Juli 2003
Hari ini hari ketiga MOS di SMA Ganesha. Semua anak kelas 2 dan 3 bersiap melakukan atraksi untuk memperkenalkan semua kegiatan Ekskul yang ada di SMA ini. Naira tampak sangat antusias melihat acara ini, Ia sengaja berlari mencari tempat duduk paling depan agar dapat melihat dan memilih ekskul apa yang akan ia ikuti nanti. Tanpa sadar Naira menginjak tali sepatunya sendiri dan langsung kehilangan kesimbangan . Bruuk! Naira menabrak lelaki yang ada didepannya dan langsung tersungkur menimpa lelaki itu.
"Aduuuh..! Maaf, maaf banget ya" ucap Naira cepat-cepat berdiri dan menunduk meminta maaf kepada lelaki yang masih tersungkur dilantai itu. "Lo gak apa apa kan?" lanjutnya lagi. Lelaki itu hanya menggeleng sambil berusaha berdiri, Naira dengan sigap membantunya berdiri. Tetapi karena badan lelaki itu yang cukup besar dan berat membuat Naira hampir terjatuh lagi saat menariknya. Uwaaa.. Jeritan Naira yang cukup kuat membuat hampir semua orang menengok kearah mereka. Untungnya dengan cekatan lelaki itu menangkap Naira yang hampir terjatuh. Sekarang posisi mereka sudah seperti sepasang penari, tanpa sadar mereka sekarang menjadi pusat perhatian murid-murid disana.
"Kalian yang disana! Coba kemari!" Tiba-tiba suara dari Mic salah satu kaka kelas yang akan melakukan atraksi memecah suasana. Dengan bingung pandangan semua orang langsung tertuju kepada kaka kelas itu, termasuk Naira dan lelaki tadi yang sekarang sudah kembali berdiri.
"Kalian berdua yang tadi nari-nari, sini!" ucap kaka itu lagi sambil menunjuk kearah Naira dan lelaki itu. Mereka saling pandang, bingung dengan yang terjadi.
"Saya kak?" ucap mereka hampir berbarengan.
"Iya, siapa lagi kalo bukan kalian? Sini buruan!" jawab kaka itu masih menggunakan mic sehingga sekarang mereka menjadi tontonan semua murid sekolah itu. Dengan langkah ragu dan tertunduk malu, Naira berjalan ke tengah lapangan menuju tempat kaka kelas itu berdiri, diikuti dengan lelaki itu dibelakangnya. Suitan-suitan jahil dari kaka kelas yang berkumpul disana membuat riuh suasana pagi itu.
"Coba sebutin nama dan kelas kalian, dari yang cewe dulu" perintah kaka kelas saat Naira dan lelaki itu sampai ke tengah lapangan. Dengan sedikit gugup naira mengambil mic dan mulai bicara.
"Saya Naira Almeera dari kelas 1.7" suara Naira agak sedikit bergetar.
"Sekarang gantian yang cowok" perintah kaka itu lagi sembari memberikan mic.
"Ervian Adinata, 1.2" ucapnya lantang penuh percaya diri.
"Oke, kalian berdua tadi kan udah pemanasan nari-nari berdua. Sekarang kalian jadi perwakilan murid baru buat ikutan nari sama anak ekskul dance!" jelas kaka itu panjang lebar. Naira dan Vian hanya bengong mendengar ucapan seniornya.
"Tapi kak tadi bukan nari" ujar Naira panik. Gila, joget dangdut aja gua kagak bisa apalagi nari. Batin Naira.
"Nari apa? Daerah? Modern?" tanya Vian dengan santainya, seolah menantang kaka kelas itu. Naira langsung menatap Vian dengan tatapan sengit. What?? Nih laki badan doank yang keliatan macho, tapi doyan nari? Luar keker dalem lembek. Batin Naira lagi sambil membayangkan lelaki-lelaki setengah melambai yang hobi joget meliuk-liuk kayak ular.
"Woow nantangin nih? Lo bisa nya nari apa?" balas kaka kelas.
"Breakdance boleh??" jawab Vian dengan Pede-nya. Oke gue ralat! kayaknya dia bukan melambai, cuma seorang cowo dengan tingkat kePedean yang amat sangat tinggi. Gerutu Naira dalam hati.
"Wow B-boy ternyata!! Oke silahkan langsung aja ditunjukin kehebatannya. Eh tapi tunggu kalo Breakdance yang cewenya gak ikutan donk! Jangan deh, kalian ama kaka-kaka ekskul dance nari lagu nya Cici Paramida aja yang Wulan Merindu. Pada bisa kan? Gampang kok, pasti bisa" ucap kaka itu menyebutkan lagu dan tarian Cici Paramida, seorang penyanyi dangdut aliran melayu yang memang sedang hitz saat itu.
"Gampang itu mah, sekarang?" balas Vian dengan tak tahu malu nya tanpa menghiraukan Naira yang sudah terbengong-bengong dari tadi. Naira lagi-lagi menatap sengit Vian sembari memanyukan bibirnya, kesal.
"Ya sekarang donk, gih ambil posisi!" perintah kaka kelas dan langsung diikuti dengan kaka-kaka ekskul dance yang sekarang sudah siap di posisinya. Mau tidak mau Naira berjalan mengambil posisi, sedangkan Vian? Jangan ditanya dia bahkan sudah berada di posisi depan. Oh My God nih cowo beneran dah Pedenya, kulit badak kali y?. Batin Naira heran melihat tingkah Vian. Tak lama musik mulai mengalun dan dengan pedenya Vian memulai aksinya. Dia benar-benar hapal dengan gerakan tari lagu Wulan Merindu itu, Vian menarikan gerakan yang termasuk gemulai itu dengan wajah yang tetap cool tanpa senyum. Murid-murid yang menonton sontak tertawa dan mulai bersorak-sorak menggoda Vian dan Naira. Naira yang tampak gugup melakukan tarian dengan asal-asalan, dan tiba-tiba Vian menarik tangannya dan memutar tubuh mungilnya. Naira yang berpostur mungil itu pasrah ditarik kesana kemari oleh Vian yang berpostur jauh lebih besar darinya. Masih dengan wajah sok cool dan kepedeannya Vian menari asal-asalan bersama Naira. Sampai akhirnya tarian itu ditutup Vian dengan tangan kiri menahan pinggang Naira dan tangan kanannya direntangkan ke atas, seolah dia adalah penari Waltz profesional. Naira yang merasa hampir jatuh reflek merangkulkan kedua tangannya di leher Vian yang membuat Vian langsung menoleh kearahnya. Mereka saling berpandangan. Musik berhenti dengan posisi mereka yang amat sangat mesra. Hening sesaat dan kemudian tepuk tangan dan sorak sorai murid-murid bergemuruh memenuhi seisi sekolah, terpesona melihat atraksi Vian dan Naira bersama kaka-kaka Ekskul dance. Itulah kali pertama Naira dan Vian berkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, Future! (Tamat)
Literatura FemininaKetika cinta mulai tumbuh, menggebu, menjelma menjadi prioritas teratas, maka semakin besar kemungkinan untuk terluka.. Karena semakin cinta meninggi.. Semakin dalam pula jurang luka saat kau terjatuh nanti..