Part 28

3.4K 233 30
                                    

Marhaban ya Ramadhan...

--------

Kaki jenjang nan kokoh itu mengayun lebar lebar disetiap langkah yang ditempuh sepanjang lorong lantai tiga hospital canter city. Hati Ali resah juga gundah. Pertemuan tidak terduganya dengan Prilly bukan berarti membawa angin segar kepadanya. Kejadian tempo hari masih tersemat apik dalam memori. Matanya menjadi saksi bisu bagaimana sejatinya seorang Angela Prilly. Ntah apa yang dilakukan Hana sehingga Prilly nyaris menghabisinya, dan bukan tidak mungkin gadis pysco itu kembali mengulangi kegiatan kejinya yang tertunda.

Tap

Ali meneguk kasar ludahnya, tiba tiba suhu udara terasa dingin sekitar tubuh. Ada keengganan untuk bertemu Hana, namun Ali paksakan. Setidaknya ia harus memastikan bahwa prasangka buruk dikepalannya tidak akan pernah menjadi nyata.

Ceklek!

Tenang, kata itulah yang pas menggambarkan suasana kamar kelas wahid yang tengah diinapi Hana. Segaris tipis muncul didahi kala Hana menatapnya dengan pandangan waspada. Dari ambang pintu dapat Ali tangkap retina coklat gadis malang yang tengah memeluk lutut itu bergetar hebat.

Ali merapatkan pintu sampai terdengar bunyi khas yang tidak secara langsung menyadarkan Hana dari ketakutan dan shock berkepanjangan.

"H-han–"

"Aaaaaaaaaa!!!"

Hana tiba - tiba menjerit begitu kuat.

Akh!

Reflek Ali menutup rapat telinga dengan kedua belah tangan nya, ia terpejam kaget mendapat respon balasan yang begitu berlebihan dan spontan.

Prang!

Bukh!

Galas kaca berisi air pecah begitu saja satu meter sebelah kiri dari kepala Ali, airnya tumpah ruah membasahi marmer, serpihan kaca berhamburan tidak beraturan, kaca itu mengenai namun tidak mampu melukai. bantal busa menyusul dan terhantam tepat didada pemuda yang tengah dilanda keterkejutan batin itu.

Ali terbelalak, nyawanya nyaris saja melayang.

"Bangsat!, apa yang kau lakukan perempuan sialan!!"

Ali ikut berteriak marah dengan suara beratnya.

"Kau mau membunuhku hah!?"

Hana tersentak, gadis itu terkaget kaget saat Ali membentaknya tanpa ragu. Hana neguk ludah. Tangannya bergetar, demi apapun Ia tak bermaksud, lemparannya bukanlah untuk membunuh serupa yang Ali tuduhkan.

Hal yang baru saja Hana lakukan murni refleks ingin melindungi diri.

"Ma-maaf a–"

"Apa kau sadar, yang kau lakukan itu berbahaya Hana!."

Ali membentak, dahinya berurat. Pria itu terguncang. Jiwanya hampir saja melayang.

"Maaf Li, su-sungguh aku tidak ber-bermaksud" Hana menunduk dalam, ujung jarinya saling bertautan sebagai pelampiasan rasa bersalah yang mengukukngnya.

Ali menghela nafas berat, menyisir marah yang tengah menguasai. Ali menatap sendu Tubuh Hana yang terguncang kecil menahan isak.

Ali maju lima langkah mendekati Hana, ia mengatup bibir rapat saat berada tepat disamping brangkar. Pelan namun pasti Ali merengkuh lembut tubuh yang bergetar kecil itu.

"Jangan menangis"

Namun Hana justru menumpahkan tangisnya, ia membalas rengkuhan Ali erat erat, menenggelamkan wajahnya didada Ali yang hangat namun basah karna air matannya yang berdesakan ingin keluar.

KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang