# 2 BANDARA

21.3K 570 10
                                    

# 2 BANDARA

Jakarta I’m back. Itu yang saat ini aku fikirkan ketika menginjak tanah Jakarta lagi, terakhir kesini hampir 1 tahun yang lalu, ketika merayakan hari raya bersama keluarga besar kakek nenekku di Jakarta.

Setelah melewati beberapa registrasi, aku mencoba mencari Bang Marcel. Menurut bunda, seharusnya Bang Marcel yang jemput aku di Bandara. Tapi mana. Aku mencoba celingukan mencarinya. Sejauh mata memandang tak ada. Aku masih ingat mukanya. Aku mencoba menghubunginya lewat nomer baru yang sering aku gunakan setiap kembali ke Indonesia.

Tut…Tut…Tut…

Aku coba telefon tiga kali tapi tak di angkat. Kok tega banget ninggalin sepupu kesayangannya di sini sendiri. Apalagi aku tidak begitu hafal jalan di Jakarta. Aishh... dasar nih abangku.

Ku coba telfon lagi, tak ada respon. Aku mencoba menelfon lagi di telfon rumah nenek saja.

Diangkat “Hallo”

“Ehm, apa bang Marcel sudah jemput?” tanyaku ragu ragu. Itu karena aku tidak tau siapa yang mengangkat telfonku ini. Aku takut jika aku ngomong terlalu percaya diri, yang mengangkat malah Bude Rosa. Iya Bude Rosa adalah Bundanya Bang Marcel. jadi beliau adalah Budheku.

“Non Selina ya?”

Oh bibi ternyata yang ngangkat “iya bi, aku sudah sampek, tapi bang Marcel kok nggak ada ya? Udah berangkat belum sih?”

“Oh itu non, yang jemput Mang No”

“oh, emang bang Marcel kemana bi?” 

“Den Marcel hari ini ada perlombaan jam 9”

“Lomba apa? Aku nggak tau kalau ternyata saudara ku pinter juga”

“Lomba Basket kalau tidak salah non”

Oh pantes, ku kira lomba akademis fikirku “ya uadh deh bi, kalau gitu”

“hati hati ya non, saya tutup telefonnya”

“iya bi”

Bang Marcel nyebelin banget sih, kemarin katanya mau jemput. Eh nggak tau sekarang malah di batalin. dasar abang nggak sayang sama sepupu sendiri.

Ngomong-ngomong mang no mana ya? Setengah jam sudah aku menunggu jemputanya.

Suhu di sini sudah menghangat. Cuaca juga cerah, huuu kalau kayak gini paling enak ngajak bunda berjemur dipantai deh.

Aku sudah berkeliling bandara tapi mana? Kakiku sudah pegel. Untung saja aku tidak menuruti ucapan bunda untuk memakai wedges. Bisa kemeng nih persendian. Di tambah kemana mana aku harus menyeret koper lagi. Gila, capek banget.

Lengkap, seperti anak itik yang kehilangan induknya.

Aku mencoba duduk. Kakiku terlalu capek untuk jalan lagi mengelilingi bandara ini. kayak kurang kerjaan banget gitu kesannya ngelilingi bandara ya...

Ku gerakan jariku berirama di tempat duduku. Kulepas kaca mata hitamku yang masih setia bertengger di kepalaku, menyisir rambut coklatku. Mencoba merapikannya dan menaruh kembali kacamata ketempat sebelumnya.

Dari sini aku bisa meliahat banyak orang yang hilir mudik dengan berbagai keperluan mereka. Banyak turis juga, lumayan buat cuci mata.

Kusandarkan punggungku ke belakang. baru 5 menit mejamin mata, ada suara...

“Non Selin ya?” aku lupa, pasti karena ketularan Lolanya bang Damar nih

"Saya Mang No, Non" oh iya aku lupa, padahal 1 tahun yang lalu aku baru ketemu dan sekarang aku lupa.

“Mang No, kok lama banget sih?” gerutuku pada pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Bekerja dengan keluarga besarku semenjak 25 tahun yang lalu sebagai supir pribadi kakek dan nenek kalau ada keperluan. 

“Maaf non, Jakarta mancet” 

Mancet lagi? Aku hanya mengganggukan kepala. Satu hal yang menjadi kebiasaan dan tak pernah berubah. Dan wajib dipertanyakan. Kapan Jakarta bebas mancet di hari hari biasa. 

"Sini Non kopernya, biar saya yang bawa" belum sempat aku meng iyakan, koperku sudah berpindah tangan di bawa mang No. Aku hanya mengikutinya dari belakang.

Kaca mata yang tadinya bertengger manis di kepalaku aku letakan di tempatnya berada untuk menutupi silaunya mentari yang masuk melalui jendela jendela yang disediakan di bandara ini.

Baby i love you ireoke malhajiman

Nae maeumeun waenji hanado jochi anha

I want you i need you norae bureujiman

I don’t know why i feel bad niga mwonde

Ada panggilan masuk. Oh ternyata dari sepupuku yang tega ini.

“Hallo” ucapku malas malas

“Uuuu, selina cuyung. Jangan marah dong” Ya Allah ni saudaraku kenapa, kesambet kali ya.

“apa?” dengan nada yang ku buat buat

“gitu aja marah, sorry sepupumu yang paling tampan ini tidak bisa menjemputmu. Kamu tahu kan…” aish, mulai deh narsisnya. Paling udah nggak tahan kalau dengerin dia menyombongkan ketampanannya.

“iya, iya, tadi bibi udah jelasin juga kok, bang”

“sebagai tanda permintaan maaf, aku belikan se ember ice cream rasa coklat” tau aja kalau sepupunya ini suka banget sama ice cream.

“hahaha terserah kamu deh”

“Sel, sekarang kamu di mana?" tumben nih sepupu jadi perhatian.

“ehm, masih di dalem bandara. Ini mau keluar. Emang kenapa, bang?”

“enggak, udah lega aja kalau begitu. Setidaknya kamu di sana sudah tidak di sangka anak hilang”kok ya masih sempat sempatnya ngejek. Nyebelin banget sih.

“yeee”

“selamat bersenag senang di kemancetan ya sepupuku”

Tut…Tut…Tut…

Apa? main matiin aja. Awas nanti di rumah.

Butuh waktu 55 menit untuk sampai di rumah, tapi itu jika dalam kondisi mancet. Jika sepi ya, waktu 20 menit sampai lah.

Oh ya, hampir lupa. Aku kan harus ngabarin papa, bunda, bang Daffa, sama bang Damar kalau anak dan adik perempuannya ini sudah sampai dengan selamat.

“Pa, Bun, dan abangku tersayang

Aku sudah sampai nih, ternyata bang Marcel nggak bisa jemput. Yang jemput Mang No. Setengah jam lebih aku nunggu. Tapi tenang saja, sekarang aku sudah dalam perjalanan menuju rumah kakek nenek. Aku sayang kalian. Big Hug”

Sent

4 Pesan langsung

Papa : “Big Hug, hati hati ya”

Bunda : “Big Hug, Bunda juga sayang kamu. Oh ya, Abangmu dammar, kemajuan karena nanti sudah mau nganterin bunda ke tempat arisannya”

Bang Daffa : “Big Hug, rumah pasti sepi nggak ada kamu. Abang sayang kamu”

Bang Damar : “Big Hug. Gara – gara kamu ke Jakarta. Sekarang siapa yang nemenin bunda kalau mau pergi. Itu aku!. Kamu itu ya. Abang juga sayang kamu, adikku cuyung”

Aku hanya tersenyum memandangi tulisan tulisan itu. 

Pagi pagi di jakarta sudah disuguhi pemandangan kemancetan. Ya Allah semoga aku bisa betah di sini. 

***tbc***

Hahaha, tuh di samping ada abangku tersayang, Bang Damar lah. jangan lupa di tengok di media.OK.

VotandKomt selalu ditunggu.jangan lupa ninggalin jejak prasejarah. tengkyu. xoxo 

The StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang