Dua belas

6.2K 362 3
                                    

Sedari tadi Keysa tidak fokus kepada guru yang mengajar bahasa Indonesia, di karena kan perutnya yang meronta-ronta ingin di beri makan. Keysa menoleh ke arah Aurel yang tetap fokus, lalu menoleh ke belakang melihat Shilla yang sudah tertidur dengan buku yang sengaja ia dirikan agar tidak ketahuan.

Keysa mendengus sebal dan tak lama bel istirahat pun berbunyi membuat para murid bersorak senang.

"Sumpah ya, gue laper banget ini serasa udah seminggu kagak makan." ucal Keysa

"Alay lo." sahut Aurel, sedangkan Shilla hanya diam karna terlihat masih ngantuk.

"Etdahh,,Shilla lama amett. Cus dah ke kantin ntar gak dapat tempat." Keysa berjalan lebih dahulu dan di susul oleh Aurel dan Shilla.

Setelah sampai di kantin mereka pun memesan makanan dan setelah itu mencari tempat yang masih kosong, suasana kantin mirip seperti pasar ketika jam istirahat,selalu ribut.

Ketika pesanan mereka datang, mereka pun segera menyantapnya. Baru saja Aurel melahap makanannya tanpa sengaja matanya bertemu dengan lelaki pemilik mata hitam pekat tersebut,Arkal.
Arkal melemparkan senyum kepada Aurel sontak Aurel membalas senyum Arkal. Namun senyum yang Aurel lemparkan bukan senyum lebar seperti Arkal, hanya senyum tipis yang Aurel balas karena ia dapat melihat Rey memperhatikannya sejak Arkal senyum kepadanya. Setelah itu Aurel kembali menyantap makanannya.

***

Kini kelas Aurel sedang jam kosong di karenakan pak Heru selaku guru kimia sedang ada urusan, jadi lah mereka di suruh mengerjakan tugas. Setelah mereka mengerjakan tugas kini keadaan kelas sudah tak lagi tenang nan damai. Aurel pun merenggangkan otot tangannya setelah selesai mengerjakan tugas sedangkan kedua temannya masih dalam proses menyalin hasil kerjaan Adul si kutu buku.

Kedua tangan Aurel menopang dagunya di atas meja, ia sedang memikirkan bagaimana ia bisa menjaga jarak dari Arkal jika sewaktu-waktu ia tidak sengaja bertemu.

Setelah selesai menyalin, Keysa dan Shilla merenggangkan otot tangannya seraya bernafas lega. Shilla pun mendongak melihat Aurel yang berada di depannya sedang melamun, kemudian Shilla menyenggol siku Keysa setelah Keysa menoleh kearah nya Shilla langsung mengarahkan dagunya ka Aurel yang membuat Keysa paham.

Keysa pun bangkit dan beralih duduk di hadapan Aurel yang masih saja melamun, di susul Shilla yang menarik kursinya dan menempatkan di samping Aurel.

"Bengong aja lo." Keysa memegang tangan Aurel sontak membuat Aurel tersadar dari lamunanya.

"Ada masalah lagi?" tanya Keysa yang sudah hapal dengan sifat temannya tersebut, sedangkan Shilla hanya diam karena ia tidak tau apa-apa.

"Biasa." Aurel mengidikkan bahunya.

"Gue siap dengerinnya rel."

"Bang Rey marah besar lagi ke gue."

"Eh tunggu, gue gak nge- " belum sempat menyelesaikan perkataannya, Shilla malah dapat tatapan membunuh dari Keysa yang membuat Shilla kembali diam. Setelah dapat pelototan dari Keysa, Shilla dapat mengartikan bahwa Keysa akan menjelaskannya nanti.

"Masalahnya apa?" tanya Keysa kembali

"Bang Rey marah banget, tau kalo gue make jaket kak Arkal waktu itu."

"Lo gak jelasin?"

"Lo tau sendiri kan mau bagaimana pun caranya bang Rey gak akan mau dengerin penjelasan gue."

"Atau perlu gue yang jelasin ke bang Rey."ucap Keysa to the point

"Gak perlu, gue bisa atasin ini sendiri. Lo tenang aja"

Keysa hanya bisa bedecak sebal dengan sifat sabar nya Aurel. Dan tak lama Aurel pun bangkit.

"Gue mau ke toilet, lo ceritanya aja semuanya ke Shilla" Aurel pun melangkahkan kakinya keluar kelas.

Aurel berjalan gontai, ia berbohong, ia tidak menuju toilet melainkan menuju taman belakang gudang. Ia perlu waktu untuk menyendiri.

Aurel duduk di bawah pohon besar seraya menekukkan lututnya. Ia hanya diam melihat daun yang berjatuhan di karena kan angin, tanpa Aurel sadari ada seorang lelaki yang berjalan menghampirinya. Lelaki tersebut berhenti di samping Aurel namun ia belum menyadari kehadiran lelaki tersebut.

"Bisa bolos juga ternyata." lelaki tersebut bersuara, sontak Aurel mendongak mendapati Arkal. "Pak Heru lagi ada urusan, jadinya cuman di beri tugas." setelah mengatakan itu Aurel berniat ingin pergi, baru saja ia ingin melangkah tangannya sudah di cekal oleh Arkal.

"Kalau gitu, kenapa sekarang lo buru-buru?"tanya Arkal.

Aurel terdiam, tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

"Gue belum ngerjain tugas." Aurel pun menarik paksa tangannya dan mulai melangkah.

"Gue ada salah apa sama lo, sampe-sampe lu berubah gini?" Arkal bersuara

Langkah Aurel terhenti lantas ia berbalik kembali menghadap Arkal

"Berubah dalam artian apa?"

"Ya, lo berubah dingin gini."

"Kak Arkal gak salah apa-apa. Emang lo tau sikap gue gimana, sampe-sampe lo ngira gue berubah, enggak kan?" Ucap Aurel datar, ia merutuki dirinya sendiri bagaimana ia bisa berbicara seperti itu terhadap Arkal yang tidak tau apa-apa.

"Ya mungkin lo bener gue gak tau apa-apa, tapi gue tau kalo lo bukan orang yang dingin kaya gini."

Aurel harus tegas, mungkin ini langkah awal agar ia bisa menjauh dari Arkal.

"Anggap aja kemarin-kemarin itu cuman pencitraan dan sekarang lo udah tau kan gue gimana? Lebih baik anggap aja kita gak pernah kenal."
Aurel kembali balik melangkah pergi.

"Gak akan pernah, mungkin lo lagi PMS atau mood lo jelek sampe-sampe lo kaya gini atau kalo lo punya masalah lo bisa cerita apapun ke gue, gue siap dengerin kapan pun lo butuh."  ucap Arkal setengah berteriak walaupun tak ada respon dari Aurel tetapi ia mendengar jelas apa yang di ucapkan oleh Arkal.

"Maaf,maaf,maaf." lirih Aurel sangat merasa bersalah

Dada Aurel terasa sesak,rasanya oksigen di sekitarnya sudah tidak ada lagi. Ia lelah, ia butuh sandaran dan ia butuh pendengar yang baik.

*****

Hi welcome back.
Makasih udah ada yang nunggu.

Kadang aku suka sedih sih mereka yang baca kadang suka gak ninggalin jejak :(

Try to be strongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang