# 1 Pindah

49K 859 6
                                    

HI ^^v. Hanya sekedar memberitahu, selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam dan sebagainya semuanya. Nih cerita pertama yang dengan segenap hati aku menguploadnya. 

Dan hanya mengingatkan, di cerita ini hanya akan ada satu Sudut Pandang, yaitu dari sang pemain utama kita. Tak lain dan tak bukan adalah Selina Melani. Jeng... jeng... jeng... Pretttt*tiupterompot

VotandKomt selalu dinanti. Tengkyu....

************

# 1 "Pindah"

"Kamu yakin sayang mau pindah ke Jakarta?"

"Bunda tenang saja, di sana juga aku tidak tinggal sendiri kan. Aku hanya ingin menikmati kehidupan sekolah senormal mungkin"

"Baiklah, bunda bantu beres-beres" wanita yang 5 tahun lagi akan menginjak usia 50thn adalah bundaku. Benar, saat ini aku memutuskan untuk pindah ke Indonesia, tinggal bersama kakek nenekku di Jakarta.

"Pasti rumah ini bakalan sepi"

"Bunda... Jangan begitu, di sana aku hanya 1 tahun, setelah selesai menyelesaikan sekolah aku pasti akan kembali ke Kuala Lumpur" ku genggam tangan hangatnya untuk meyakinkan "Lagian juga kan masih ada Bang Daffa sama Bang Damar"

"Mereka terlalu sibuk dengan kegiatan mereka masing masing, mereka mana ada yang mau di ajak ke mall belanja bareng. Yang ada malah bunda bakalan di tinggal" aku hanya tersenyum menanggapinya. Tak ada yang berbicara, hening setelah itu. Aku dan Bunda sibuk memasukkan barang barang yang perlu aku bawa untuk ke Jakarta. Besok aku akan bertolak menuju Jakarta.

Sebelumnya. Perkenalkan namaku Selina, Selina Melani. Keputusanku untuk ke Jakarta sudah aku pertimbangkan sejak lama. Aku sudah mempertimbangkannya semenjak film terakhir yang aku bintangi 2 bulan yang lalu. Ya benar, aku salah seorang artis, model di negaraku. Tidak hanya di negaraku sendiri, aku pernah bermain bersama artis luar negeri. Misalnya Mario Maurer dari Thailand. Artis tampan, yang sempat menjadi heboh karena kedekatanku dengan Mario. Padahal kami hanya teman. Teman yang berkenalan di lokasi syuting.

Aku anak ke tiga dari 3 bersaudara, Abang pertamaku bernama Daffa, sekarang sedang membantu papa di perusahaanya yang bergerak di bidang perminyak tanah. Sedangkan abang keduaku bernama Damar. Ia memiliki profesi yang sama denganku, abangku yang satu ini tidak begitu tertarik dengan dunia bisnis, menurutnya itu membosankan

Kalau ngomong soal kenapa aku pindah, itu karena aku hanya ingin menghabiskan sisa sekolah SMAku dengan tenang, secara normal. Tanpa ada syuting atau acara apapun yang mengganggu kegiatan belajarku. Egois ya? Tapi hanya 1 tahun saja, aku ingin sekolah dengan normal.

Kalian pasti bingung kenapa aku menggunakan bahasa Indonesia ketika bercakap-cakap. Itu sudah menjadi peraturan di rumah ini. Ketika di dalam rumah, semua wajib berbahasa Indonesia ketika bercakap-cakap.

Malam sebelum keberangakatan, kami semua makan bersama di meja makan, semua makanan yang disajikan adalah makanan kesukaanku .

"Aku pasti akan merindukan mu adikku cuyung" Bang Damar emang selalu begitu, kalau uadah deket sama adeknya ini, alay nya pasti kumat. Alay ya alay, tapi pasti pipiku juga kena aniyayanya. Kan sakit

"Gak segitunya kali bang, sakit nih pipi" Aku mencoba mengecek pipiku. Ah syukurlah fikirku, aku hanya takut jikalau pipiku besar sebelah.

"Jam berapa kamu berangkat, Sel?"

"Jam 5 pagi, Pa"

"Kok pagi banget sih, dek?" Bang Daffa itu kalau ngomong selalu singkat, to the point istilahnya. Dia juga orang yang bijaksana. Itu yang aku suka dari abangku ini.

"Sudah di bocking semua, lah bang, tinggal jam segitu. Kalau ditunda terus nanti kapan aku sekolahnya"

"O, kan enak nggak sekolah"

"Shut, kamu tu ya, kalau ngajarin adiknya yang bener. Nggak sekolah kok enak"

"Kasian" bisikku ke kak Damar. Aku hanya bisa tersenyum mengejek.

"Sudah-sudah. Ayo cepat tidur, besok kita harus mengantar adikmu ini ke bandara kan?" Papa selalu menjadi penengah jika aku sama abangku yang satu ini berseteru.

"Siap" ucap kami serempak. Bunda hanya tersenyum. Aku pasti merindukan senyum itu. Merindukan jalan bersama ke mall. Ke Salon bareng.

Setelah itu aku naik ke lantai dua, ku lihat jam di kamar menunjukkan pukul 9 malam. Sudah saatnya aku tidur. Menyetting alarm pukul setengah 4 pagi. Pagi ya, ya iyalah. Karena dari rumah menuju bandara memerlukan waktu setengah jam.

Kring...Kring...Kring...

Aku mencoba merapatkan selimutku, aku masih terlalu ngantuk untuk bangun.

Kring...Kring...Kring...

Nih alarm kenapa nggak mau berhenti sih, kepalaku masih terlalu pusing untuk bangkit. Aku mencoba untuk mengumpulkan semua nyawaku. Aku mencoba mengingat, kamarin malam aku tidur jam berapa, oh iya aku kamrin tidur jam 9 karena hari ini aku mau ke bandara. Iya bener bandara. Aku mencoba meastikan jam di dinding ku. Ah syukurlah, masih jam 4 kurang 15.

Aku mengambil handuk dan baju yang sebelumnya sudah aku siapin, menuju ke kamar mandi dan berendam air hangat.

Knock...Knock...Knock...

"Sayang, kamu sudah bangun belum?"

"Sudah bunda, sekarang Selin lagi mandi nih"

"Kalau sudah selesai mandi, bunda tunggu di dapur, bunda mau siapin roti buat makan pagimu dulu"

"Iya bunda sayang"teriakku di dalam kamar mandi. Nggak sopan ya teriak, kalau nggak gitu nanti bunda mana denger kan sekarang aku lagi di kamar mandi.

10 menit aku habiskan untuk berendam, waktu yang singkat, mengingat sekarang masih terlalu shubuh. Selesai mandi, aku langsung melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim. Sholah subuh.

Selesai sholat, aku melihat sekeliling kamarku. Kamar yang sudah aku tempati sejak 12 tahun yang lalu. Kamar yang aku tempati setelah keluargaku memutuskan untuk pindah ke Malaysia.

"Aku pasti akan merindukan semua ini" aku mencoba memegang piala piala yang salama ini sudah aku dapatkan ketika menjadi seorang public figure.

Aku manaruh koperku di depan pintu, hanya 1 koper yang aku bawa. Karena setiap main ke rumah nenek beberapa bajuku aku tinggal di sana. Jadi aku tidak membawa begitu banyak baju. Selain itu aku bisa memanfaatkan waktuku untuk belanja. Aku pasti akan merindukan Bunda untuk belanja bersama.

Aku mencoba kembali ke kamar dan mengecek penampilanku, tidak buruk. Sepatu kets, baju putih se paha dengan tulisan 'Free' dengan benang berwarna emas tercetak besar di dada dan celana jens panjang. Kaca mata, oh ya hampir saja aku lupa membawanya.

"Sel, ayo. Semua sudah nungguin kamu" aduh papaku, anakmu ini masih berusaha turun dari tangga sambil membawa koper besar.

"Tunggu pa, kenapa papa nggak buat tangga yang langsung meluncur saja. Kan Selin jadi susah bawa koper ini turun. Mana berat lagi"

Keluargaku hanya bisa menggelengkan kepala mereka secara kompak. Emang kenapa, ada yang salah dengan ucapanku? Oh sudahlah.

 ***tbc***

---------------------------------

Gimana? Geje, Aneh, ya semoga tidak mengecewakan.

Liat Media yuk, ada fotonya Selina tuh. hehehe...

VotandKomt selalu ditunggu.jangan lupa ninggalin jejak prasejarah. tengkyu. xoxo 

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang