BAB 21

3.6K 138 3
                                    

Sepasang makhluk adam-hawa itu hanya menatap satu titik yang sama tanpa niat ingin membuka suara. Beberapa kali wanita itu menghela napas karna tidak tahu ingin memulai darimana sedangkan sang pria hanya diam menunggu kapan sang wanita itu berbicara padanya.

"David.." pria yang dipanggil namanya itu hanya diam tanpa menoleh ke samping dimana wanita itu duduk jauh dari tempatnya.

"Gue nggak tahu kalo orang yang dijodohin sama gue itu lo. Ayah nggak bilang sama gue dan waktu yang diberikan untuk gue sangat sempit. Jadi gue cuman bisa pasrah pada saat itu. Tapi.." Alana mencengkram kuat dress tosca pemberian Ayahnya.

"Mulai saat ini gue bakalan nentang permintaan bokap gue tentang perjodohan ini." David menoleh menatap Alana dimana pada saat itu juga Alana menatapnya dengan tegas tanpa keraguan sama sekali. Ia tertegun beberapa saat.

Apa dia seserius itu? Batin David bertanya.

"Vid, lo nggak mau kerja sama dengan gue, ya?" Alana bertanya dengan raut kecewanya.

"Padahal kan ini demi kebaikan kita berdua. Lo sama Syifa dan gue sama jodoh gue nanti." Lanjutnya dengan tersenyum lebar. Namun beberapa saat kemudian ia tersenyum jenaka membuat David mengernyit bingung.

"Oh gue tau! Lo mau ya dijodohin sama gue. Ya kan? Ngaku lo!" Dan pada saat itu juga David menoyor kepala gadis itu secara reflek membuat Alana berdecak kesal namun tak urung ia tertawa pelan.

"Sinting lo"

"Hahahahaha...gitu aja panik." Alana tertawa lepas sedangkan David mengusap wajahnya lelah menghadapi kelakuan gadis absurd itu.

Dia emang nggak pernah serius sepertinya. Ralat David menatap gadis itu yang masih tertawa mengejeknya. Satu garis bibirnya terangkat ketika ia mengetahui satu hal. Dari tatapan Alana tadi membuktikan bahwa gadis itu tidak berbohong.

"Gue ikut" dua kata itu diucapkan dengan tegas oleh David membuat Alana terdiam lalu menatap David dengan berbinar.

"Setuju?"

"Setuju!"

"Yosha!" Alana memberikan telapak tangannya pada David bermaksud ingin ber-high five dengan pria tersebut yang dibalas dengan balasan yang singkat dari telapak tangan David.

***

"Bang, gue ganggu nggak?" Panggil Vanya pelan takut mengganggu ketenangan David. Ia tahu abangnya itu tidak ingin melakukan perjodohan tersebut tapi kembali lagi perkataan Papa mereka tidak bisa dibantah.

"Engga kok. Duduk aja, Nya." Vanya menghampiri David yang masih betah duduk di kursi ayunan yang sengaja diletakkan di taman samping rumah mereka.

"Berat banget ya, Bang?"

"Berat apanya?" Vanya memutar bola matanya malas karna ketidakpekaan David kembali kambuh.

"Soal perjodohan lo lah."

"Oh itu, seperti yang lo pikir aja, Nya."

"Lo tadi kesini sama Alana ngomongin apa aja Bang?"

"Alana ngajak gue kerja sama buat batalin perjodohan ini."

Vanya menoleh sekilas pada David lalu kembali menatap ke depan seraya menghembuskan napasnya sejenak.

"Dasar cewek pemberontak." Gumamnya lalu tertawa pelan diikuti David yang tersenyum tipis.

***

"Lo serius dijodohin, Na?" Tanya Daffa untuk kesekian kalinya. Ia masih tak percaya jika gadis yang disukainya dari dulu kini akan menjadi milik orang lain.

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang