Author's Point of View
Semenjak kembali dari kantin, Taera merasa ada yang mengganjal. Tetapi ia tidak tahu apa.
Kepalanya mulai berpikir, mungkin ia lupa menaruh sesuatu saat pagi tadi atau meninggalkan barangnya—
''Yak bodoh sekali kau Taera?'' gadis itu tak berhenti merutuki kesalahannya. Tangannya terus memukuli kepalanya.
—di kantin.
Bagaimana bisa aku lupa dimana aku meninggalkan kamera ku di kantin, eoh?
"Ommo, bagaimana ini?! Kamera kesayanganku!" ucap Taera panik.
Kakinya mulai lemas, dia terduduk dengan memeluk lututnya. Gadis itu mulai terisak.
'Yak paboya, mengapa aku bahkan tak bisa menjaga satu saja barang yang kusayangi eoh? Wae?!' batinnya.
Author's Point of View end
=======
Taera's Point of View
Sudah terhitung dua hari sejak kecerobohanku menghilangkan kamera, aku sudah tidak menangisi nya, namun aku tetap akan mencari kamera itu tentunya. Percuma saja aku menangis, yang harus kulakukan adalah berusaha bukan?
Kemarin, setelah aku sadar bahwa kameraku tertinggal di kantin, aku langsung berlari menuju kantin. Tetapi, aku tidak melihat kameraku di meja yang aku tempati sebelumnya, Seokjin juga sudah tidak ada. Dengan berat hati, aku kembali ke kelas dan menguatkan hatiku bahwa kamera kesayanganku tidak akan hilang.
Aku telah siap dengan celana jeans, kaus hitam, sepatu hitam, dan tentu saja jaket hitam dengan penutup kepalanya. Tak lupa rambutku kugerai, eoh aku tak suka mengikat rambut memang.
Tentu saja hari ini aku harus kuliah, ini baru minggu pertama jika saja kalian lupa, tentu aku tidak ingin menambah kesan buruk dengan membolos kuliah tentunya.
Kututup pintu apartemenku. Oh ya, aku lupa memberitahu kalian, aku sudah tinggal di apartemen baru ini sejak tiga hari yang lalu. Dengan rengekan Yoongi yang menahanku tentunya.
Setelah itu, aku pun berangkat menuju kampus.
=======
"Annyeong, Taera-ya," panggil seseorang saat aku sudah memasuki kawasan kampus.
Aku menoleh untuk melihat wajahnya, dan kutemukan wajah Seokjin disampingku. Aku menghembuskan nafas kesal. Lalu kembali berjalan tanpa menghiraukan namja disebelahku ini.
Ia terkekeh, "Mengapa wajahmu terlihat tak bersemangat? Karena kameramu yang hilang, eoh?"
Sontak, aku menoleh. "Bagaimana kau tau?" Jawabku dingin.
Lalu ia membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu. "Karena kameramu berada padaku," jawabnya santai lalu menggoyang-goyangkan kameraku di depan mataku sambil tersenyum menang.
Aku menggeram, dengan cepat aku meraih kameraku.
Tapi, ah sial!
Tentu saja, Seokjin lebih cepat dariku. Ia mengangkat kameraku agar tak bisa kujangkau.
"Yak! Cepat kembalikan kameraku!" Aku berkali-kali meloncat berusaha meraih kameraku. Tetapi, lagi-lagi Seokjin menang. Tentu ia lebih tinggi dariku. Tinggiku hanya sebatas lehernya. Aku menggeram kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Leave Me Alone
Hayran KurguPerfect Cover by ©hyderia "Arraseo, aku akan mengembalikannya, tapi setelah kencan kita satu hari." "Mwo?!" Matanya membulat, alisnya sedikit terangkat mendengar penuturan santai dari Seokjin. "Ayolah, just one day, please?" "Tidak! Aku tidak mau."...