16) Berdamai dengan Masa Lalu

36.9K 932 102
                                    

Alya

Aku menggeleng kuat-kuat lalu kembali menepuk pipiku yang terasa panas. Nggak, aku sehat kok. Aku nggak lagi sakit. Tapi mengingat kejadian semalam benar-benar membuat jantungku berdebar kencang dan pipiku terasa panas. Aku malu..

Saat otakku dengan seenaknya sibuk mengingat kejadian semalam, sepasang tangan besar memeluk perutku dari belakang, napasnya yang hangat menggelitik leherku, membuat pipiku semakin terasa panas.

"Good morning sunshine," Adam mengecup sudut bibirku, membuat kakiku lemas, "i love you."

Aku memejamkan mataku, tanpa aku perintah bibirku kembali tersenyum mendengar ucapan Adam.

"Kamu keramas nggak honey?"

Aku membuka mataku dengan cepat mendengar pertanyaan konyol suamiku itu lalu menatap wajah Adam yang masih bersandar di bahuku. Aku mencubit hidungnya gemas.

"Keramas lah. Tadi kan kita berjamaah. Kamu nih pertanyaannya aneh-aneh aja deh!"

"Kamu ninggalin aku sendiri ya tadi, kenapa nggak ikut tidur lagi sih sayang?" Adam semakin mengeratkan pelukannya di perutku. Aku bisa merasakan kulit pipinya yang menyentuh bahuku dengan bebas. Haaah, entah semerah apa wajah aku sekarang.

"Udah siang baby, mending aku beres-beres rumah lah." Aku mematikan kompor lalu terdiam saat Adam nggak juga melepas pelukannya.

"Adam, aku mau siapin sarapan kita. Katanya tadi malem kamu bilang laper kan? Ayo kita makan sayang."

Ya, tadi malam setelah melakukan, err.. kalian tahu apa Adam mengeluh lapar. Tapi 2 menit kemudian dia malah tertidur pulas. Mungkin suamiku ini kelelahan karena.. karena pekerjaannya tentu saja! Adam tersenyum lalu memutar tubuhku pelan, membuat mata kami saling bertatapan. Ih, aku tahu kok alasan Adam sampe senyum-senyum nahan ketawa gini kenapa. Dia pasti mau ketawa karena liat wajah aku yang pasti udah merah banget.

"Malem ya sayang?" Adam mengangguk-angguk, senyum jahilnya membuat wajahnya semakin tampan, "iya aku laper banget semalem setelah kita selesai hmmpfh."

Aku buru-buru membekap mulut Adam lalu mendorong tubuhnya ke belakang. Nggak, Adam nggak harus lanjutin ucapannya.

Adam melepas tanganku lalu terbahak keras, "kenapa honey? Muka kamu udah merah banget tuh. Kamu mesum ya, pasti lagi inget-inget yang semalem tuh."

"Nggak!" Teriakku keras. Adam semakin tertawa puas, aku buru-buru mengambil piring dan menaruh masing-masing satu telur mata sapi di atas roti tawar yang sebelumnya sudah aku panggang di toaster.

Dan sampai aku selesai bikin sandwich untuk sarapan dan bawa piring kami ke meja makan Adam masih terbahak nggak karuan di dapur. Aku nggak peduli, kalau Adam lebih pilih untuk ketawa di dapur aku akan makan sendiri. Dia seneng banget jahilin aku kaya gini, apa emang kerjaannya Adam tiap hari kaya gini ya? Dasar Adam!

"Hey." Adam menangkup pipiku dari atas, membuat kepalaku mendongak menatapnya, "kamu kok manis banget sih? Masih aja malu padahal kegiatan itu bukan hal baru buat kita."

Aku melepas tangannya yang menangkup pipiku lalu kembali menyendokkan sarapanku dengan cepat. Entah apa Adam yang terlalu mesum atau emang aku yang terlalu kekanak-kanakan. Tapi aku emang bener-bener malu.

Tunggu, jadi kegiatan itu bukan hal baru buat kita ya? Jadi aku dan Adam udah sering lakuin hal itu sebelumnya? Kalau harus aku ingetin lagi amnesia ini bikin aku lupa semuanya, dan kegiatan tadi malamーberdasarkan ingatan baruku baru kita lakuin sebanyak 2 kali sama yang tadi malem. Jadi wajar kan kalo aku malu? Ya kan? Suara kursi yang di tarik membuatku sadar dari lamunanku. Adam sudah duduk di hadapanku. Sebelah tangannya dia gunakan untuk menyangga dagunya, bibirnya masih belum berhenti tersenyum.

Alya's Marriage Life (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang