XV. The Day!!

3.7K 199 44
                                    

Naira pulang ke rumahnya bersama Vian. Tepat saat mereka sampai, Papa Mama dan Kaira sedang ngobrol santai di teras rumah.
Aduh kenapa pada kumpul di depan semua sih. Batin Naira. Ia tau sekali keluarganya akan segera meledeknya begitu melihat ia datang berdua Vian.

Dan Vian yang memang sudah akrab dengan keluarga Naira itu dengan santainya menegur mereka.
"Halo Om.. Tante.. Kaira!" ujar Vian tersenyum manis dan langsung membuat ketiga orang itu melihat kearah Vian dan Naira.

Naira langsung menunduk dan baru ia sadari Vian sedang menggenggam tangannya.
Ini tangan sejak kapan ada disini??. Batin Naira sambil mencoba melepaskan genggaman Vian.

Vian melihat Naira dengan pandangan bingung, padahal sepanjang perjalanan dari Bandara Naira tak masalah tangannya ia genggam. Bahkan Naira dengan manjanya menyenderkan kepalanya di bahu Vian. Alih-alih melepaskan Vian malah mengeratkan genggamannya.

"Ehem!!" deham Papa Naira menatap tajam mereka berdua. Vian langsung nyengir kuda dan buru-buru melepaskan tangan Naira setelah melihat tatapan mata Papa yang seperti menusuknya.
Astaga lupa udah dirumah! Mati gua!. Batin Vian.

"Kepincut Duren nih ceritanya??" goda Kaira. Naira langsung melotot tajam ke Kaira. Vian hanya menatap bingung kakak adik itu. Ia tidak menyadari bahwa yang sedang dibicarakan adalah dirinya.
"Gak apa-apa yang penting kan bukan suami orang" tambah Mama Naira sambil cekikikan. Naira merona merah mendengar ucapan Ibunya.

"Vian bukan Duda, apalagi suami orang!" ucap Naira yang membuat mereka semua terbelalak. Vian baru menyadari situasi ini, ia hanya tersenyum kaku.

"Lah kan kamu yang bilang" ujar papa santai. Vian melirik Naira yang wajahnya semakin memerah.
"I-itu salah paham!" balas Naira buru-buru. Vian terkekeh geli melihatnya. Naira langsung melirik tajam kearah Vian membuat Vian langsung terdiam.

"Saya masih single om, perjaka tulen, belum pernah nikah apalagi jadi duda!" jelas Vian dengan pedenya.
Oh My GOD! Gua lupa nih anak tingkat pedenya kelewat tinggi ngalahin menara sutet!. Batin Naira.

Papa Mama Kaira langsung tertawa geli mendengar ucapan Vian itu.
"Jadi perjuangan udah berhasil nih??" goda Papa melirik Vian. Vian tersenyum kemudian menggenggam tangan Naira lagi.
"Dikit lagi om, sampe jadi halal!" jawabnya sambil menggangkat genggaman tangan mereka, memamerkannya ke keluarga Naira.

Naira langsung terbelalak kaget melihat tingkah Vian itu, wajahnya sekarang lebih merah dari kepiting rebus.
"Heh pegang-pegang lagi!! Belum mukhrim!!" bentak Papa menggoda mereka berdua. Vian langsung nyengir kuda dan kembali melepaskan genggamannya. Mereka semua tertawa melihat Vian yang salah tingkah.

Semenjak hari itu Vian dan Naira resmi kembali bersama. Mereka berdua seperti pasangan yang sedang dimabuk cinta, tak terpisahkan kecuali di jam kerja dan jam tidur. Hampir setiap hari mereka bertemu, Vian mengantar jemput Naira ke kantor. Sesekali Naira juga main ke rumah Vian.

Keluarga Vian sama seperti keluarga Naira, merestui mereka berdua. Naira sangat akrab dengan Mama nya Vian, Rein dan Reihan yang tinggal di Jakarta, tetapi masih belum terlalu akrab dengan ayah Vian yang sedikit pendiam. Tidak seperti Vian yang mempunyai tingkat kePedean super! Tampak nya sifat itu menurun dari ibunya.

Sedangkan Vian? Jangan ditanya! Dia bahkan sering ikut Papa Naira memburu berbagai bonsai baru yang sudah memenuhi halaman rumah. Bahkan Mama Naira sangat memanjakan Vian jika sedang berada di rumah. Terkadang Naira yang anak kandung sampai iri dibuatnya. Kaira yang cuek juga tak disangka bisa sangat akrab dengan Vian.
Pake pelet apa sih nih bocah??!. Batin Naira terperangah melihat keakraban keluarganya bersama Vian.

Tak terasa minggu depan sahabat mereka Lila dan Jordy akan melangsungkan pernikahan. Naira dan Vian membeli hadiah untuk pernikahan sahabatnya itu. Tara dan Leo yang sedang sibuk dengan kerjaannya meminta Naira dan Vian saja yang membelikan kado untuk Jordy dan Lila.

Past, Present, Future! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang