Part 1

5.9K 171 3
                                    

Gadis berbaju biru muda itu lalu berbalik arah, kembali berjalan menuju halte bus kampus.
Ia memutuskan tidak masuk kelas karena kelas seni hanya berlangsung 45 menit dan ia sudah melewatkan separuhnya. Badannya lemas. Ia terduduk. Pandangannya kosong. Dua kali bus kampus berhenti, ia tak kunjung naik juga.

"Hai Naina. Nggak masuk kelas lo tadi?"

Gadis itu menoleh. Suara Dinar, salah seorang teman sejurusannya yang juga mengambil kelas seni yang sama dengannya, berdiri di samping. Ia tersenyum, meskipun sedikit dipaksakan.

"Gue telat, Din. Tadi lama di Perpus Fakultas, kelupaan kalau ada kelas seni. Pas inget, eh bus lama pula nggak dateng-dateng. Mana hujan lagi."

Dinar hanya mengangguk.

"Ditanyain Pak Fendi tu tadi. Buku sketch lo masih ada sama dia. Udah gue minta sih tadi, tapi nggak dikasih. Malah dikasih ini nih gue, suruh kasih sama lo."

Dinar menyodorkan secarik kertas kepada Naina. Gadis itu mengerutkan kening saat menerimanya.

"Itu nomor telepon Pak Fendi. Katanya kalau mau ambil buku lo disuruh kontak dia dulu. Takutnya dia lagi nggak ada di kampus. Tapi gue heran, ngapa pula Bapak itu musti kasih no telepon segala ya? Wah, curiga nih gue."

"Ih, apaan sih lo Din. Bapak itu udah tua tu."

Naina geli mendengar perkataan Dinar. Sejujurnya ia merasa ada yang aneh dengan dosen seni lukis tersebut, namun tak dihiraukannya.

"Tapi kan dia masih bujang, Na. Hehehe."

Dinar makin menjadi. Tampaknya ia memang sengaja menggoda Naina.

"Eh, lo mau ke mana abis ini?"

Dinar kembali bertanya saat melihat Naina tidak menanggapi candaannya.

"Gue mau balik, Din. Capek. Entah nih, rasa-rasanya badan gue agak panas."

"Gue mau ke perpus pusat. Ikut gak lo? Novel yang lo pinjem kemarin udah lo balikin?"
Dinar mengingatkan Naina akan sesuatu. Ia menepuk jidatnya.

"Ah iya. Lupa gue. Bayar denda lagi dah kayaknya. Besoklah gue balikin. Eh, ada bus tuh. Cepet yuk."

Percakapan mereka terhenti saat bus kampus datang. Naina dan Dinar berdiri, ikut berdesak-desakan dengan mahasiswa lain agar tidak ketinggalan bus. Hanya satu yang ingin dilakukan Naina saat ini. Pulang ke kos dan merebahkan badan.

Jalan Menuju Jodoh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang