Part 29

2.6K 136 16
                                    

Maya menceritakan dengan singkat dengan penuh penghayatan. Dimana ketika ia terusir dari rumah suaminnya akibat Carloes–ayah mertuannya. Hanya karna Pria itu berpendapat Maya tidak sekasta dengan Anaknnya yang berdarah biru. Maya dipaksa berpisah dengan anaknnya yang bahkan masih tidak bisa membedakan kiri dan kanan dengan tepat.

Hidup Maya dibayang bayangi, agar selalu menjauh dari keluarga Caroline. Diancam situ sini supaya tidak nekat menemui putrinya sendiri, Carloes begitu picik dengan kuasannya, membuat keadaan seolah Maya yang bersalah, yang dengan tega meninggalkan keluarga kecilnya.

Hingga bertahun tahun berlalu, pada akhirnnya Prilly yang mendatanginnya. Jauh dilubuk hati Maya, mukannya tercoreng malu tidak bisa mengurus anaknnya dengan baik. Tak mampu menghalau doktrin jahat dari kakeknnya.

"maafkan mama Prilly, maaf" Maya terisak keras, bahunya bergetar hebat.

Prilly bergeming

Tangannya terkepal hingga buku tangan memutih, kuku runcing menusuk daging merembes darah.

"dasar tua bangka bau tanah!" umpat Prilly

Maya menggeleng tegas "tidak!. Kau jangan mendendam yi, itu tidak baik"

Prilly seketika mau menyembur tawa "sejak tua bangka itu meracuni otak kanak kanakku. Aku sudah bukan anak yang akan patuh jika dilarang ibunnya main hujan, ma"

Prilly bangkit, ia bergegas mencapai pintu sebelum Maya menghentikannya.

Raungan mobil sport Prilly penggiring isakan Maya yang kian kuat, Prilly serupa buku untuknnya, mudah dibaca. Dan Maya jelas tahu apa yang bisa Seorang Prilly lakukan dengan hati panas penuh amarah.

----------

"kakek ada dirumah?" Pelayan itu mengangguk sebagai jawaban, sambil menunduk ia mengatakan Carloes berada diruang kerja pribadinnya.

Prilly menaiki tangga yang menjulang dengan langkah santai gemulai, ia menggulung lengan baju, mengikat rambut asal tinggi tinggi, lalu mengelus revolver sehitam jelaga dibalik punggung mungilnnya.

Dengan seringai tersuging, Prilly melirih "Waiting me, Grenpa"

-------

Sudah 30 menit lebih Prilly hanya berdiam memandangi Kakeknnya yang tengah tertidur lelap dikursi Putar, tidak menyadari bahwa sang cucu tidak segan menarik pelatuk untuk melubangi kepalannya.

Prilly tidak goyah, atau ingin mengurungkan niat. ia hanya ingin Kakeknya tahu siapa yang akan mencabut nyawannya. Bagi Prilly ia seperti pecundang bila membunuh saat korban tertidur.

Prilly berdecak, ia bosan menunggu.

Prilly bertepuk tangan keras tiga kali, Carloes mengerjab risih mendengar tepukan tangan yang terpantul itu.

"sedang apa kamu disini prilly?" Tanya Carloes, ia bergeser membentulkan duduknya.

"Cuman berkunjung" Dan mencabut nyawamu –Namun ia hanya mengatakan dalam hati.

Carloes mengangguk, tampak tidak curiga "ada apa?"

"tidak apa apa" sahut Prilly santai.

Carloes menarik sebelah alis

"pintu tepat dibelakang tubuhmu jika kau mencari"

Prilly terkekeh sinis mendengar sarkas kakeknya. "jangan repot repot, setelah melakukan sesuatu. Aku pasti akan pergi"

Tiba tiba Carloes merasakan bulu tengkuknya meremang, hatinnya resah tanpa sebab. Prilly dengan seringai keji jauh lebih mengerikan dari pada seribu musuh yang mengacungkan senjata siap lempar.

Mata Carloes bergulir meneliti Prilly, ujung rambut hingga kaki. sedetik jantungnnya seolah berhenti berdegup, matanya tertuju pada tangan kanan Prilly yang tersembunyi dibelakang punggung. Cara berdiri gadis itu terasa aneh, dan sekarang ia seolah tertampar. Bahwa Prilly dalam posisi siaga. Betapa bodoh dirinnya yang tidak mengetahui bahwa Prilly tengah berencana menghabisi nyawannya dengan sebuah pistol yang tersampir dibalik punggung.

"ka-" Carloes kehabisan Kata kata.

Prilly melebarkan seringainnya, kepekaan kakeknnya sudah termakan usia hingga karatan dan menjadi tumpul.

Carloes tersadar, cepat cepat ia membuka laci meja, mencari dimana sebuah pistol silver yang selalu ia simpan dengan peluru penuh.

Tsak!

Belum sempat menjangkau Pistol, tangan keriputnnya justru tertusuk Pisah sehingga ia cepat cepat menarik tangan dan mendekapnnya didada, mencaput pisau itu perlahan, Dan membuat darah merembes deras.

"itu untuk mengancam seorang ibu agar meninggalkan paksa suami dan anak balitannya" Prilly kembali mengambil sebuah pisau kecil disaku celana belakang

Carloes Salah, Prilly ternyata menyembunyikan Pisau bukan pistol dipunggungnya.

"kurang ajar!. Apa yang kau lakukan?!. Aku kakek–"

"tidak ada kakek berotak iblis sepertimu bajingan!"

Tsak!

Prilly kembali melempar pisau, akurat, kali ini mengenai tangan Kiri Carloes yang sebelumnnya memegangi tangan kanannya.

"akh. Sialan!" carloes meringis sakit, tidak bisa dengan tangan untuk memegang sebuah pistol.

prilly menggeleng prihatin "kau lemah, tua bangka. Dan seluruh keahlianmu dulu sudah kau bagi percuma denganku"

Hezel Prilly bergulir tepat dimanik Carloes "tidakkah kau merasa ini seperti senjata makan tuan?" lanjut Prilly sambil kembali memegang sesuatu dibalik punggungnnya.

Carloes mulai resah, hanya tinggal menunggu waktu untuk Prilly melesatkan benda tajam itu kedahinnya. "kau tidak bisa melakukan ini padaku!"

"cih!. Naif sekali!" Prilly maju selangkah, ia mengambil Revolver hitam dipunggungnnya dengan gerakan lambat.

Carloes terbelalak ngeri, Ia salah lagi, Ternyata  Prilly membawa pisau dan pistol. Dua duannya. Sekaligus.

Dan carloes mulai ragu apakah ia akan masih bernafas lima menit kedepan

Prilly memutar revolvernnya ditangan kanan "ini buah tangan atas kunjunganku"

"tidak Prilly, jang–"

Dor!

Dor!

"dan itu untuk telah menjadikanku pembunuh seperti saat ini"

----------

Kangen aku?? :)

Part ini aku ketik sekali duduk, ngak ad revisi. Sori klo ad typo

—lagi nonton annabelle curi curi waktu ngetik pas sponsor 👻👻☠️☠️









KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang