Air 29

251 18 0
                                    

Caltha memainkan game di ponselnya dengan malas. Kini ia sudah di rumah karena sudah jamnya untuk pulang. Ia benar benar bosan karena di rumah tak ada siapa siapa. Huh, kemana abangnya, ia benar benar ingin menjahilinya dengan mencabut bulu kaki abangnya yang keriting itu.

Sekilas ia teringat dengan perlakuan Aldino tadi di sekolah. Caltha merasa, Aldino seakan menghindari dirinya. Terbukti saat pulang sekolah, Caltha menunggu Aldino di parkiran, ingin membuktikan bahwa Aldino tidak marah padanya. Lagi pula, Caltha salah apa?

Caltha menunggu di parkiran sampai setengah jam, dan saat itu Aldino datang. Tentu saja Caltha menyapanya dengan semangat empat lima. Namun, semangat Caltha luntur ketika Aldino menatapnya dingin juga nada bicaranya yang benar benar dingin.

"Mau apa lo disini?"

Sial. Caltha membanting ponselnya di kasur lalu mengusap kasar wajahnya. Bayang bayang suara Aldino dan tatapannya yang dingin itu membuat hatinya sesak. Ia tak tahu apa kesalahannya sehingga membuat Aldino seperti itu. Apa Aldino marah karena bukannya menjawab Caltha malah meminta pada Aldino di belikan ayam warna-warni?

Caltha memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Mungkin cuci muka dapat menyegarkan fikirannya.

***

Keesokan harinya, Caltha hanya duduk dengan kepala di telungkup kan di atas lipatan tangannya. Caltha benar benar mengantuk karena tadi malam ia bukannya tidur malah bermain dengan Udin—ayam warna warni kalau kalau kalian lupa.

Jam pelajaran bahasa Inggris pun ia tidak fokus karena tertidur.

"Lo kenapa dah Tha? Abis begadang?"

Caramel benar benar heran dengan Caltha. Ia tahu Caltha memang malas, namun ia tidak pernah melihat Caltha tertidur saat jam pelajaran, paling hanya memejamkan mata, karena masih bisa mendengar apa yang di jelaskan guru.

Melihat Caltha mengangguk membuat Caramel kesal sendiri, untuk apa sahabatnya itu begadang?

"Ngapain coba, kayak ronda aja lo!"

Caltha menegakkan badannya sambil sedikit me rileks kan badannya, uh badannya pegal pegal semua.

"Main sama ayam,"

"Si goblok!"

Caramel mendesis kesal. Sahabatnya benar benar, ia tak habis pikir.

"Lo kenapa sih? Masih mikirin kenapa Al jadi jutek gitu sama lo? Oh ayolah, Al kan memang begitu sifatnya?"

Kilatan bingung bercampur sedih kini terlihat jelas pada mata Caltha. Caltha menggeleng, tidak setuju dengan apa yang dikatakan Caramel.

"Aldino kalo sama gue cuma datar, nggak sampe dingin kayak orang nggak kenal gitu, emang sih, dulu dia gitu, tapi kan sekarang udah beda, tau kan maksudnya?"

Caramel mengangguk samar, dalam hati ia menyetujui kata kata sahabatnya itu. Ia pun bertanya tanya, ada apa dengan Aldino?

"Oh ya, si anaknya Mario teguh mana?"

Caramel menolehkan wajahnya pada Caltha sepenuhnya.

"Dia nggak masuk! Lo sih, molor mulu!"

Caltha meringis sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia melihat ke arah jam dinding di kelasnya, masih ada waktu lima belas menit sebelum bel masuk untuk mengisi perutnya.

"Kantin yuk Mel!"

***

Caltha dan Caramel berjalan beriringan menuju kantin. Saat di ambang pintu masuk kantin, mereka mengedarkan pandangan, mencari tempat duduk yang kosong. Dapat, terdapat di dekat taman samping.

AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang