VIII. Terluka

2K 132 20
                                    

Semenjak pertengkaran Naira dan Melly waktu itu, Melly tampak sedikit mengurangi aktivitas nya menggangu Naira dan Vian. Bukan berati dia menyerah mendapatkan Vian, tetapi ia sedang menyusun rencana yang lebih besar untuk memisahkan Naira dan Vian.

Tak terasa mereka mulai memasuki semester dua. Vian dan Naira tampak baik-baik saja hingga kini, sudah lebih 6 bulan sejak mereka jadian tetapi kemesraan masih menghiasi mereka berdua. Tak disangka genk mereka berenam menghandirkan cinta lain selain Naira dan Vian. Hal itu terungkap ketika mereka berenam sedang istirahat dikantin. Lila dan Jordy tampak saling pandang dengan malu-malu, membuat Tara Leo Naira dan Vian terperangah bengong dibuatnya.

"Apa-apaan ini??" tanya Leo menyelidik.
"Jangan bilang kaliaan..." ucap Tara menggantung kalimatnya. Lila dan Jordy hanya tersenyum mengangguk malu-malu, mengerti apa yang ditanyakan Tara.
"Huaaa??? Sejaak kapaan?? Serius?!!" ujar Tara lagi takjub. Vian dan Naira hanya terkekeh geli melihat sahabat-sahabatnya itu.
"Sejak 1991!" canda Jordy diiringi tawa yang lainnya. Tara cuma manyun kesal. Dia merasa ditinggalkan menjomblo sendirian oleh kedua sahabatnya itu.
"Gila lo Jor, gerakan bawah tanah! Diem-diem jadi,, temen-temen taunya demen!" ujar Leo keki ditinggal menjomblo sendirian. Lila dan Jordy hanya tertawa geli.

"Ini gak bisa dibiarin Tar, masa tinggal kita yang jomblo??" ujar Leo mencari dukungan.
"Iya bener itu Yo! Makin jadi obat nyamuk kita kalo maen bareng!" ucap Tara.
"Oleh karena itu Tar, mendingan kita jadian juga!!" ucao Leo mengangkat kedua alisnya menatap Tara dengan menelnya. Tara langsung bergidik ngeri dan melotot ke Leo.
"Idiiih ogaaah!! Mimpi lu!! ngarep!!" balas Tara yang langsung membuat mereka semua tertawa. Leo hanya manyun.

Hari-hari lainnya dijalani mereka dengan damai aman tentram dan bahagia, selayaknya remaja SMA yang penuh dengan semangat masa muda. Tanpa mereka ketahui ternyata perdamaian itu tak berlangsung lama.

Sudah class meeting lagi, tak terasa sebentar lagi mereka akan naik kelas 3. Naira yang sedang tidak enak badan memutuskan pulang lebih cepat. Ia sengaja tidak minta diantar Vian yang sedang sibuk dengan pertandingan basketnya. Tanpa berpamitan Naira pulang begitu saja, dan ternyata itu awal dari semua bencana ini.

Naira yang tampak lemah menunggu angkot yang akan ditumpanginya pulang kerumah. Wajah nya tampak pucat dan sesekali ia memegangi kepalanya yang pusing. Tiba-tiba kak Donny dengan motor besarnya menghampiri Naira yang tampak tidak sehat itu.

"Kenapa Nai??" tanya kak Donny sedikit panik melihat Naira yang pucat itu.
"Eh kak Donny, dari mana??" Naira malah balik nanya.
"Abis kesekolah-kesekolah ngebagiin brosur fakultas Nai" jawab Donny. Naira hanya balas tersenyum lalu terhuyung lemas, Donny dengan sigap menarik tubuh Naira.
"Nai kamu kenapa? Ya ampun panas gini badan kamu!" ucap Donny. Naira tak membalas, ia benar-benar merasa pusing saat ini. Ia kembali terhuyung kedepan membuat kepalanya bersender dipundak Donny. Sekarang mereka tampak sedang berpelukan.
"Udah yuk aku anter pulang!" ajak Donny. Naira hanya mengangguk lemah dan langsung naik ke motor Donny. Donny memegang kedua tangan Naira agar dia tidak terjatuh dari motor.

Tidak mau kehilangan kesempatan, Melly yang sedang berada di sebrang jalan mengabadikan kejadian-kejadian itu dengan kamera handphone nya. Senyum licik menghiasi bibirnya.
Mampus lo Nai kali ini!!. Batin Melly.

Vian tampak bingung karena Naira tak ada dikelas, Hp nya pun tak bisa dihubungi.
Kemana sih lo Nai?. Batin Vian.
"Jor, Yo! Liat Naira gak?" tanya Vian kepada Jordy dan Leo yang sedang nyemil ciki itu. Mereka berdua hanya menggeleng.
"Kemana sih tu anak?!" ujar Vian sedikit kesal.
"Pulang kali yan" balas Jordy.
"Gak bisa apa kasih kabar?!" ucap Vian lagi masih kesal.
"Posesif amat mas! Woles woles" ujar Leo menenangkan. Vian hanya diam.

Malamnya Vian mencoba menghubungi Naira lagi. Kali ini handphone Naira sudah aktif.
"Tadi siang kemana Nai?" tanya Vian penasaran.
"Gak kemana-mana langsung pulang Yan" jawab Naira, suara nya sedikit serak.
"Lo kenapa? Sakit?" tanya Vian cemas mendengar suara parau nya Naira.
"Gak tau nih demam, pusing"
"Kenapa gak bilang sama gua? Kan bisa gua anterin pulang"
"Jangan, kan lo lagi tanding"
"Alah Nai, cuma tanding antar kelas ini bukan kejuaraan beneran" balas Vian.
"Jangan donk, nanti kelas kita kalah! Masa kapten tim basket Ganesha kalah" ujar Naira mencoba bercanda.
"Pokoknya kalau ada apa-apa kasih tau gua, jangan ngilang gitu aja kayak tadi! Oke?" ujar Vian.
"Iya posesif nya akuu" balas Naira dengan suara sedikit manja. Vian tersenyum mendengarnya.
"Ya udah sana tidur.. See u soon Naiyang" ucap Vian.
"Naiyang??" tanya Naira bingung.
"Naira sayang.." ucap Vian sambil terkekeh geli. Naira pun ikut terkekeh mendengarnya.
"Norak!"
"Biarin!! Udah ah, Nite" balas Vian mengakhiri panggilan telepon nya.

Past, Present, Future! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang