# 8 NGINAP

13.9K 407 6
                                    

# 8 NGINAP

Kejutan apalagi ini? Setelah mengetahui fakta bahwa Angga dan Nessa kembar. Sekarang apa lagi? Nggak tau orang capek apa. Ngayuh sepeda dari taman ke rumah. Kaki rasanya sakit semua.

“Sel”

“Ya ampun bang, kau mengagetkanku tau” gimana orang nggak kaget, mau masuk kamar tiba tiba dipanggil gitu aja dari arah belakang.

“ada apa bang? udah bau banget nih, mau mandi”

“nanti mereka mau main ke sini”. Mereka siapa juga coba. Emang aku kenal apa. Main sebut mereka aja.

“mereka siapa?”

“Radit, Nanda, Romi, dan Angga”

“WHAT?” yang benar saja mereka kan…

Whatthe…

Ohmayg...

Ini GILA....

Kenapa hari ini kayak gini? Otakku buntu. ayo bekerja otak 

“Ngapain mereka ke sini?” tanyaku frustasi, otakku benar benar buntu saat ini untuk berfikir dengan jernih. Ingin rasanya segera mengguyur kepalaku dengan air shower. Membayangkannya saja pasti sangat nyaman.

“biasalah, malam mingguan bareng ndek sini. Nonton bola bareng” ucapnya. Tapi apa dia bilang. Biasa? Artinya…

“Biasa? jadi mereka sudah biasa main ke sini? Begitu?” tanyaku yang berakhir dengan mulut membentuk hurup O. seakan akan tak percaya dengan kejutan hari ini.

“iya adikku cuyung. Sudah lah tenang saja. Mereka juga tidak bakal mengenalmu. Selama meraka di sini jadilah Selina yang modis, jangan jadi Selina culun. Lagian juga selama di sekolah mereka juga tidak begitu memperhatikan dirimu” entah sejak kapan aku mulai mengerutkan keningku. Keningku semakin berlipat lipat setelah mendengarkan ucapannya.

Memang benar sih yang ia ucapkan. Tapi ini, tak bisakah ia mengerti posisiku sekarang. Aku takut posisiku yang sekarang sebagai Selin yang culun bisa goyah.

Tak ada pilihan lain selain mengiyakan. Karena saat ini aku hanya sepupu yang menginap dirumahnya saja.

“iya, iya. Jam berapa mereka ke sini?”

“jam 7. Cepet mandi sana, bisa keracunan bau kecutmu lagi aku”

Tadi dia bilang apa? aku bau kecut. HEI.

Aku hanya bisa memperlihatkan gigi putihku dan sedikit memberikan lipatan di hidungku ketika gigi putihku terlihat. Tapi sayang gigi putihku tidak bisa memantulkan cahaya, seperti di sepongsor pasta gigi. Sangat di sayangkan.

“Tadi yang ngajak bicara aku duluan siapa? Tadinya juga aku mau mandi. Perasaan bau ku masih harum deh, nggak kecut kecut amat. Emang abang, weee” setelah menjulurkan lidah ku, aku langsung lari ke kamar dan menutup pintu.

Aku rasa mereka sudah datang, di luar kamar benar benar berisik

Saatnya makan malam, enaknya keluar kamar nggak ya? Tapikan kalau aku keluar kamar mereka bakalan ngelihat aku dong. Tapi aku laper. Aduh ingin rasanya order makanan untuk di bawa ke kamar. Aish.

Ya sudah lah, lagian juga selama di sekolah mereka tak begitu memperhatikan Selin yang culun. So, masa bodoh deh.

Sebelum keluar kamar aku bercermin di kaca besar dulu. Celana panjang tidur biru, t-shirt putih kedodoran, rambutku kubiarkan tergerai dan bando hitam bertengger cantik di rambutku untuk menjaga agar poniku tidak jatuh kedepan.

Sempurna. Mereka tak akan tau siapa aku.

Aku bisa melihat mereka ketika aku keluar kamar, itu karena kamar ku dan kamar Bang Marcel berhadapan. Ketika keluar kamar, mata biru itu memandangku. Aku hanya bisa memberikan senyuman terbaikku.

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang