Tigapuluh

2.3K 132 9
                                    

Sejak pulang sekolah, Aurel kembali berkutat dengan buku pelajaran. Bahkan ia pun belum mengganti baju sekolahnya. Di tengah ia sedang fokus belajar, ia terlonjak saat pintu kamarnya terbuka dengan keras dan yang lebih mengejutkannya lagi, Rey berlari menghampirinya lalu memeluk dirinya.

Aurel bingung dengan perlakuan Rey yang secara tiba-tiba memeluknya dengan tangisnya, sehingga membuat Aurel membalas pelukan Rey, mata Aurel ikut memanas kala Rey berkata, "maaf rel, maaf..."

Seperti kembali pada masa kecil, Aurel menangis tersedu-sedu sambil memeluk Rey kencang seolah tak ingin melepas, ia bahagia. Abangnya kembali dengan pelukan hangat yang sangat ia rindukan.

"Abang... " lirih Aurel

"Maafin abang rel." ucapnya lagi, seolah tak cukup sekali saja meminta maaf atas kesalahan nya selama ini.

Kamar Aurel menjadi saksi bisu bagaimana kakak-adik tersebut berpelukan erat, dengan tangis yang menjelaskan bahwa sebesar apapun masalah akan kalah dengan besarnya rasa kasih sayang antar saudara.

"Abang sayang Aurel, sayang banget. Gak usah jelasin apa-apa lagi tentang Arin, abang percaya Aurel gak mungkin ngelakuin itu."

Di sela tangis bahagia nya Aurel tersenyum senang saat Rey berkata seperti itu, sekarang Aurel percaya akan ada pelangi setelah hujan.

 Walaupun orang tuanya masih bersikap tidak peduli, Aurel sudah cukup bahagia akan Rey yang mempercayainya.

"Aurel juga sayang abang, maafin Aurel ya bang. Jangan marah-marah lagi, aku takut." sahut Aurel masih memeluk Rey.

Rey menggeleng pelan, setelah itu ia melepas pelukannya lalu meraih kedua bahu Aurel sehingga mereka kini berhadapan.

"Abang janji gak akan marah lagi, maafin abang ya..." ucap Rey pelan

Aurel mengangguk seraya menghapus jejak air mata nya, lalu menunjukkan senyum bahagianya kepada Rey yang ikut tersenyum melihat Aurel.

"Aku paham kenapa abang sempat gak percaya, karena abang  belum mengikhlaskan kepergian Arin. Makasih ya bang udah percaya sama Aurel."

***

Setelah selesai sholat ashar, Rey turun ke bawah menuju kamar orang tuanya. Ia hendak membicarakan mengenai Aurel.

Namun, saat ia baru saja menginjakkan anak tangga yang terakhir ia melihat kedua orang tua nya sedang bergegas dengan pakaian yang sudah rapi dan membawa koper. Rey pun menghampiri Ridwan dan Alena yang masih berada di ruang tengah.

"Mau kemana Mah?" tanya Rey kepada Alena yang sedang memeriksa isi tasnya, sedangkan Ridwan berjalan menjauh untuk mengangkat telpon yang baru saja berdering.

Alena menoleh ke arah Rey, "Mamah nemanin papah ke cabang rental di Surabaya, karena ada masalah." 

Rey mengangguk paham, jika Ridwan sudah harus terjun langsung ke lapangan, itu artinya ada masalah yang memang harus beliau turut andil menyelesaikan karena beliau adalah direktur dari perusahaan rental mobil- CV. Kymber Transport yang beliau dirikan bersama sahabatnya yaitu om Arya Yudianto.

"Berapa lama mah?" 

"Sekitar 2 mingguan, mamah juga ada  yang mau di cari di sana." sahut Alena

Rey berpikir sejenak untuk rencananya yang ingin membicarakan masalah Aurel namun ia rasa ini bukan waktu yang tepat karena kedua orang tuanya ingin ke luar kota, maka Rey pun memilih mengurungkan niatnya unuk membicarakan tentang Aurel. Namun ia teringat sesuatu yang sudah ia beri tahu kepada orang tuanya minggu lalu.

"Oh iya mah, untuk pembayaran study tour udah di mulai dari besok." ucap Rey

"Nanti papah transfer ke rekening kamu, sekaligus uang jajan nya juga. Kamu minggu depan berangkat kan?" tanya Ridwan yang ternyata sudah berdiri di sampingnya.

"Iya pah." sahut Rey

"Karena kemungkinan saat kamu berangkat kami belum pulang jadi kamu harus hati-hati ya, dan juga harus fokus sama ujian semester kamu dulu." perintah Ridwan.

Alena pun bangkit seraya melihat jam tangannya.

"Yasudah, Mamah sama Papah berangkat dulu ya. Ingat pesan papah kamu." Alena bersuara seraya mengelus tangan Rey.

Rey pun mengangguk seraya mencium tangan kedua orang tuanya secara bergantian, saat kedua orang tuanya hendak melangkah keluar rumah Rey pun berkata, "Mah, Pah kalian gak ngasih tau Aurel kalo mau keluar kota? mau aku panggilin Aurel?" tanya Rey kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang terasa gatal.

Alena dan Ridwan menoleh ke arah Rey secara bersamaan.

"Gak perlu, kami udah di tunggu pak Iman di depan." sahut Alena seraya kembali lanjut melangkah.

"Karena kami keluar kota, kamu awasin Aurel ya. Jangan sampai dia lupa sama hukuman nya." pesan Ridwan

"Yaelah pah, hukumannya di udahin aja kali, kasian Aurel."

Ridwan mengernyit saat Rey berkata mengasihani Aurel, "Bukannya kamu juga setuju papah kasih Aurel hukuman saat itu, kok tiba-tiba kamu minta untuk udahin hukumannya?" tanya Ridwan heran.

"eng- ya gak ap--" suara klakson mobil mengintrupsi ucapan Rey sehingga Ridwan pun bergegas melangkah keluar rumah meninggalkan dirinya. Rey pun juga melangkah balik ke kamarnya.

***
Arkal dan Bobby sudah janjian untuk bertamu ke rumah Rey malam ini, namun yang punya rumah tidak tahu akan rencana keduanya. Sehingga ketika dua orang yang tidak di undang tersebut tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, Rey mendelik tajam karena keduanya sudah berbaring di atas kasurnya.

"Perasaan, gue gak ada ya nyuruh lo berdua main ke rumah gue." ucap Rey seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Yaelah Rey, justru lo harus berterima kasih ke kita karena sudah datang di saat lo lagi pusing-pusing nya belajar." sahut Bobby seraya bangkit untuk mengambil cemilan yang disediakan oleh bi Surti.

Rey mendecak mendengar perkataan Bobby, lalu duduk di sofa yang tak begitu besar sembari menyalakan tv.

"Thank's kal." ucap Rey tanpa menatap Arkal

Arkal pun membuka matanya yang semula tertutup lalu merubah posisinya menjadi duduk. Ia pun menyeringai walaupun ia tau Rey tidak melihatnya.

"Gak gratis bro." sahut Arkal dengan seringai nya, spontan membuat Rey berbalik menatap Arkal.

"Dih, pamrih banget lo jadi orang." dengus Rey

Arkal pun loncat dari kasur, lalu duduk di samping Rey seraya mengalungkan tangannya di leher Rey.

"Gue boleh dong deketin adek lo." ucap Arkal dengan alis naik-turun.

Sedangkan Bobby di buat bingung oleh pembicaraan kedua sahabatnya.

Rey pun mendecih saat tau niat busuk Arkal.

Arkal pun menarik tangan Rey, membawa nya keluar dari kamar Rey.

"Bobby sayang, kamu di sini dulu ya." ucap Arkal sebelum membawa pergi Rey, Bobby hanya tercengang melihat keduanya.

"Apaan sih lo!" Rey menarik kuat tangannya yang di cekal Arkal lalu mengusap-usap tangannya seolah merasa hina telah Arkal pegang.

Tanpa menggubris reaksi Rey, Arkal pun bertanya, "Jadi yang mana kamar Aurel?"

"Mau ngapain lo?! Mesum ya lo!" ucap Rey

"Enggak anjir!" Arkal menoyor kepala Rey.

"Lo panggilin Aurel sana, gue mau bicara-bicara dikit." perintah Arkal dengan nada bicara orang yang sedang jatuh cinta.

Mau tak mau Rey pun berjalan ke arah kamar Aurel.

***
Saat kedua sahabat nya kembali masuk kamar, Bobby berdiri dari sofa seraya menyilangkan tangan nya di depan dada.

"Kalian jahat! Kalian udah ngelupain aku!" ucap Bobby seraya menghentak-hentakkan kakinya.

Tak lama bantal melayang tepat di wajah tak berdosa Bobby.

*****
Kalau ada typo kasih tau yaa

Jangan lupa vomment, love u all!

TERIMA MASIH SUDAH MEMBACA*kissandhug:*

Try to be strongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang