XII. Khilaf

3K 176 29
                                    

Naira masih tak habis pikir dengan perkataan Vian semalam yang mengajaknya bertemu kembali. Dan benar saja tepat pukul 5 ketika Naira baru selesai mandi di kamar hotelnya Vian menelponnya.
"Dimana? Gua di Lobby" ujar Vian saat Naira mengangkat telponnya.
"Serius?? Cepet banget! Gua baru beres mandi" balas Naira sedikit terkejut.
"Ya udah gua tunggu disini,, apa mau gua susul ke kamar??" goda Vian.
"HELL NO!!" balas Naira sedikit berteriak yang langsung membuat Vian terkekeh.

"Oke, 15 menit atau gua beneran ke kamar lo!" ujar Vian memberi perintah dan langsung mematikan telponnya.
Nih anak mulai semena-mena!. Batin Naira dan langsung mengambil pakaiannya di lemari.

10 menit kemudian Naira sampai di Lobby, entah kenapa ia tak ingin membuat Vian menunggu lama. Atau alam bawah sadarnya yang ingin segera bertemu dengan Vian. Tak bisa dipungkiri, rasa itu masih ada.

Naira melihat Vian yang terduduk di sofa sambil memainkan handphonenya. Naira celingak-celinguk mencari sosok Reihan, tapi tak ditemukannya. Vian melihat Naira yang sedang menghampirinya dengan wajah bingung. Vian tersenyum seperti tau apa yang ada dipikiran Naira.

"Reihan mana??" tanya Naira.
"Gak ikut" balas Vian enteng.
What?? Lelucon macam apa ini??. Batin Naira. Naira sedikit ragu untuk pergi berdua saja dengan Vian.
Mama maafin anak mu yang nakal ini!!. Jerit Naira dalam hati. Ia sudah tidak bisa mundur, akan tampak sangat aneh jika ia kembali ke kamarnya sekarang dan tidak jadi pergi. Walaupun pergi berdua saja dengan suami orang yang notabene mantannya, benar-benar bukan sesuatu yang bisa dibilang baik. Tetapi rasa yang menggelitik dihatinya seakan mendorongnya untuk pergi.

"Nai..?" panggil Vian membuyarkan lamunan Naira.
"Lo yakin kita pergi berdua aja??" ucap Naira sedikit panik. Vian tersenyum melihatnya.
"Memangnya kenapa?"
Gila lo Yan! Lo pria beristri!!. Naira tak habis pikir, ia hanya menatap Vian dengan pandangan ragu.
"Kita cuma jalan-jalan Nai,, Gua cuma mau ajak temen lama gua ini menikmati Jakarta yang sudah gua apal seluk beluknya" jelas Vian.

DEG! Entah kenapa ada sedikit rasa pilu mendengar saat Vian bilang teman lama. Naira tersenyum kecut sebelum akhirnya menjawab.
"Okeh! Kita mau kemana?" tanya Naira Antusias. Vian tersenyum mendengarnya.
"Pokoknya ikut aja!" balasnya sambil menarik tangan Naira.
Bersenang-senang selagi bisa! Ya bukan selingkuh, cuma jalan-jalan dengan kawan lama. Batin Naira mengingatkan hatinya.

Vian membawa Naira menuju parkiran dan langsung membukakan pintu mobil begitu sampai di tempat mobil Vian terparkir.
"Mobil adek lo?" tanya Naira saat mobil mulai melaju. Vian hanya mengangguk.
"Kita mau kemana?" tanya Naira lagi.
"Udah ikut aja!"
"Vian,, lo gak lagi berfikir aneh-aneh kan??" Naira memicingkan matanya.
"Maksudnya??" tanya Vian bingung.
"Ya kali lo mau bawa gua ke tempat antah berantah terus ninggalin gua gitu aja!" ujar Naira.
Mending gua bawa ke KUA Nai!. Batin Vian sambil terkekeh geli.

"Mau ngajakin lo candlelight dinner ala-ala di Bali" ujar Vian akhirnya.
"Emang ada tempat begitu di Jakarta??" tanya Naira heran.
"Adalah.. Pasti lo suka!"
"Yakin banget gua bakal suka??"
"Mau taruhan??" tantang Vian. Naira yang memang penyuka tantangan langsung mengiyakan.
"Boleh! Apa taruhannya??" balas Naira.
"Kalo lo kalah, besok malem traktir gua nonton! Dan kalo lo menang, besok gua traktir lo dinner ditempat yang lebih keren dari yang mau kita datengin ini!" ujar Vian tersenyum jahil.

Itu mah menang kalah gua bakal ketemu dia lagi besok! Oh My GOD, lo gak lagi modusin gua kan Yan??. Pikir Naira sambil menatap Vian yang semakin ditatap semakin tampan itu.
"Gimanaa??" tanya Vian penasaran.
"Ehmm.. Nonton ya?? Tapi ajak Reihan ya!" balas Naira akhirnya. Dia tak bisa membayangkan bakal jadi apa dirinya nanti jika hanya berduaan saja dengan Vian di bioskop.

"Hahahah.. Jadi yakin kalah nih??" goda Vian. Naira hanya balas cemberut.
"Melly gak marah lo pergi berduaan gini sama gua? Bisa-bisa gua dibunuh kalo dia tau" ujar Naira pelan, ia mulai merasa seperti menjadi selingkuhan. Memikirkan hal itu membuat Naira tersenyum kecut.
Dia bahkan udah dua kali berniat nyelakain lo Nai. Batin Vian lirih.

Past, Present, Future! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang