Naira sampai dirumahnya dengan diantar Vian. Sepanjang jalan tadi mereka hanya saling diam. Sesekali Vian mendengar isakan tangis Naira. Vian tidak berani bertanya kepada Naira saat ia sedang terisak di boncengannya. Yang dapat ia lakukan hanya membiarkan tangan kirinya menggenggam tangan Naira yang sedang memeluknya erat.
Mama membukakan pintu rumah dan terbelalak kaget melihat Naira tampak lesu dengan rambutnya yang basah dan pakaian olahraga yang kebesaran. Mata merah Naira yang menandakan ia habis menangis langsung membuat mama memincingkan pandangannya ke Vian.
"Naira kenapa Vian??!" tanya Mama menyelidik. Vian memang sudah akrab dengan keluarga Naira dikarenakan ia sering apel kerumah Naira. Baru saja Vian akan menjawab tetapi langsung dipotong oleh Naira.
"Gak apa-apa mah, aku cuma pusing" ucap Naira mencoba menenangkan ibunya.
"Kamu sakit apa?? Sampe nangis gitu, mana nya yang sakit?" tanya mama sedikit panik.
"Cuma sakit kepala mah.. Naira cuma mau tidur, istirahat" ucap Naira lagi.
"Ya udah langsung ke kamar aja kamu nanti mama bikinin teh anget.. Vian mau teh juga?" tawar Mama Ramah.
"Gak usah tante, aku langsung pulang aja" jawab Vian sopan.
"Ya udah hati-hati ya,, makasih udah nganterin Naira" balas Mama. Vian pamit pulang setelah menyalami Mama nya Naira. Naira hanya tersenyum lemah melepas kepergian Vian.Malamnya Vian masih kepikiran keadaan Naira. Ia mencoba mengirim pesan tapi tak digubris oleh Naira. Ditelponnya Naira beberapa kali tapi tak juga diangkat. Rasanya Vian ingin segera meluncur ke rumah Naira jika jam tidak menunjukkan pukul 9 malam.
Mungkin dia udah tidur?!. Pikir Vian.Pagi ini Naira yang baru sampai disekolah langsung menemui Lila dan Tara dikelasnya. Kedua temannya itu tampak asik mengobrol dibangkunya. Naira menceritakan kejadian kemarin kepada kedua sahabatnya itu yang langsung membuat mereka berdua geram.
"Kurang ajar si Melly! Berani-beraninya dia ngerjain lo kayak gitu Nai! Udah gak bisa didiemin lagi tuh orang! Kita laporin aja ke guru" Tara mulai mengomel tak terima temannya di bully oleh Melly CS.
"Tapi gua gak punya bukti Tar kalo dia pelakunya" Ujar Naira sedikit bingung.
"Tapi kan lo apal suara nya Nai! Kita samperin aja langsung! Bikin dia ngaku!" ujar Lila tak kalah kesal.
"Iya gua juga udah jengkel banget ngeliat tingkah mereka yang gak jelas itu!" tambah Tara.
"Ayok Nai! Kita samperin aja sekarang!" ajak Lila lagi.
"Jangan sekarang, nanti aja pas pulang! Gua gak mau Vian sampe tau!" ujar Naira.
"Kenapa?? Biarin aja Vian tau biar sekalian Vian hajar tuh cewek stress!" celetuk Lila kesal. Tara mengangguk setuju.
"Gak, gua gak mau Vian ikut campur masalah ini! Biar gua yang selesaiin, ini urusan cewek! Gua gak mau Vian di cap banci gara-gara berantem sama cewek" jelas Naira. Teman-temannya mengiyakan.Dikelas Vian senang melihat Naira yang tampak sehat, wajahnya sudah tak se lesu kemarin. Walaupun senyum belum menghiasi wajahnya.
"Nai semalem kok gak bales sms gua? Telpon juga gak diangkat?" tanya Vian.
"Ooh.. Ketiduran yan, baru liat HP tadi pagi" balas Naira mencoba tersenyum. Vian menyadari pacarnya itu tidak seperti biasanya. Seperti ada yang ditutupinya. Tetapi Vian diam saja, ia pikir Naira memang sedang tidak ingin membahasnya dan pastinya akan memberitahunya nanti.
"Pulang nanti jalan yuk" ajak Vian mencoba merubah suasana hati Naira.
"Ehm gak bisa, gua udah ada janji yan" tolak Naira. Vian mengernyit bingung. Baru kali ini Naira menolak ajakannya untuk jalan-jalan.
"Janji sama siapa??" tanya Vian penasaran.
"Sama Lila and Tara"
"Kemana?"
"Ehm.. Maen timezone!" Naira berbohong.
"Gua ikut ya!" pinta Vian. Naira tampak berpikir sebelum akhirnya menolak.
"Gak boleh!"
"Kenapa??" tanya Vian curiga.
"Karena.. Acara cewek-cewek!" Naira memutar bola matanya, mencoba mencari jawaban. Vian makin curiga melihat tingkah Naira itu.
"Hmm.. Yakin bertigaan aja??" tanya Vian menyelidik.
"Iyalah! Emang mau sama siapa?"
"Ya kali ada laki-laki laen nanti!" cetus Vian sedikit kesal. Naira memperhatikan perubahan mimik Vian. Senyum kecil terlintas di bibir Naira setelah menyadari Vian cemburu.
"Ciee ada yang ngambek" goda Naira.
"Enggak!" balas Vian galak sambil buang muka. Naira langsung memegang wajah Vian dengan kedua tangannya, dan menariknya hingga berhadapan dengan nya. Vian menatapnya dengan jengkel.
"Jangan marah sayangkuuu! Diganti besok ya maennya" ucap Naira lembut sembari menatap Vian. Vian tersenyum senang mendegar Naira yang memanggil sayang untuk pertama kalinya selama mereka pacaran. Digenggamnya kedua tangan Naira itu.
"Coba bilang sekali lagi" goda Vian.
"Bilang apa?"
"Bilang yang tadi itu..."
"Yang tadi mana??" Naira pura-pura tidak tahu, padahal dia malu jika harus mengulangi kata sayang sekali lagi.
"Tadii.. Yang katanya Naira sayang banget sama Vian" goda Vian dengan menelnya.
"Iihhh kapan gua ngomong gitu! Kepedean!" balas Naira sambil manyun. Vian hanya terkekeh geli melihatnya.
Nai naii, bikin gemes aja! Oh Tuhan, boleh peluk bentar gak sih??. Batin Vian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, Future! (Tamat)
ChickLitKetika cinta mulai tumbuh, menggebu, menjelma menjadi prioritas teratas, maka semakin besar kemungkinan untuk terluka.. Karena semakin cinta meninggi.. Semakin dalam pula jurang luka saat kau terjatuh nanti..