20) Bahagia

30.5K 669 58
                                    

Adam menggenggam erat benda di tangannya dengan tangan yang bergetar hebat. Adam lalu memandangi benda itu dan dia kembali menangis. Kejadian tadi terus berputar menghantuinya. Adam refleks berlari kencang saat melihat Alya yang terjatuh dari lantai dua dengan matanya sendiri, tepat dihadapannya. Adam cepat-cepat memeriksa Alya yang saat itu sudah tidak sadarkan diri dan kepala Alya sudah berdarah. Adam kaget sekali saat melihat Alya menggenggam dua lembar foto USG ditangannya. Foto USG anak mereka.

Adam mengusap foto itu pelan, foto yang sekarang kusut dengan noda merah samar dari darah Alya. Adam membawa foto itu ke dahinya dan menggenggam foto itu erat, dia tidak bisa menahan air matanya. Adam menangis dalam diam membuat orang-orang yang berlalu lalang melihatnya merasa iba pada laki-laki itu.

"Adam."

Sebuah sentuhan lembut di pundak Adam membuat laki-laki itu mengangkat kepalanya. Adam berdiri lalu oma memeluk tubuhnya erat, Adam balik memeluk oma.

"Oma maaf, Adam benar-benar minta maaf karena Adam lagi-lagi- Adam lagi-lagi gagal untuk jaga Alya. Maaf oma." tangisan laki-laki itu kembali pecah, Adam melepaskan pelukannya lalu menggenggam tangan Oma dengan tangannya yang masih bergetar hebat. "oma tolong jangan bawa Alya pergi, Adam mohon oma. Tolong jangan bawa Alya pergi lagi oma, Adam tahu Adam gagal jadi suami yang baik tapi tolong jangan pisahin Alya dari Adam oma, Adam minta maaf-"

"Adam, Adam-" Oma mengguncangkan tangan Adam, membuat laki-laki itu berhenti bicara. "oma nggak akan bawa Alya kemana-mana, Alya ada disini. Maaf karena dulu oma udah memisahkan kalian." Oma mengusap pipi Adam yang basah. Oma tersenyum pelan, berusaha dengan keras menahan agar air matanya tidak jatuh di depan suami cucunya. "Alya ada disini Adam. Alya nggak akan kemana-mana. Alya anak yang kuat, dia pasti baik-baik aja. Alya pasti baik-baik aja Adam, ya."

Adam kembali memeluk oma. Adam tahu benar wanita ini juga sama sedihnya seperti dia, dibalik ketegaran oma terselip ketakutan yang dapat dilihat laki-laki itu dengan jelas.

"Iya oma. Alya nggak apa-apa, Alya pasti baik-baik aja."

Suara pintu yang terbuka menarik perhatian Adam dan oma. Adam segera menghampiri dokter berkacamata yang berjalan keluar dari pintu.

"Bapak dan ibu keluarga pasien atas nama ibu Alya?"

"Saya suaminya." Jawab Adam cepat-cepat.

"Ibu Alya mengalami perdarahan cukup banyak dari bagian kepalanya. Mohon maaf sebelumnya tapi keadaan ibu Alya saat ini belum stabil, kami mohon doa dari keluarga."

Adam menatap dokter di depannya tanpa berkedip. Oma mengelus pundaknya, membuat Adam kembali tersadar.

"Dok, apa istri saya sekarang sedang hamil?" Tanya Adam dengan suara bergetar. Melihat Alya yang sedang berjuang di dalam sana sudah membuat hati Adam sakit, jika saat ini Adam dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia juga kehilangan lagi anaknya Adam tidak akan sanggup.

"Kami sudah melakukan beberapa pemeriksaan dan dari hasil yang didapatkan tidak menunjukkan bahwa ibu Alya sedang hamil pak."

Adam mengangguk mengerti. Dalam hati Adam merasa sedikit lega karena dia tidak lagi kehilangan anaknya.

"Kami mohon doanya pak, bu." dokter itu menatap Adam dan oma bergantian. "Semoga keadaan ibu Alya dapat segera stabil."

Adam dan oma mengangguk. "Iya dok. Kami pasti akan selalu berdoa untuk istri saya."

***

Adam mengusap pelan tangan Alya yang ada dalam genggamannya. Istrinya belum juga membuka matanya.

"Honey, bangun. I miss you." Adam mencium tangan Alya yang ada dalam genggamannya.

Keadaan Alya akhirnya kembali stabil, tapi sampai saat ini Alya belum kunjung bangun dan ini adalah hari kedua Alya dirawat di rumah sakit.

Alya's Marriage Life (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang