Vian
Aku terbangun karena merasakan sedikit pegal di tangan kiriku. Senyum lebar tak bisa kuhindari ketika melihat wanita kesayanganku tertidur pulas di lenganku. Mata ku tak berkedip melihat wajah manisnya, kusibakan dengan lembut rambut yang menutupi wajah dan lehernya. Dan kutemukan beberapa tanda merah disana, bukti bahwa dia adalah milikku. Aku tersenyum lagi memandangi istri tercintaku ini.
Aku benar-benar tak menyangka akan kembali bersamanya, bahkan menikah dengannya setelah apa yang kami lalui selama beberapa tahun lalu. Aku sempat putus asa memilikinya, sempat merelakan dia berbahagia dengan orang lain, mempasrahkan diriku untuk mencoba mencintai orang lain, tetapi selalu berakhir dengan mengingatnya kembali, mengenangnya, merindukannya, dan mencintainya.
Pernah ku coba mengalihkan pikiran ku dari Naira dengan berkonsentrasi mempelajari bidang kerjaku lebih dalam. Dan hanya dengan tak sengaja bertemu dengannya ketika di Singapura dulu, semuanya kembali lagi ke awal. Terserah kalo aku dibilang lelaki Gagal Move On! Nyatanya memang I'm the Man Who Can't be Moved! Hahaha.. Lagu itu sempat menjadi soundtrack hidupku beberapa tahun lalu.
Sudah hampir dua tahun kami menikah dan perasaan ku selalu menggebu kepadanya. Oh Tuhan kumohon jangan pernah hilangkan cintaku ini untuknya dan keluarga kecil kami. Aku melirik kearah box bayi yang ada di samping tempat tidur kami. Kulihat wajah anak kami yang tertidur pulas seperti ibunya.
6 bulan yang lalu kami dikaruniai anak Lelaki yang kuberi nama Raskha Vinnara Adinata. Naira sempat protes dengan nama tengahnya yang merupakan singkatan namaku dan Naira. Seperti biasa ia mengataiku NORAK!. Whatever! Aku hanya ingin seluruh dunia tau dia anakku, anak kami, buah cinta kami, dan aku sangat bangga akan itu.
Aku tak bisa berkata-kata saat melihat perjuangan Naira melahirkan anak kami kedunia ini. Kalo harga diriku mengijinkan aku untuk pingsan, mungkin aku akan pingsan ketika melihat dia menjerit kesakitan berusaha mengeluarkan Raskha untuk menemui kami di dunia ini. Yang bisa aku lakukan hanya menggenggam tangannya, mempasrahkan tanganku diremas kuat-kuat, menemaninya sampai ia berhasil membawa Raskha kehadapan kami.
Tak bisa kugambarkan betapa bahagia dan haru nya aku saat pertama kali mendengar suara jagoan kecil kami menangis kuat memenuhi ruangan bersalin. Kulihat Naira tersenyum bahagia sambil menahan sakitnya, kukecup keningnya matanya pipinya dan trakhir bibirnya sebelum aku berucap Terima kasih karena telah berjuang melahirkan anak kami. Ia menangis terharu dengan perlakuanku, oh aku benar-benar mencintai istriku!
Suster menyerahkan anak kami kepada kami setelah dibersihkan, aku menggendongnya dengan hati-hati. Kulihat jari-jari kecilnya, wajahnya yang lucu perpaduan wajahku dan Naira. Ku Adzan ni ia sebelum kuberikan pada Naira. Air mata ku keluar melihat Naira dan Malaikat kecil kami yang sedang menggeliat di dada Naira mencoba meraih Asi pertamanya. Terima kasih Tuhan karena telah menciptakan mereka untuk kumiliki. Sekali lagi aku mengecup kening Naira dan mengucapkan terima kasih walaupun aku tau itu tidak pernah cukup untuk membalas pengorbanannya melahirkan anak kami.
Aku kembali memandangi Naira yang tertidur dirangkulanku. Kukecup keningnya dan aku iseng membuat tanda lagi dilehernya yang membuat tidurnya terganggu. Aku langsung bangkit dengan hati-hati melepaskan kepalanya dari tanganku dan berjalan menghampiri jagoanku.
"Hei anak papa! Mau kemana kita hari ini??" ucapku sambil mengelus wajah imutnya. Raskha menggeliat sebelum akhirnya terbangun dan menangis keras. Kuraih ia dan menenangkannya. Naira terbangun mendengar jagoan kami menangis. Dengan mata yang masih mengantuk ia menghampiri kami.
"Jam berapa Yang?" ujarnya sambil meraih Raskha dari tanganku. Oh ya semenjak menikah panggilan kami berubah menjadi sayang.
"Jam 5.." jawabku sambil mengecup puncak kepala Naira. Ia tersenyum sebelum membawa Raskha ke tempat tidur kami dan menyusuinya disana. Pemandangan yang selalu membuatku senyum terharu. Naira menoleh ke kaca meja rias yang ada di kamar kami, seketika itu aku langsung berlari ke kamar mandi sebelum aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya."Viiiiiaaaaannn!!!!!" jeritnya ketika melihat banyaknya bercak merah yang kutinggalkan ditubuhnya. Haha aku selalu suka melihatnya marah karena itu.
"Ervian Adinata!!! Keluar gak! Kayak mana aku mau keluar kalo kayak gini??!!" jerit Naira kesal sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. Aku hanya terkekeh di dalam kamar mandi.
"Tutupin pake syal aja sayang!" jeritku dari dalam kamar mandi.
"Awas kamu ya! Nanti malem tidur aja di ruang tv!" ancamnya yang membuat aku langsung keluar dari kamar mandi.Kulihat wajah kesalnya menatapku sambil menggendong anak kami. Aku hanya balas tersenyum yang membuat dia memukuli ku.
"Aduuh sayang sakit" ujarku mencoba menghentikan aksinya.
"Kamu itu kebiasaan, seneng bener bikin aku malu.." balasnya masih memukuliku.
"Kenapa harus malu, itu bukti kamu punya suami yang sayang banget sama kamu. Harusnya bangga donk!"
"Ini namanya bukan suami penyayang, suami nafsuan! Tiap hari kamu bikin leher aku merah-merah kayak gini!" aku terkekeh geli mendengar ucapannya. Kuraih tangannya yang memukuliku, dan langsung ke kecup bibirnya, membungkamnya.Naira melotot kesal tapi tak kuperdulikan malah membuatku semakin ingin melumatnya kalo saja tidak ingat dia sedang menggendong anak kami. CUP! Raskha yang sedang digendong Naira mencium pipiku membuat aku menghentikan aksi ku menciumi ibunya. Aku dan Naira tertawa melihat tingkah jagoan kami.
"Anak papa mau dicium juga ya?" ujarku sambil meraih Raskha dan mulai menciumi pipi chubby nya dan membuat dia tertawa karena geli. Naira ikut menciumi anak kami. Sampai akhirnya terdengar bunyi kentut dan tak lama tercium bau yang menyengat. Raskha pup di popoknya.Aku dan Naira saling berpandangan sebelum akhirnya tertawa melihat tingkah Raskha.
"Nurun papa nya tuh suka kentut sembarangan" ujar Naira disela-sela tawanya.
"Enak aja!" balasku. Kami mendudukan Raskha di atas buffet tempat pakaian dan popoknya disimpan. Naira menaruh bantal untuk sandaran Raskha. Raskha kentut lagi saat aku menaruhnya disana, dan wajah kagetnya membuat aku dan Naira tertawa terbahak-bahak.Sekali lagi aku berucap syukur untuk kebahagiaan ku saat ini.
Terima kasih Ya Allah atas berkat dan karuniaMu ini. Batin ku sambil mencium anak dan istriku.***
Hai semuanyaa..
Semoga suka ya epilognya, kali ini kita akan benar-benar berpisah dengan kisah ini.. Huhuhu.. Saat ini sedang menimang-nimang untuk membuat Squel cerita ini. Dan ada keinginan juga sih buat bikin cerita tentang Leo dan Tara, karena hanya mereka berdua yang masih jomblo di genk ini. HahahaTerima kasih sekali lagi kuucapkan untuk semua pembaca dan semua apresiasinya untuk karya pertama ku di wattpad ini. Terima kasih karena sudah menyempatkan mampir dan membaca tulisan yang masih amatir ini. Semoga kisah Vian dan Naira bisa terkenang di hati kalian semua 😆😆..
Regards,
17.6.17
_Lanysofia_See u next story 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, Future! (Tamat)
ChickLitKetika cinta mulai tumbuh, menggebu, menjelma menjadi prioritas teratas, maka semakin besar kemungkinan untuk terluka.. Karena semakin cinta meninggi.. Semakin dalam pula jurang luka saat kau terjatuh nanti..