BAB 30

4.3K 135 6
                                    

"Alana.." panggilnya pelan lalu meringis setelahnya. Ternyata efek dari luka di wajahnya terasa sekarang. Bahkan untuk bergerak pun sangat susah. Alana yang melihat itu semakin menangis membuat David frustasi juga.

"Na, please.." ujar David pelan. Ia sebenarnya ingin menghampiri perempuan itu tapi tubuhnya memintanya untuk tetap diatas tempat tidur saja.

Alana segera menghentikan tangisnya dan membersihkan sisa air mata dipipinya yang sedikit chubby itu sedikit kasar menggunakan lengannya. Ia pun berjalan menghampiri David masih dengan sisa isakan dibibirnya.

David memperhatikannya dalam diam. Sesampainya Alana di hadapannya, wajah gadis itu sangat terlihat kusut apalagi ikatan rambut Alana mulai melonggar membuat rambutnya banyak yang terlepas dari ikatannya.

"Sanderan dulu" ucapnya parau akibat menangis. David mengikuti saja ucapan gadis itu tidak ingin membantah seperti biasanya.

Ternyata Alana membawa kotak P3K yang diambilnya dari dapur serta baskom kecil yang berisi air. Ternyata gadis itu datang kesini untuk mengobati lukanya.

Dengan cekatan Alana mulai mengeluarkan segala alat perang di dalam kotak tersebut seperti kapas, betadine, plester dan tetek bengeknya.

Alana mulai membersihkan darah yang mulai mengering di wajah David menggunakan kapas yang diberi air sedikit. Semuanya Alana lakukan dalam diam sedangkan David memperhatikan wajah gadis tersebut dengan seksama dan sesekali meringis ketika Alana tidak sengaja mengenai tepat dilukanya.

"Sori.." gumamnya tepat di depan wajah David. Jarak mereka hanya sekitar 10 senti sehingga David bisa menghirup aroma tubuh Alana yang seketika membuatnya nyaman. Jari mungil Alana membelai luka itu dengan pelan membuat dada David berdesir.

Setelah menempelkan plester dan kain kasa dibeberapa titik luka pada wajah David, Alana memperhatikan kembali wajah pria tersebut, takut jika masih ada luka yang belum ia obati. Namun karena tatapan Alana itu, David jadi gugup sendiri.

"Selesai" ujarnya tersenyum tipis. David menghirup udara dengan rakus karena sedari tadi pria itu menahan napasnya ketika wajah Alana begitu dekat dengannya.

"Na.." panggil David pelan ketika gadis itu mulai merapikan kembali alat-alat kesehatan tersebut.

"Masih ada yang sakit ya?" Alana menoleh dengan cepat menatap David dengan cemas. Lagi, David bingung kenapa perasaannya mendadak labil begini ketika Alana menatapnya seperti itu.

"Bukan itu"

"Terus?"

"Lo kenapa nangis tadi?" Alana maupun David terdiam. David menatap wajah Alana yang mendadak gadis tersebut menatap kosong ke arahnya.

"Enggak pa-pa."

"Bohong!"

"Lo tidur mendingan dari pada nanya yang gak penting." Ketus Alana lalu berbalik meninggalkan David. Namun pergelangan tangannya dicekal oleh pria tersebut.

"Ini penting buat gue." Ujar David lembut.

"Tapi buat gue enggak." Elak Alana dan berusaha melepaskan tangannya dari David tapi kekuatan pria tersebut entah kenapa sekarang lebih kuat darinya padahal pria tersebut sedang sakit.

"Lo khawatir sama gue?"

Skak mat!

Alana terkejut. Apakah ia khawatir dengan David?

Alana berbalik menatap tepat di mata hitam pria tersebut lalu tersenyum lembut, "mau gue nangis karna elo kek, bukan kek, nggak akan berpengaruh sama lo, Pid. Udah, sekarang lo lepasin tangan gue. Gue butuh tidur sekarang, besok gue harus ke kantor pagi banget."

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang