Part 12

4.6K 345 4
                                    

Typo ssaayyy. Hati hati nanti terpeleset!!!

~Happy reading~

********************

Diruangan begitu besar ini. Sungguh sangat disayang kan hanya terisi dengan keheningan, Walau ada lebih dari satu Manusia yang menghuni, tetap saja Hening yang begitu menjadi tertinggi. Mereka semua —Orang yang menghuni ruang tamu. Hanya mampu membisu. Apabila dahulu Maida yang menjadi sang pemecah hening, kini bibir mungil nan tipis itu malah semakin terkatup. Nadia, Gadis itu justru lebih parah, dia malah menampilkan wajah Acuh tak acuh Khas dirinya. Ditambah dengan Kaki kanan bertumpu pada paha kiri sebagai tumpu.

Lain halnya dengan sang adik sepupu. Prilly siswi sma itu tengah begitu menahan Amarah. Matanya begitu menatap nyalang pada seseorang didepannya. Ntah sadar atau sebaliknya. Tangan selembut sutra itu terkepal begitu kuat, andaikan saja Hati kecilnya tak menahan Rasa bencinya, gadis itu begitu tak menjamin orang didepannya ini akan keluar dengan selamat.

Sedangkan yang menjadi inti permasalahan Hanya bisa menunduk dalam dengan begitu pilu. Wanita paruh baya itu begitu enggan hanya sekedar mengangkat kepala, sebab ia begitu tahu bagaimana orang didepannya ini menatapnya. Penuh dengan kebencian mendalam.

"Untuk apa kemari?" suaranya terdengar berat, disaat rasa kesal dan benci menjadi satu dan hati nuraninya begitu ingin meredam. Akibatnya Prilly sangat tidak tahu cara membuat suara yang terdengar santai.

Perlahan namun pasti wanita paruh baya yang terlihat masih segan nan cantik dengan jubah berwarna hitam pekat itu mulai mengangkat kepalanya. Ia menghela nafas berat terlebih dahulu, seperti sihir tubuh pendek berisi itu menjadi lebih rilex dari sebelumnya, kini mata Hazelnya bersibaku dengan Manik serupa dengan miliknya.

"Ibu merindukanmu sayang, Sudah lama kita tidak bertemu..." ungkapan hati dari seorang Ibu tengah sangat merindu. yang terdengar begitu pilu. Prilly menarik sudut bibirnya, Kemudia Ia terkekeh sinis sebagai raut mukannya.

"Ibu, Ibu macam apa dirimu?. Manusia setengah binatang?. Atau jalang yang kesepian?, coba pilih yang mana Anda. Dan satu lagi Aku tak pernah memiliki seorang Ibu!"

Degh!

Untuk seorang Ibu, Ungkapan seperti itu sungguh sungguh sangat menyakitkan. Seakan ada sebuah katana tajam yang begitu tepat sasaran menghujam ulu hatinya. Tak elak manik hazel itu dalam sekejap sudah menitikan banyu mata. Setega apapun ia, sekejam apapun ia, sehina apapun seorang ibu ini. Tetap saja ia hanya manusia biasa yang mudah untuk sakit hati. Apalagi luka itu ditorehkan oleh sang putri. Gadis kecil pertama yang membuatnya mempertaruhkan nyawa.

Isakan menyedihkan seketika memenuhi ruang tamu yang semula hening ini. Prilly memandang sinis wanita dedepannya ini yang begitu disesali olehnya. Yaitu yang tak lain dan tak bukan adalah ibu kandungnya sendiri.

Cih!

Prilly mendecih keras karna begitu muak dengan tangisan laknat wanita dihadapannya. "Sudahlah! barhenti menangis, tak ada gunanya Air mata buaya mu itu jalang!"

"Prilly!!!"

Sungguh Nadia begitu panas melihat adiknya yang sangat kurang ajar pada sang ibunda, Dan tentu ia adalah bibi dari Nadia sendiri. Ia mana mungkin tega melihat sang bibi dihina sedemikian rupa oleh putrinya sendiri. Nadia tak sebeku Prilly!.

Walau sudah dibentak cukup keras, tidak sama sekali merubah pandangan ataupun ekspresi dari Prilly tersendiri, seolah bentakan marah itu tak berarti apa apa baginya. Nadia memejamkan matanya erat,  berusaha meredam kamarahan yang mulai tersulut. Sungguh Nadia tak ingin memperkeruh suasana.

KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang