"APA!? LO NABRAK ORANG BANG?!" David menatap tajam adiknya yang terlalu berlebihan menunjukkan keterkejutannya. Sedangkan kedua orang tuanya hanya bisa mengelus dada dan satunya lagi menatapnya datar.
"Terus orang itu gak apa-apa kan, Vid?" Annita menatap cemas kearah anaknya yang dijawab dengan anggukan pelan David.
"Udah sadar dari komanya."
Helaan napas panjang keluar dari mulut George. Ia memijat pelipisnya yang mendadak terasa sakit.
"Keluarganya" ujar George pelan.
"Saya masih berusaha mencari keluarganya. Dan soal biaya pengobatannya saya yang tanggung jawab semua." Jawab David tenang. Bahkan terasa seperti tidak terjadi apa-apa.
"Polisi menginterogasi kamu?" Lagi, George bertanya.
"Iya"
"Lah bukannya kalo abis nabrak gitu kan harus berurusan dulu sama polisi. Bahkan sampe masuk sel penjara juga." Celetuk Vanya.
"Iya, Vid. Kok kamu bisa bebas, nak?" Memang hanya Annita yang menatap David dengan khawatir sedangkan dua orang lainnya biasa-biasa saja.
Tiba-tiba ingatan David tertuju pada sosok Syifa. Ya, perempuan itu secara tidak langsung telah menyelamatkan hidupnya. Ia tersenyum tipis bahkan hampir tidak terlihat jika mata Vanya tidak tajam untuk menangkap ada sesuatu yang disembunyikan Abangnya itu.
"Ceritanya panjang." Tutup David datar. Ia masih saja menjaga jarak dengan keluarganya.
"Saya pamit kerja dulu. Assalamualaikum." David beranjak dari kursinya dan berlalu dari meja makan sebelum suara George menghentikan langkahnya.
"Kasihtau Papa rumah sakit dan ruangan apa." David menoleh sekilas kearah Papanya dan bergumam pelan. Lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
***
Jika saja dia tidak ingat bahwa orang di hadapannya ini adalah Adiknya, sudah dipastikan David akan mengusir orang tersebut secara paksa. Namun itu semua ia telan hidup-hidup sebelum Vanya beraksi lebih bahaya lagi.
"Cerita!" Tuntut Vanya dengan nada memaksa.
"Apa?"
"Soal tadi pagi."
"Yang mana?" Vanya geregetan sendiri melihat tampang Kakaknya yang terlalu polos minta di gaplok pake batu(?)
"Ya ampuun Abaaang, yang tadi pagi kenapa lo bisa bebas dari polisi?"
David terdiam sebentar lalu melirik ke arah jam tangan rolex-nya yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
"Lo gak kuliah?"
"Gak usah alihin pembicaraan deh! Gue tau tadi pagi lo senyum-senyum gaje gitu, ya walaupun gak jelas banget sih tapi gue ngerti dan gue paham kalo lo sekarang lagi gak beres."
"Bawel."
"ABAAAANG"
"FINE! Gue kasih tau." Ia terdiam sesaat dan tidak yakin untuk mengucapkan nama itu. Ia ragu karna pasti Vanya akan meneriakinya.
"Cepetan ih! Lama banget." Gerutu Vanya tidak sabar.
"Syifa"
"Syifa yang mana?" Walaupun pikiran Vanya sudah menerka Syifa siapa yang dimaksud Kakaknya.
"Dokter" satu kata yang sukses membuat Vanya menganga lebar. David mendengus lalu melemparkan gulungan kertas kearah Adiknya yang hampir saja masuk ke dalam mulutnya jika Vanya tidak menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati
RomanceDisaat ku sudah lelah mencari Disaat hati ini tlah terkunci Kau datang membawa Seberkas harapan Engkau yang memiliki kunci hatiku •Afgan - kunci hati•