BAB 14

4.4K 169 2
                                    

Alana tidak punya cara lain selain meminta tolong pada David. Karna ponselnya daritadi meraung-raung minta diangkat dan sudah dapat ditebak siapa pelakunya. Makanya ia dan David sekarang berada di taman belakang rumah pria itu.

"Ada apa?" Alana menengok sekali lagi ke arah rumah David, jaga-jaga ada yang menguping pembicaraan mereka.

"Oke, aman. Jadi gini, lo mau nolong gue nggak?" David menaikkan sebelah alisnya seraya memasukkan kedua tangannya yang bebas ke dalam saku celananya.

"Apa?"

"Bantu gue kabur dari sini." Jika Vanya mengatainya bahwa ia bukan lelaki peka, tapi entah kenapa saat ini David bisa merasakan apa yang akan dilakukan gadis di depannya ini.

"Misi lagi?" Alana hanya mengangguk beberapa kali.

"Please, bantuin gue. Daffa udah nelpon gue dari tadi." Masa bodoh buat Alana, ia sudah memohon pada pria ini karna hanya itu jalan satu-satunya.

"Tunggu di dalem, gue ambil kunci motor dulu." Bagai memenangkan sebuah lotre Alana memekik kegirangan lalu berlari masuk namun beberapa langkah ia kembali berhenti dan berbalik menatap David yang hanya berjalan santai ke arahnya. Mengerti ada keraguan dari wajah Alana ia ikut berhenti.

"Apa lagi?"

"Gue nggak berani ngomong sama orang-orang di dalem." Sambil memutar bola matanya malas David kembali berjalan.

"Nanti gue yang bilang. Lo duduk manis aja di samping bokap lo." Mata Alana berbinar senang lalu membarikan jempolnya pada David dan kembali berjalan meninggalkan David yang masih di belakang.

"Gadis aneh." Gumamnya pelan lalu berjalan menuju kamarnya di lantai dua.

***

"Thanks, Vid lo udah bantuin gue. Kapan-kapan gue traktir lo deh buat bales jasa." Cerocos Alana sedangkan David hanya diam mendengarkannya.

"Gue belum ketemu Vanya. Gue titip salam aja ya, besok gue janji bakalan samperin dia." Lanjut Alana seraya memakai helmnya.

"Cepetan naik!" Begitulah David, kaku dan datar. Tapi Alana tidak memusingkan itu karna pria itu sudah membantunya.

"Turunin gue di perempatan depan aja!" Teriak Alana sedikit keras agar pria di depannya ini bisa mendengar suaranya.

Tidak memakan waktu lama, David bisa melihat dari jarak cukup dekat sebuah motor yang tidak asing dimatanya dan seorang pria berjaket kulit dan topi hitam. Ia pun memberhentikan ninja hitam kesayangannya.

Daffa mengernyit melihat Alana datang bersama pria lain. Tapi ia tidak bisa melihat wajah pria itu karna helm full-face yang dipakai pria tersebut.

Alana segera memakai topinya dan berdiri tepat di depan Daffa.

"Udah lama nunggu?"

"Belum terlalu." Alana mengangguk lalu kembali menatap David yang masih setia bertengger di atas motor ninjanya.

"Lo lanjut gih, ntar Vanya nunggu lama." Ujarnya

"Lo pulang naik apa?" Tanya David.

"Nanti dia pulang sama gue." Daffa bersuara. Tiba-tiba David melepas helmnya.

"Kalau gitu Alana nanti gue jemput. Kalau dia pulang bareng lo nanti bisa dicurigai sama bokapnya karna gue yang bawa Alana pergi bukan lo." David berucap dengan tenang tanpa memerhatikan wajah Daffa yang mengeras.

"Daf, yang dibilang David bener. Gue kan perginya bareng dia kalo gue balik sama lo ntar bokap gue curiga." Alana membantu menjelaskan pada Daffa karna pria itu langsung mencengkram pergelangan tangannya dan itu semua tidak luput dari pandangan David.

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang