek!" Cello menoel dagu Caltha. Caltha berdecak sambil menekuk wajahnya. "Muka lo jelek banget ih!" Kata Cello melihat wajah ketus Caltha. Itu seperti tumpukan buku yang sudah berdebu.

Caltha tetap diam. Caltha memakan makanannya dengan menggigit nya kasar. Cello menyerah dan mulai memakan makananya lagi.

Cello meneguk setetes terakhir air putihnya. Caltha pun sama. Natan tersenyum sambil membereskan bekas makan mereka.

"Bunda, Panda mana?" Tanya Caltha.

"Biasa lagi dinas. Sekarang lagi ke Cirebon."jawab Natan sambil menaruh piring kotor ke wastafel. Caltha mengangguk mengerti. "Caltha mau nyoba naik lokomotif." kata Caltha. Cello yang ada di sebelahnya tertawa keras.

Lagi lagi Caltha mendengus. "Eh! Lo kayak bocah banget sih?" Kata Cello disela sela tawanya. Caltha bangkit sambil menghentakkan kakinya hingga menimbulkan decitan kursi. Lalu Caltha berjalan menuju kamarnya.

"Yeee woy dek! Lo mah marah beneran!" Cello pun bangkit dan menyusul Caltha. Caltha menutup pintu kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya.

Terdengar pintu terbuka dan Caltha langsung duduk dan membuang muka. "Yaah Caltha jangan marah doong, abang kan bercanda." Cello duduk di samping Caltha. Tangannya terangkat berusaha mengelus rambut adiknya itu. Namun, ditepis oleh Caltha.

"Yaelaah, emang cewek selalu kayak gini ya kalo marah?" Gumam Cello. Caltha bersusah payah agar tidak tertawa. Sungguh ia ingin sekali tertawa. Entah kenapa sikap abangnya ini terlihat lucu.

"Ah, abang sore ini mau ke Areta." kata Cello. Otomatis mata Caltha berbinar. Caltha menengok kearah Cello. "Serius? Ikuut!" Seru Caltha memeluk lengan abangnya.

Cello tersenyum jahil lalu membuang muka pura pura marah. "Nggak boleh, lo lagi marah jadi nggak boleh ikut." Cello menepis tangan Caltha yang sedang memeluk lengannya.

Sekarang gantian Caltha yang menekuk wajahnya. "Ayolah baang, jangan kayak gitu laah Caltha mau ikuut," Caltha memukul mukul bahu abangnya.

Cello berusaha keras agar tidak tertawa. Ia ingin tertawa karena berhasil mengerjai adiknya yang ambekan itu. Tapi Cello sayang.

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang