Air 21

264 17 7
                                    

"Mah." Aldino menyembulkan kepalanya ke dalam kamar Kinan. Aldino menghela nafas saat melihat mamahnya yang cantik jelita itu sedang berpetualang dalam mimpi.

Aldino memutuskan berbalik lalu berjalan menuju dapur berencana melepaskan dahaganya. Setelah melepaskan dahaganya, ia pergi menuju kamarnya.

Aldino mendesah ringan saat tubuhnya terbaring di atas kasurnya. Ia menghela nafas. Terlalu banyak fikiran di otaknya. Dan, kesalnya, fikiran tentang hal tidak penting masuk ke dalam otaknya. Bahkan hatinya.

"Al?"

Aldino menengok ke arah pintu kamarnya. Terdapat kepala mamahnya menyembul di sana. Sejak kapan mamahnya bangun?

Pintu kamar Aldino terbuka lebar sempurna, menampilkan mamahnya secara utuh.

"Anterin yuk?" Kata Kinan. Ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Ke supermarket." lanjut Kinan. Ia menengok ke arah Aldino yang sedang menimbang. Aldino mengangguk membuat Kinan loncat dari tempatnya.

"YEY! Jam 4 oke?! Mamah tunggu." setelah mengatakan itu Kinan segera berlari menuju kamarnya.

Aldino menghela nafas lagi. Ia membuka ponselnya. Sepi. Tak ada notifikasi. Tumben sekali biasanya Hilary meramaikan grup. Favian? Sedang menemui Mario teguh untuk menambah tingkat ke bijakan nya mungkin, atau sedang browsing di internet kata kata bijak atau motivasi lainnya.

Dari pada diam seperti remaja galau tingkat dewa. Ia memutuskan untuk ke kamar mandi dan menunaikan bersih bersihnya. Jika tidak, mamahnya akan seperti anak kecil yang ngambek tidak di belikan mainan.

***

Supermarket sore ini tidak begitu ramai. Karna memang sekarang adalah tanggal tua, tanggal dimana dompet para manusia menipis. Kinan ke supermarket sebenarnya hanya ingin membeli daging. Aldino bilang, kenapa nggak beli di pasar aja? Tau nggak Kinan jawab apa? Nggak papa Al biar kayak ibu ibu kekinian. Astaga.

Aldino mendorong trolly belanjaan dengan malas. Sedangkan Kinan yang berjalan di depannya melihat ke sekeliling supermarket dengan pandangan berbinar.

"Al! Al! Al! Itu daging ada di sana!" Seru Kinan semangat sambil menunjuk nunjuk tempat di mana adanya daging sapi. Aldino mendorong trolly nya dengan malas mengikuti langkah ceria Kinan. Sebenernya yang anak disini siapa sih?

Kinan mengambil tiga daging sapi yang sudah di bungkus dengan rapih. "Al, beli tiga aja ya? Kan daging jarang di pake juga, biar hemat." kata Kinan.

Aldino hanya mengangguk.

Kinan kembali berjalan ke rak rak makanan ringan. Katanya untuk ngemil kalo nonton drama Korea. Aldino hanya menurut. Ia menuntun trollynya lagi lagi dengan langkah malas.

Mata Aldino menajam. Ia menatap lekat perempuan seumuran Kinan yang sedang berjalan menuju ke arahnya dan Kinan. "Hai Kinan." sapa perempuan itu. Kinan mengangguk samar sambil tersenyum tipis. Perempuan itu menengok ke arah Aldino.

"Oh, Olive, ini anak gue, Aldino."

Ya, perempuan itu adalah Olive si perusak hubungan. Si penipu yang sudah menipu nenek Aldino. Yang sudah membuat Kinan dulu menderita.

Olive tersenyum ke arah Aldino.

Namun, senyuman itu terasa berbeda.

***

"Bang Cello!"

Caltha berlari dari lantai atas ke lantai bawah, tepat dimana abangnya dan 'musuh bebuyutannya' Yura. Ha! Siapa yang sangka mereka sekarang begitu sangat dekat?

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang