8) Agreement

79.3K 1.1K 85
                                    

Adam

"AlyaaaaaーSayaaaaang!" Gue merajuk dan memeluk sebelah lengan Alya yang sekarang lagi masak makan malam. Alya mendecak kesal, tapi ya cuma sebatas itu. Gue ngga dihiraukan lagi.

"Hon, honey! Jawab sekarang hon, kasih aku kepastian." Gue mengguncang-guncang lagi lengan kanan Alya.

Dan sekarang gue dan Alya udah masuk ke tahap aku-kamu dalam hubungan kita. Sweet isn't it? Ahee gue tahu ini gue aja yang lebay ya, tapi gue merasa dengan perubahan ini hubungan gue dan Alya terasa semakin manis. Hubungan gue dan Alya juga baik-baik ajaーharus gue ralat, semakin membaik.
Meskipun belum nananinaーyang gue yakin kalian tahu itu apaーtapi gue dan Alya semakin sering melakukan kontak fisik. Seperti apa? Itu rahasia gue dan Alya, yang pasti kita berdua belum sampai ke tahap bikin baby. Meskipun gue sering banget menggoda Alya ngajak istri mungil gue ini buat bikin baby, tapi itu cuma sebatas ngegoda doang, itu jadi semacam bercandaan gue untuk Alya.
Terimakasih, kalian boleh mencela dan mencaci gue ataupun menertawakan gue, tapi gue ngga mau bikin Alya kaget dengan perubahan drastis dalam hubungan kita, gue ngga mau menuntut terlalu banyak dari Alya. Just let it flow dude. Akan ada saat yang indah untuk gue dan Alya nanti.

Alya menaruh piring yang berisi tempura di meja makan, dan gue masih merecoki Alya dengan bergelayut di lengan kanannya.
Persis kaya anak kecil yang ngamuk ke emaknya karena gak di kasih duit jajan. Tapi bedanya, gue bukan gak dikasih duit untuk jajan, gue gak di kasih kepastian sama Alya saat ini.

"Alya Nabilah Tjahjanto Alfonso!" Gue menangkup wajah Alya, mengarahkan matanya ke manik mata gue. Udah seharian ini Alya menggantungkan gue, gue cuma butuh jawaban iya
dan ngga! Cuma diantara dua itu aja, meskipun gue sangat berharap Alya akan jawab iya.

"Adam Alfonso! Aku kan udah bilang kalau minggu ini kemungkinan besar aku ngga bisa, aku masih harus ngajar. Minggu libur anak-anak itu minggu depan Adam. Emang kamu pikir sekolah itu punya aku jadinya aku bisa izin seenak udel? Kan bukan baby. Kamu sih enak, kan kamu yang punya perusahaannya." Gue mendesah, tuh kan gue di anak tiriin lagi sama Alya. Alya nih kayaknya emang lebih sayang sama murid-muridnya daripada sama gue. Gue juga sayang kok sama murid-muridnya Alya, mereka lucu-lucu. Tapinya kan gue juga butuh diperhatiin, gue pengen juga di nomor 1-in sama Alya.

"Jadi kamu ngga mau honey?" Tanya gue lemas, melepas tangan gue dari pipi Alya yang hangat. Alya balas menangkup wajah gue, lalu tersenyum lembut.

"Bukan ngga mau baby, aku mau. Tapi aku ngga bisa." Tuh kan, gue di PHP-in lagi sama istri mungil gue ini. Kalau mau tapi ngga bisa kan sama aja Alya ngga pergi.

"Kalau gitu kamu bisa izin kan? Kamu bisa ambil cuti kan sugar?" Paksa gue, Alya kembali mendesah berat, yang entah kenapa justru terdengar sangat sexy di telinga gue. Gila, bahkan disaat seperti ini otak mesum gue masih bisa mengambil alih. Fokus Adam!! Fokus!!

"Ngga semudah itu sayang, aku kan udah ambil cuti waktu kita nikah. Masa aku ambil cuti lagi? Kan ngga enak Adam. Lagian kenapa sih kamu ngebet banget pengen pergi liburan.."

"Honeymoon, sweetheart." Ralat gue cepat, Alya memandang gue dengan sebelah alisnya yang dinaikkan dan menatap gue dengan tatapan gelinya.

"Err, oke.. Honeymoon. Ya. Kenapa kamu ngebet banget pengen.. Honeymoon sekarang? Bukannya minggu-minggu ini kamu juga lagi sibuk-sibuknya di kantor? Inget kan jadwal kamu sepadat apa minggu ini? Just, don't push yourself baby, aku ngga mau kamu sakit." Gue menjambak rambut hitam tebal gue dengan gemas. Gue rela bolos kantor dan mengganti jam kerja gue dengan kerja rodi nantinya, gue rela melakukan banyak meeting dengan para client, dan memeriksa banyak laporan, juga menandatangani perjanjian-perjanjian kalau sebelumnya gue bisa berduaan sama Alya. Gue rela banget, gue rela!! Asal Alya mau pergi honeymoon sama gue!

Alya's Marriage Life (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang