Pt.1. Bangunkan.

32 3 1
                                    

Terlihat gelap. Terasa kosong. Terdengar sunyi. Tercium bau hujan. Dimana ini ? Tidak mungkin dikamarnya. Tidak mungkin di tempat persembunyiannya. Karena Nhu tau sekali keadaan rumah pohonnya seperti apa.

Ia berusaha membuka matanya lebar-lebar berusaha mencari sesuatu seperti pintu atau jendela agar bisa melihat dimana ia sekarang. Nhu juga berusaha menerka dengan tangannya benda apa yang sekiranya bisa digunakan sebagai pencahayaan. Paling tidak sesuatu alat yang dapat membantunya keluar dari sini. Tetapi, setelah beberapa kali mencoba, tak ada hasil yang didapat.

Nhu kemudian berusaha mencari dibagian lain. Diatas. Tepat diatas kepalanya. Ia merasakan ada benda aneh. Ah, benar, itu kunci disebuah pintu. Cepat-cepat ia memutarkan kearah berlawanan jarum jam sebanyak dua kali. Dan akhirnya, pintu itu terbuka kedalam. Tanpa berpikir apapun, kunci itu tadi dimasukkan kedalam kantong celana gelapnya.

Hanya ada bulan purnama yang ia lihat. Masih dalam 'kotak' gelap itu, Nhu tidak tau bagaimana cara ia keluar karena pintu ada diatas kepalanya. Didalam sini tidak ada 'barang' lain kecuali pintu, kunci, dan dirinya.

"Siapapun tolong aku keluar dari sini"

Setelah mengatakan itu, kaki Nhu terasa seperti diangkat keatas. Apa yang terjadi ? Mungkin itu yang ada dalam pikirannya saat ini. Kakinya terus keatas. Kemudian matanya mulai bisa melihat bulan lebih jelas lagi. Dia terbang. Seakan kearah sang rembulan. Keluar dari 'kotak' gelap itu. Didudukkanlah Nhu dibatang pohon basah.

Nhu kebingungan. Berkali-kali ia menepuk pipinya sendiri berharap ini sebuah mimpi.

"Ini pakaian yang aku gunakan tidur malam ini"

"Tidak mungkin sekali aku berjalan sambil tidur sampai kesini" Gumamnya pada dirinya sendiri.

Ia menengok kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah. Ini bukan tempat didekat rumahnya. Ataupun tempat yang pernah ia kunjungi. Bahkan ini juga bukan tempat yang pernah dibayangkannya. Dimana Nhu sekarang ?

"Aku hanya perlu menyakiti diriku sendiri. Dengan begitu aku akan terbangun dan mulai bersekolah besok. Meninggalkan rumah"

Nhu kemudian turun dari pohon dan mencari sesuatu untuk membuatnya sakit. Dicoba memukulkan ranting keperutnya. Dicoba mencuci mukanya dengan air genangan bekas hujan. Dicoba pula mencubit pipinya sendiri lagi.

"Kenapa aku tidak terbangun?"

"Ayah, cepat bangunkan aku sekarang. Aku tidak ingin terlambat sekolah"

Apa-apaan ini ? Apa ini masih terlalu malam untuk bangun ?

"Apa yang harus aku lakukan ditempat yang bahkan aku tidak tau dimana ?"

Setelah berfikir baik-buruk akhirnya Nhu memutuskan untuk kembali tidur berharap untuk bangun besok pagi dikamarnya.

"Bangunlah Nhu" Terdengar suara berat laki-laki mencoba membangunkannya. Ayah Nhu ? Entahlah.

"Eung....apa sudah pagi, Yah ?"

Berharap untuk dibalas jawaban "sudah" tetapi tidak ada suara lagi setelah itu.

"Apa ? Kenapa masih gelap ? Kenapa aku masih disini ?"

Nhu kebingungan dengan keadaannya yang tidak berubah, sama seperti saat terakhir ia memutuskan untuk tertidur.

"Hei, Nhu, bangunlah"

Nhu keheranan dengan suara itu. Berasal dari mana. Siapa yang berbicara. Hanya ada dia disana. Nhu mulai ketakutan.

"Suara siapa itu ? Tunjukkan dirimu jika kau berani ?" Kata Nhu sambil gemetaran memegang ranting runcing.

"Lihat keatas bodoh, aku yang berbicara. Bulan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nhu mengikuti perintah suara itu dan kembali keheranan. Wajahnya bingung, matanya menyipit tanda tak percaya, dan mulutnya sedikit terbuka dengan tubuh yang sudah berdiri. Entah untuk melawan atau melarikan diri ketakutan.

"Aku sudah menyelamatkan nyawamu. Kau berhutang budi padaku. Katakan iya pada keinginanku ini" "Pertemukan aku dengan cintaku" Tambah Bulan.

SON OF THE MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang