David terus menatap Alana membuat perempuan tersebut mulai risih ditatap seperti itu.
"Kenapa Bapak memanggil saya kalau boleh tahu?" Alana akhirnya memilih untuk angkat bicara setelah aksi diam-diaman mereka sekaligus mengalihkan tatapan David sendiri.
"Ngomong seperti biasa aja, Na." Ralat David halus membuat Alana mengangguk paham.
"Pid, btw ini gue bisa duduk nggak sih? Sumpah ya kaki gue pegel, gilak." David menahan tawanya ketika melihat wajah tersiksa perempuan itu. Dengan senyum tipisnya ia mempersilahkan perempuan bercepol itu duduk di kursi hadapannya.
"Jadi sejak kapan lo kerja disini?"
"2 bulan yang lalu sih kalo nggak salah."
"Siapa yang masukin lo kesini?"
"Bokap lo"
"Kok gue nggak tahu?"
"Lah kenapa nanya ke gua?"
"Seharusnya lo ngasih tau ke gue."
"Penting banget situ tau gue kerja disini?" David terdiam beberapa saat. Ia menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Terserah lo deh, Na." Alana hanya mengangguk kecil lalu bersiap beranjak dari kursi panasnya karna ia harus balik ke ruangan divisinya bertemu teman se-tim nya yang tidak ia temui seminggu lebih. Ia begitu kangen dengan Bang Andra, Ayub dan Sri.
"Tunggu! Itu mata lo kenapa? Lo abis nangis?" Pertanyaan David membuatnya kembali terduduk di kursinya menatap David sebentar sebelum menundukkan kepalanya.
"Kangen Ayah."
David paham. Perempuan itu terlalu pintar menyembunyikan kesedihannya tapi entah kenapa sangat gampang diketahui oleh David.
Tanpa sadar kini pria itu sudah berada di sampingnya dan menepuk pelan puncak kepala Alana membuat perempuan tersebut terlonjak kaget. David tersenyum tipis melihat wajah asli perempuan itu. Begitu sayu, sehingga make-up yang sudah apik menutupi mata bengkaknya seakan menembus penglihatan David.
Menyadari situasi canggung menyelimuti keduanya, Alana segera bangkit dari kursinya membuat pria tersebut sedikit terkejut dan memundurkan langkahnya.
"Udah ah. Gara-gara lo nih gue telat ketemu temen-temen divisi gue." Cerocos Alana lalu berbalik menuju pintu ruangan David meninggalkan laki-laki tersebut tersenyum simpul.
***
Andra Hermansyah, pria itu berlarian di lobi kantor sambil tertawa terbahak-bahak membuat para pegawai yang melihatnya melirik dengan tatapan bingung. Namun tak lama kemudian seorang perempuan bercepol yang tak lain adalah Alana kini tengah memandang pria tersebut dengan tatapan membunuhnya.
"Bang Andra kunyuk, balik lo sini sebelum lo nyesel ntar masuk di ruangan!" Teriak Alana tanpa sadar saat ini dirinya dan Andra menjadi pusat perhatian.
"Hahahahaha...bodo. gue udah izin sama Bang Ayub juga bakalan langsung pulang abis makan siang." Setelah mengatakan hal itu Andra lantas menjulurkan lidahnya tanda mengejek pada perempuan tersebut membuat Alana semakin berang.
"Ih kok kayak kampret ya." Alana bersiap berlari dengan stiletto 3 sentinya namun beberapa langkah tiba-tiba saja haknya patah membuat keseimbangan Alana goyah dan secara bersamaan cepolan rambutnya terlepas sehingga rambut sepunggungnya jatuh dengan indah membuat para pria yang berada di lobby kantor menahan napas melihatnya.
Bahkan Andra sendiri cengo di tempatnya. Alana menggerutu dan mengumpat ketika cepolannya patah.
Apes banget idup gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati
RomanceDisaat ku sudah lelah mencari Disaat hati ini tlah terkunci Kau datang membawa Seberkas harapan Engkau yang memiliki kunci hatiku •Afgan - kunci hati•