Sejak kejadian siang tadi,Aurel tak ada keluar dari kamarnya untung saja kamar yang di tempati Aurel fasilitasnya lengkap.
Saat ini Aurel sedang menunggu kehadiran orangtuanya pulang kerja,Aurel melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul 20.20
"Non Aurel..." panggil seseorang dari luar kamarnya disertai ketokan pintu.
"Kenapa bi?" tanya Aurel setelah membukakan pintu
"Tuan sama nyonya udah datang non..."
"Oo..makasih ya bi."
Aurel berjalan menuju kamar orangtua nya.
Toktoktok.
Aurel mengetok pintu kamar orang tuanya.
"Hai pah..." sapa Aurel saat ia dapati Ridwan yang membuka pintu
"Ada apa?"
"Papah harus tau kabar gembira ini."kata Aurel bersemangat.
"Aurel dapat juara 1 nilai tertinggi pah" Aurel menatap binar Ridwan.
"Itu aja?"Aurel mengangguk.
"Gak penting! ganggu saya lagi istirahat saja!" bentak Ridwan seraya menutup keras pintu kamarnya.
Aurel tersentak. Ia tersenyum tipis dan melangkah pergi kekamarnya
"Gak ada guna ya gue lahir di keluarga ini" batinnya.
❤❤❤
Pagi minggu ini Aurel sudah bangun ia segera bangkit dan menuju kamar mandi setelah selesai mandi ia pun duduk di sofa kamarnya seraya mengambil salah satu pigura yang berisikan foto keluarganya disaat masih lengkap.
"Andai aja Arin gak pergi duluan,semuanya pasti gak bakalan kaya gini." lirihnya seraya memeluk pigura tersebut.
Aurel melangkah keluar dari kamarnya bermaksud ingin sarapan,ia menuruni anak tangga rumahnya sudah dapat dilihat keluarga kecilnya sudah berkumpul di meja makan terlihat bahagia mereka berbagi tawa.
Aurel menghampiri meja makan,mereka menoleh kearah Aurel sejenak setelah itu mereka kembali bercanda gurau tanpa menghiraukan kehadiran Aurel, tak masalah baginya hal seperti ini memang sudah biasa baginya.
Aurel melahap sarapannya tanpa sepatah kata yang ia keluarkan. Setelah selesai sarapan Aurel bangkit seraya melangkah pergi menjauh dari meja makan tersebut,ia menuju kolam renang rumahnya.
Ia duduk dipinggir kolam renang rumahnya seraya menenggelamkan setengah kakinya,ia menatap kosong di hadapannya.
"Non Aurel..." panggil bi Surti.
"Non..." kali ini bi surti memegang bahu Aurel.
Aurel pun tersadar dari lamunannya dan segera menoleh kearah Bi Surti
"Ada apa bi?"
"Boleh saya duduk di sebelah non?" tanya Bi Surti ramah,Aurel tersenyum
"Boleh kok bi."
Aurel menatap bi Surti pembantunya yang sudah mengasuhnya sejak kecil.
"Ada apa bi?" tanya Aurel yang mengetahui bi Surti akan memberitahukan hal yang mungkin penting.
"Maaf ya non sebelumnya.." Aurel mengangguk
"Saya turut prihatin dengan keadaan non Aurel yang bisa dibilang memburuk,saya gak tega non ngeliat non Aurel gak di perduliin seperti sekarang ralat semenjak dek Arin pergi."
Bi Surti meraih tangan Aurel,Aurel hanya tersenyum mendengar perkataan Bi Surti.
"Kenapa non Aurel gak ngejelasin semuanya?" sambung Bi Surti.
Aurel tertawa miris seraya menatap dalam bi Surti.
"Percuma bi..."
"Jangankan bicara sama aku untuk ngedengerin penjelasan aku aja mereka gak mau." ucap Aurel bergetar,bi Surti dapat melihat tatapan rapuh Aurel.
"Semuanya sudah terlambat bi, biarkan mereka membenci aku untuk sekarang dan aku yakin tuhan udah nentuin waktu yang tepat untuk mereka mau mendengar penjelasan aku." kristal bening Aurel berhasil menetes namun dengan cepat Aurel menyekanya.
Bi Surti ikut terharu,ia tak menyangka bahwa Aurel mencoba untuk sabar menghadapi ini semua.
"Sabar ya non,saya bisa jadi sandaran non Aurel di saat non Aurel butuh seseorang."
Bi Surti megelus rambut panjang Aurel.
"Boleh aku peluk bi Surti?"
Bi Surti mengangguk ,Aurel pun memeluk bi Surti seketika rasa rindu itu datang rasa rindu di peluk Alena-mamanya seingat Aurel terakhir ia di peluk di saat ia duduk di bangku 4 sd tepatnya sebelum Arin meninggal.
***
Hai..sorry baru update hari ini..
Typo berhamburan
Voment yaa
Selamat berbuka puasa😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Try to be strong
Teen FictionAurelia kimberly seorang gadis yang tak dianggap oleh keluarganya itu mencoba meyakinkan bahwa ia benar benar tidak salah atas kejadian 5 tahun silam. Namun rasanya menyakitkan jika berpura-pura kuat menghadapi keluarganya yang benar benar acuh pada...