Duapuluh

6.6K 421 52
                                    


"Aku mau cek ke dalam pos pak." Ucap Arkal

Aurel yang mendengar pun seketika menahan nafas.

"Kamu pulang aja, udah malam gini. Besok aja nyari nya. " ucap Pak Budi santai.

"Ih Bapak mah aneh-aneh aja. Yakalo besok udah gak ada dong pakk. " sahut Arkal geram.

Tanpa pikir panjang Arkal pun melangkah ingin masuk ke dalam pos.

Tin, tin!!

Baru selangkah bro.

"Buruan kal, nyokap gue ngomel nii. " teriak Bobby dari dalam mobil.

Ingin rasanya menjedotkan kepala Bobby ke pintu mobil karena menggagal kan niatnya untuk memastikan mencari tau bahwa yang ia lihat itu benar-benar Aurel.

Ia juga kesal, kenapa ia tidak membawa motor saja.

Dengan langkah gontai, Arkal masuk ke dalam mobil.

"Lo ngapa tadi ngejar cewek itu bro? " tanya Bobby

"Lo tau Aurel adek kelas kita kan? "

"Iya tau. "

"Nah!!! Itu tadi dia Bob,  makanya gue kejar. " ucapnya menggebu-gebu.

"Lah, terus faedah nya lo kejar dia apaan?"

Sabar. Arkal menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan tepat di wajah Bobby.

"Buset, tu mulut bau amat dah. " ucap Bobby seraya menutup hidung nya.

"YA FAEDAH NYA GUE MAU NANYA NGAPAIN DIA DI RUMAH REY LAH!!!" ucap Arkal seraya memukul dashboard karena gemass sekali dengam sahabat tercinta nya tersebut.

"Oooooh... " ucap Bobby santai yang membuat Arkal ingin mencuci otak Bobby detik ini juga.

***

Aurel menghela nafas lega saat mobil Bobby sudah pergi dari pekarangan rumahnya. Aurel pun keluar dari tempat persembunyian nya.

"Makasih ya Pak Budi. "ucap Aurel lega

"Sama-sama non." sahut Pak Budi

"Nanti kalo mereka ada nanyain tentang aku, Pak Budi bilang aja gak kenal aku ya." Ucap Aurel memberitahu

"Emang kenapa non? " tanya Pak budi penasaran.

Aurel berpikir sejenak untuk memberi tahu alasan yang tepat agar Pak Budi paham, karena jika Aurel memberi tahu bahwa Rey akan marah bahwa kedua temannya tau bahwa mereka bersaudara yang ada Pak Budi akan merasa tidak enak hati jika sudah terlanjur bertanya dan nanti Pak Budi akan meminta maaf terus-terusan seperti biasanya jika ia merasa bersalah.

"Mereka itu pak temannya bang Rey yang selalu ganggu aku di sekolah. Jadi tugas Pak Budi jangan sampe mereka ganggu aku juga di rumah, oke."

Pak Budi mengangguk paham.
"Siap laksanakan non."

Aurel mengacungkan jempol seraya mengucapkan terima kasih.  Setelah itu Aurel pun kembali berjalan dengan perasaan takut. Takut jika Rey tau, maka dari itu Aurel menarik nafas sebelum membuka pintu rumah.

Aurel menutup kembali pintu rumah, saat Aurel ingin menaiki anak tangga Bi Surti memanggil dirinya.

"Ada apa bi? " tanya Aurel saat Bi Surti menghampiri dirinya.

"Tadi pas makan malam, Mas Rey mencari non Aurel." ucap Bi Surti seraya tersenyum lebar.

Aurel terharu saat Bi Surti ikut merasakan apa yang Aurel rasakan saat tau bahwa dirinya di cari.

"Makasih ya bi, Aku ke atas dulu. " ucap Aurel seraya tersenyum hangat.

Aurel pun menaiki anak tangga dengan senyum tipis yang sangat bermakna, namun senyum itu tak lagi terukir saat melihat Rey berada di depan pintu kamarnya.

"Tolol." singkat, jelas dan padat. Itu yang Rey katakan saat Aurel mendekat ke arah kamarnya.

"Maaf bang." ucap Aurel menunduk.

"Gue udah nge-whatsapp lo buat masuk lewat pintu samping, gini akibat nya kan."

"Handphone aku lowbat bang, aku minta maaf. "

"Minta maaf lo gak berguna kalo temen gue tetep nyari tau kalo itu lo." ucap Rey dingin.

"Lo tau kan sebenci apa gue sama lo? Dengan kecerobohan yang barusan lo lakuin itu ngebuat gue makin benci sama lo." ucap Rey telak tanpa peduli kalimatnya tadi membuat hati Aurel tersayat begitu dalam.

Setelah itu Rey pun berjalan menuju kamarnya.

"Kenapa hanya karna teman bang Rey tau kalo kita bersaudara, bang Rey semarah ini? " ucap Aurel tercekat.

Tepat di depan kamarnya Rey berhenti melangkah.

"Harus berapa kali aku minta maaf ? Bang, kejadian itu udah lama benget. Sakit rasanya gak di percaya selama ini dengan keluarga sendiri. Apa abang gak pernah mikir gimana rasanya jadi aku yang gak pernah di anggap selama ini? " ucap Aurel lirih. Keluar sudah kata-kata yang Aurel pendam selama ini.

Rey tak bisa menjawab pertanyaan Aurel, ia benci. Benci kepada Aurel dan juga dirinya. Tanpa menghiraukan Aurel, Rey pun masuk ke dalam kamarnya.

***

Tepat ketika Aurel menutup pintu kamarnya, air matanya luruh begitu saja. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah kasur, di ambilnya bantal untuk menutup wajah nya dan Aurel pun teriak berharap sesak di dadanya bisa hilang begitu saja. Di balik bantal ia menangis meraung-raung tanpa memperdulikan mata nya yang akan sembap nanti.

Setelah beberapa menit menangis, Aurel pun kelelahan. Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya seraya mengganti baju nya dengan piyama.

Setelah selesai ia duduk di kursi meja belajar ia mengambil agenda yang sudah lama tidak ia isi.

   Kalimat itu pun terlontar saat aku tak bisa lagi memendamnya. Dan juga pertanyaan yang kakak aku pun tidak menjawabnya. Jika kalian kecewa dengan ku. Aku pun sama kecewanya. Kecewa karena kalian gak pernah mau dengerin penjelasan aku. Lalu, kepada siapa lagi aku harus bersandar?  Saat aku mati-matian berusaha tegar di saat kalian mengacuhkanku.  

Dari semua masalah ini, aku hanya benci kepada diriku. Kenapa aku bisa serapuh ini di saat banyak orang di luar sana yang mungkin memiliki masalah lebih dari yang aku alami.

Ya Allah, setelah aku berpikir lagi. Aku bukan lah orang yang paling menderita di dunia ini, hanya saja emosi ku yang selalu membuat aku merasa bahwa aku lah yang merasa paling menderita. Dari semua yang sudah aku alami, biarkan aku jadi sosok yang kuat setelah ini, Aamiin.

                                      "Aurelia"

Selesai mencatat Aurel menyeka air mata yang entah sejak kapan kembali jatuh, setelah itu ia pun memilih untuk tidur.

***

Saat Rey masuk ke dalam kamarnya, ia tidak sama sekali beranjak ke kasurnya. Ia terdiam di balik pintu kamarnya dengan kedua tangan yang mengepal. Rey kesal jika mendengar Aurel menanyakan hal yang ia sendiri pun tak tau jawabannya, Namun di balik kekesalan dan kepalan tangannya tersebut ia berteriak didalam hati.

"Gue yang tolol dek, guee... " jeritan yang tak bisa di dengar siapapun.

*****

YEAYYY!!!
DIRIKU UPDATE KAWANN.
MAAF YA ADA SEDIKIT KATA KASAR.

boleh tau gak, apa perasaan kalian setelah membaca cerita TTBS sejauh part 20 ini? Jawab yaa.

TAK LUPA KU SAMPAIKAN JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK KALIAN.

Oiyaa jangan lupa share juga ya ke teman-teman kalian :)

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA kissandhug:*

Try to be strongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang