Vian terbangun dari tidur lelapnya ketika suara Pramugari memberitahukan bahwa beberapa menit lagi pesawat yang mereka tumpangi akan segera mendarat. Vian tersenyum kecil ketika mengingat mimpinya tadi. Ia bermimpi tentang gadis dari masa lalunya yang sudah lama ia rindukan.
Vian merasakan tangan kanannya sedikit pegal dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Naira, gadis yang ia mimpikan tadi, tertidur pulas disampingnya dengan tangannya sebagai alas. Otak Vian langsung mengingat kejadian beberapa jam lalu. Ia teringat telah bertemu Naira pagi ini di Bandara.
Ternyata bukan mimpi. Batin Vian.Tampak Reihan sangat nyaman tidur dipangkuan Naira yang juga sedang tertidur pulas. Vian tersenyum kecil melihat pemandangan itu. Ia menatap wajah Naira yang sedang terlelap itu, intens dan penuh kerinduan.
Kangen kamu Nai. Batin Vian.
Pelan-pelan ia rogoh saku celananya untuk menggambil ponselnya. Vian menarik pelan kepala Naira dengan tangan kanannya yang masih disenderi Naira. Sekarang kepala Naira sudah bersender di dada kanannya. Sedangkan tangan kanannya ia taruh di lengan kanan Naira, mendekapnya.Cekrek! Vian mengabadikan moment mereka bertiga yang terlihat seperti sebuah keluarga kecil bahagia itu dengan kamera handphonenya. Vian tersenyum puas melihat hasil foto itu. Naira tampak sedikit terganggu tidurnya, Vian langsung cepat-cepat menyimpan kembali ponselnya. Dengan hati-hati ia menarik tangannya dan menyenderkan kepala Naira ke sandaran bangkunya. Ia langsung berpura-pura tidur dibangkunya ketika melihat Naira yang akan terbangun.
Naira menutup mulutnya yang menguap dengan tangan kanannya. Ia tersenyum ketika mendapati Reihan, si bocah menggemaskan, tertidur pulas di pangkuannya. Kemudian ia menengok ke lelaki disebelahnya. Naira menatap Vian lekat-lekat. Tak bisa dipungkiri ia masih merindukan lelaki beristri yang pernah menjadi pangerannya dulu. Sorot kerinduan benar-benar terpancar dari mata indahnya. Ia langsung menggelengkan kepalanya mencoba mengatur perasannya.
Gak boleh Nai! Dia suami orang!!. Naira kembali lagi mengingatkan dirinya.Naira mengalihkan perhatiannya dari Vian. Ia memandang keluar jendela. Dilihatnya bangunan-bangunan dan mobil yang tampak kecil, pertanda mereka akan segera sampai.
"Bangun Yan! Udah mau nyampe" ujar Naira sambil menggoyangkan lengan Vian. Vian yang pura-pura tidur perlahan membuka matanya.
"Hmmm.." Vian meregangkan badannya yang langsung membuat kaos yang dipakainya sedikit terangkat dan memperlihatkan otot diperutnya.Naira yang melihat hal itu langsung memalingkan wajahnya, entah kenapa pipi nya tiba-tiba terasa panas.
Roti sobek! Hanya itu yang terlintas dipikiran Naira.
"Sini Nai Reihannya, lo pasti pegel" ujar Vian membuyarkan lamunan Naira. Badan Vian memang bagus karena ia masih rutin berolahraga, basket tak pernah ditinggalkannya hingga kini. Apalagi ditambah wajah Vian yang sudah terlahir Tampan. Wajar jika para wanita terpesona menatapnya. Tidak terkecuali Naira yang dari bandara tadi sudah memperingatkan jantungnya untuk tidak mudah berdebar."Nai,,?" panggil Vian lagi karena Naira hanya bengong menatapnya.
"Eh iya,, kenapa??" balas Naira akhirnya.
"Sini Reihannya kasih gua aja, kasian nanti lo pegel"
"Oh gak apa-apa yan, kasian kalo kebangun" tolak Naira melihat Reihan yang masih tertidur pulas. Vian mengangguk pelan."Ngapain ke Jakarta Nai?" tanya Vian memulai percakapan.
"Biasa kerjaan, ada training gitu di kantor pusat" jawab Naira.
"Ooow.. Berapa hari??"
"Sebenarnya 4 hari sampe Kamis nanti, tapi gua extend ngambil cuti sehari and pulang Minggu"
"Mau cuti kemana?" tanya Vian penasaran.
"Paling jalan-jalan di Jakarta aja sekalian maen sama temen lama"
"Nginep dimana nanti?"
"Harris Kelapa Gading" Jawab Naira menyebutkan salah satu hotel di kawasan Jakarta Utara yang langsung terkoneksi dengan Mall Kelapa Gading.
"Enak donk, bisa langsung ngeMall?"
"Iya jadi gampang nyari makannya" balas Naira sambil tersenyum yang langsung membuat Vian ikut tersenyum. Tatapan mereka bertemu dan langsung membuat mereka sedikit canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, Future! (Tamat)
ChickLitKetika cinta mulai tumbuh, menggebu, menjelma menjadi prioritas teratas, maka semakin besar kemungkinan untuk terluka.. Karena semakin cinta meninggi.. Semakin dalam pula jurang luka saat kau terjatuh nanti..