XIII. Pengakuan

2.8K 192 24
                                    

Deru nafas Vian dan Naira bersahut-sahutan, dengan intens mereka saling membalas ciuman. Vian menggigit pelan bibir bawah Naira dan langsung membuat Naira mengerang kecil. Erangannya membuat Vian memperdalam lagi ciumannya, menghisap dan melumat bibir mungil itu tanpa ampun. Darah Naira berdesir ketika Vian mulai memasukan lidahnya, mengeksplore rongga mulutnya. Naira mengerang lagi, ciuman Vian begitu memabukkan.

Reihan yang tertidur dibangku belakang tiba-tiba mengeluarkan suara. Naira langsung tersentak kaget, kesadarannya kembali. Ia mendorong tubuh Vian menjauh. Melepaskan ciuman Vian yang membuatnya terlena itu.

Deg, deg, deg. Debar jantung mereka berpacu bersama nafas yang kini tersenggal-senggal. Mereka saling menatap sambil mengatur nafas masing-masing. Reihan kembali tertidur pulas, mungkin tadi ia hanya mengigau.

Berbagai pikiran mulai memasuki kepala Naira. Ia merasa jijik dengan dirinya sendiri. Bisa-bisa nya ia terlena dengan ciuman suami orang, bahkan mereka melakukannya di depan anak lelaki itu yang sedang tertidur pulas. Ia menatap Vian dengan pandangan yang campur aduk. Vian menatapnya dengan pandangan bingung yang seolah berkata kenapa?.
Ini GILA!! Ini gila Naira!!. Batin Naira sambil menggelengkan kepalanya.
Vian mencoba meraih Naira yang tampak frustasi itu, Naira langsung menepis tangan Vian.

"INI GAK BENER YAN!!" hardik Naira dan langsung keluar dari mobil. Vian mengikutinya keluar.
"Nai!!" panggil Vian. Naira berjalan mondar-mandir disamping mobil Vian. Vian melangkah mendekatinya.
"Jangan kesini Yan!!" hardik Naira lagi memberi peringatan. Vian menghentikan langkah kakinya.

"Nai,," panggil Vian pelan, berusaha menenangkan Naira.
"Ini salah Yan!" ujar Naira sedikit lirih. Vian memperhatikannya.
"Ini gak boleh terjadi! Gua gak boleh terlarut dengan perasaan gua. Kita gak boleh begini Yan!!" bentak Naira.
Vian menghela nafasnya menatap Naira dengan pandangan lirih, membiarkan Naira mengeluarkan ganjalan dihatinya.

"Lo pria beristri, gua cuma masa lalu lo! Gua bener-bener hina bisa dengan bodohnya terlena dengan semua ini! Gua BENCIII perempuan-perempuan kayak gitu, dan gua ngelakuinnya! Apa yang lebih hina dari ini" Naira mulai menyalahkan dirinya. Tubuhnya sedikit bergetar karena marah, air mata mulai menumpuk di pelupuknya.

"Gak Nai, ini gak seperti itu. Lo gak salah~"
"INI SALAH VIAN!!" jerit Naira memotong ucapan Vian.
"Kalo pun ini cuma buat bales dendem ke Melly karena pernah ngerebut lo, ini tetep salah besar!" lanjut Naira lagi.
"Nai,, dengerin gua dulu.. Lo gak~"
"CUKUP YAN!! Gua mau pulang!" potong Naira lagi menatap marah kearah Vian, bulir-bulir air matanya sudah jatuh ke pipinya.
"Okeh kita pulang!" Ujar Vian akhirnya dan langsung masuk ke dalam mobil.

Naira memilih duduk dibangku belakang bersama Reihan yang tertidur pulas, Vian dibiarkan menyetir sendiri di kursi depan. Vian hanya diam, ia langsung melajukan mobilnya kembali ke Jakarta.

Sepanjang jalan mereka hanya saling diam, sesekali isak tangis Naira terdengar dari arah belakang. Vian beberapa kali memperhatikan Naira dari Spion tengah.
Lo bego Yan! Kenapa lo gak bisa nahan perasaan lo! Dasar nafsu sialan!! Please Nai, jangan nangis. Sesal Vian dalam hati.

Naira menghampus air matanya, ia mulai mengontrol tangisannya yang sudah mulai reda. Ia masih tak percaya dengan kejadian barusan. Semua nya begitu tiba-tiba dan yang ia sesali ia menikmatinya. Menikmati berselingkuh dengan suami orang, bahkan sampai terlena. Naira melihat Reihan yang sedang tertidur pulas disebelahnya. Rasa bersalah semakin menyerangnya.
Maafin tante Rei, tante jahat mau ngerebut papa Rei. Maafin tante. Batin Naira sambil mengusap wajah polos Reihan.

Perjalan pulang ditempuh dengan waktu yang lebih cepat. Pukul sembilan mereka sudah memasuki daerah Jakarta Utara. Naira masih terdiam di kursi belakang, tangisannya sudah berhenti.
Gua harus lurusin ini semua sekarang juga! Apapun reaksinya nanti, Naira harus tetep tau. Batin Vian meneguhkan hatinya.

Past, Present, Future! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang