Chapter 18: Worm Holes

2K 388 64
                                    

Cloudie

Cloudie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak ada batu atau lubang yang mengganggu langkahnya. Cloudie juga tidak merasa pusing atau lemas. Tapi tiba-tiba saja ia terhuyung, seperti ada tenaga tak kasatmata yang mendorong punggungnya. Nyaris saja nampan yang dipegangnya terlepas, mangkuk-mangkuk kecil berisi cat menggeleser ke tepi. Untunglah, Cloudie sigap menstabilkan posisinya.

Namun, teriakan Naga di ruang makan mengejutkannya. "Kak, portalnya menghilang!"

"Tiger!" seru Cloudie. Berlari masuk, dan mendapati perapian kembali padat. Sesuatu telah terjadi pada Tiger. Ia memusatkan pikirannya pada Tiger. Memanggilnya dari jauh. Suara pikirannya bergema di ruang kosong, tidak menemukan tujuan.

Cloudie mencoba menjangkau Lavender sekarang. Rasanya seperti berusaha naik ke kendaraan yang sedang bergerak cepat. Pikirannya mengejar. "Lavender!"

"Cloudie ...." Lavender mendengarnya, tetapi kemudian menjauh lagi dan menghilang.

"Aegy!" Cloudie beralih cepat. Berharap pikiran Aegean lebih tenang. Tapi sekali lagi, ia menemukan kehampaan. Tidak mungkin. Apakah mendadak kemampuan telepati jarak jauhnya hilang lagi?

Menekan panik, Cloudie mencoba memusatkan pikirannya pada sahabat-sahabat lainnya. Ia tidak berharap banyak. Brick dan Minty berada di kota, bahkan lebih jauh ketimbang Lembah Tandus. Benar, mereka tidak mendengarnya.

Setelah upaya terakhir melacak Tiger, Lavender, dan Aegean gagal, Cloudie berlari ke garasi. Kecepatan larinya sudah sama dengan manusia, satu-satunya cara untuk berpindah tempat dengan segera tinggal menggunakan kendaraan. "Naga, ikut aku. Tunjukkan jalan ke Lembah Tandus."

Sebelum mengikutinya, Naga memanjat kursi untuk mengambil kunci mobil yang digantung di dinding. Ya, tentu saja. Cloudie mendesah. Panik membuatnya tidak berpikir jernih. Dan satu lagi yang membuatnya tertegun, bagaimana cara mengemudi? Sahabat-sahabatnya belajar dengan cepat. Cloudie yang masih sakit waktu itu hanya memperhatikan. Terlihat mudah, tapi nyatanya ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan kunci di tangannya. Ia menggeram frustrasi.

"Naga, aku mau bicara dengan Blacky."

Mata Naga menghitam. "Langsung saja. Ada apa?" Dengan suara Naga, Blacky menjawab enggan. "Faktanya, aku dipanggil kalau kalian butuh saja."

Cloudie mengabaikan keluhan Blacky. Ia bercerita singkat dan menatap Blacky tidak sabar. "Lakukan sesuatu."

Blacky menguap. "Apa yang bisa kulakukan? Aku terperangkap di dalam tubuh bocah ingusan, amnesia pula. Dan aku 'hidup' hanya kalau kalian menghendaki."

"Blacky! Tidak ada waktu untuk mengasihi diri sendiri. Tapi kalau kamu bisa membantuku kali ini, dan aku yakin kamu bisa, aku janji akan mintakan kebebasan lebih buatmu."

"Hmm .... kebebasan lebih yang kamu maksud adalah aku bisa muncul suka-suka?"

Cloudie menggebrak pintu garasi, mengagetkan diri sendiri dengan bunyinya. Tapi Naga bergeming. Menatapnya dengan mata kelam tanpa dasar. Menantang tapi juga menjanjikan jalan keluar. Cloudie memindai lagi dengan pikiran, mencoba menemukan sahabat-sahabatnya. Lagi-lagi hanya ada kehampaan. Risiko besar untuk mengarungi kegelapan niat dan motif Blacky tanpa pijakan dan pegangan. Tapi tak ada jalan lain.

Hexotic CaféTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang