[Four Years Later]
Naina termenung menatap air danau yang tenang pergerakannya. Air matanya ia tahan agar tidak jatuh untuk saat ini. Ia kembali mengingat bagaimana percakapannya dengan Mamanya Faris tadi di telepon.
'Bukannya Mama tidak mengerti keadaanmu, tapi Mama maunya Faris tidak menikah muda. Nanti kalau udah di atas tiga puluh tahun ia baru boleh nikah. Kalau kamu memang menyayangi dia, seharusnya kamu mau menunggunya.'
Naina terdiam saat mendengar perkataan Mamanya Faris pagi tadi. Sebenarnya tidak masalah baginya untuk menunggu, toh tahun ini umurnya baru menginjak dua puluh empat tahun. Namun entah mengapa ia selalu merasa tidak tenang. Seolah tidak mendapat kepastian apapun. Saat tengah asyik dengan lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Naina menghela napas dalam. Seharusnya tadi ia mematikan saja ponselnya.
"Kenapa, Ris?"
Nada deringnya tidak berhenti juga, akhirnya dengan terpaksa Naina menjawab teleponnya juga. Dugaannya betul. Pasti Faris. Mengapa laki-laki itu tidak membiarkannya tenang sebentar saja?
"Kenapa kamu bilang, Na? Aku menghubungimu dari pagi tadi dan kamu tidak menjawab telepon maupun membalas pesanku, tetapi kamu masih bertanya kenapa?"
Oke. Rupanya ia kali ini tetap salah dalam berucap juga. Sudah hampir enam tahun ia menghafal sifat Faris, tetapi tetap saja rasanya sakit saat ia diperlakukan seperti itu. Mengapa saat ia salah sedikit saja, Faris selalu membuatnya merasa seolah-olah ia telah melakukan sebuah kesalahan besar? Padahal saat dulu Faris sering menghilang tanpa kabar berkali-kali dan menggantung Naina, pernahkah ia meminta maaf dan merasa salah? Tidak bukan? Ah, mungkin semua itu memang kesalahan Naina, yang tidak tegas dalam bersikap.
"Kenapa kamu tidak menjawab? Lagi di mana? Keluar sama cowok? Atau chat sama cowok?"
Naina tahu kalau Faris sangat menyayanginya, namun mengapa laki-laki itu tidak pernah berhenti mencurigainya padahal mereka sudah bersama lama? Naina bukan anak kecil yang tidak bisa menjaga diri dan kepercayaan. Ia bisa menjaga komitmen. Apakah Faris tidak mengerti?
"Aku sendirian. Di danau dekat Balairung."
Air matanya lolos. Tidak bisa ditahannya lebih lama lagi. Biarlah jika ada orang lain yang melihatnya. Toh mereka tidak mengenal Naina. Kalau saja keadaannya tidak seperti ini. Kalau saja bukan Faris satu-satunya orang yang tetap ada di dekatnya saat kehidupannya terpuruk sejak dua tahun lalu, pasti ia tidak harus bersikap seperti sekarang ini. Apakah hubungannya saat ini hanya sekedar hubungan timbal balik? Tetapi bukankah perasaannya tetap sama, ia masih menyayangi Faris bukan? Ah, semakin dipikir, semakin hati Naina terasa sakit.
****
Pancar berkali-kali mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Ia tengah membuka sebuah menu chat di dalam sebuah game online. Sejak beberapa tahun belakangan ini, sesekali ia masih mengecek keadaan Naina. Bukan lewat jalur legal tentunya, karena semua aksesnya sudah tertutup. Sungguh, sebenarnya ia kecewa dengan keputusan Naina dalam menyelesaikan masalah besar yang ia hadapi beberapa tahun ini. Tetapi Pancar tahu, ia tidak punya andil apapun untuk mengatur gadis itu. Bahkan mungkin saja gadis itu tidak akan mengenalnya dan mengingatnya lagi. Atau kalaupun masih ingat, pasti hal pertama yang diingatnya adalah perasaan takut saat melihatnya.
Apakah sekarang saat yang tepat? Tetapi umurnya baru dua puluh empat tahun. Masih harus melewati satu tahun lagi sampai pengawasan terhadap gadis itu diperlonggar. Pancar semakin bingung. Seharusnya dulu ia tidak egois dan tetap menjaga gadis itu dari dekat. Kalau sudah seperti ini, apakah ia masih bisa menyelamatkan kehidupan gadis itu yang sudah melenceng terlalu jauh dari jalurnya? Pancar memukul kepalanya. Bodoh. Jangan banyak berpikir lagi, cepat saja bertindak. Ia mendengar suara dari dalam pikirannya sendiri. Lalu tangannya bergerak mengetikkan kata-kata di kolom chat yang tersedia.
****
Sudah hampir jam sembilan malam. Naina masih juga belum makan malam. Ia bisa bernapas lega karena berhasil menghindari Faris saat ini, dan bisa membaringkan tubuhnya di kasur. Ia mengubah setting profil di ponselnya menjadi mode silent. Kebiasaan yang selalu ia lakukan saat malam hari tiba, namun dari dulu selalu ditentang oleh Faris. Sebuah notifikasi terdengar dari tabnya yang ia letakkan di meja samping tempat tidur tadi. Ah, ia lupa. Rupanya dari tadi ia masih membiarkan sebuah game online yang tengah dimainkannya dalam keadaan stand by, tidak ditutup. Sebuah game war and strategy dengan setting dan cerita kerajaan pada masa tiongkok kuno.
[Lord_x: Naina]
Ternyata sebuah chat. Sebuah private message. Naina mengerutkan kening. Ia tahu nickname itu. Meskipun sudah beberapa hari bermain di server yang sama, tetapi Naina tidak akrab dengan semua player. Hanya beberapa saja yang pernah chat dengannya, itupun hanya satu dua player yang chat melalui private message. Biasanya ia hanya chat di kolom country, yang bisa dibaca oleh semua player. Satu lagi, tidak ada yang tahu kalau Naina seorang perempuan. Namun player dengan nickname Lord_x ini memanggil nama aslinya.
[PM: Babypooh: iy, knp?]
Entah mengapa Naina tidak mencurigai apapun. Biasanya ia akan langsung curiga jika ada orang yang berlaku seperti si Lord_x ini. Ah, sudahlah. Peduli amat dengan ia tahu namanya atau tidak. Batin Naina. Toh hanya di game saja. Naina menutup kolom chat. Ia lalu mengecek keadaan city dan beberapa hal lain seperti hero, dan sebagainya yang perlu ia upgrade. Tak sampai lima menit, sebuah private message kembali muncul.
[PM: Lord_x: udh mlm blm tdr?]
Rupanya player ini memang mau basa-basi dengannya. Ia sempat menimbang, apakah mau menanggapi atau tidak.
[PM: Babypooh: Blm. Lg mau nyari kaos kaki. hehe]Kaos kaki yang dimaksud Naina adalah istilah yang ia buat sendiri untuk menyebut sebuah kota yang ketika diserang bisa memberikan poin lebih tinggi dari kota lainnya. Kota-kota yang seperti itu diberikan gambar sebuah ikon kaos kaki di pojok atasnya. Itulah mengapa Naina menyebutnya hanya dengan kaos kaki saja. Dan sebagian besar player sudah paham dengan istilah itu karena ia suka menyebutnya di chat country.
[PM: Lord_x: wah, hobi begadang nih.]
[PM: Babypooh: hehe biasa aj kali. Yuk ah cari kaos kaki yuk.]
Naina senyum-senyum sendiri. Tak tahu mengapa ia merasa santai saja menanggapi percakapan si Lord ini.
[PM: Lord_x: aih, yg sk mojok.]
[PM: Babypooh: hahaha]
Dalam game online ini, memang sesama player suka bercanda seperti itu saat chat. Itulah mengapa ia tidak mau mengaku kalau sebenarnya ia adalah seorang perempuan. Kalau semua player tahu ia adalah seorang perempuan, pasti suasananya akan menjadi lain. Tidak akan sesantai ini.
[Country: caocao: eh, minta pin bb dong cuy, buat bikin group.]
[Country: fear: yaelah, bikin group segala. pakai fb aja napa?]
[Country: caocao: bbm aja. biar gampang koordinasi kalau ada war.]
Naina membaca chat itu sambil lalu saja. Ia berpikir sejenak. Haruskah ia memberikan pin bb pada teman-temannya itu? Pasti nanti mereka akan tahu kalau ia adalah seorang perempuan.[PM: Lord_x: mana pin bbnya?]
[PM: Babypooh: udh gw pm ke si cao.]
[PM: Lord_x: oh.]
[Country: caocao: udah gw create ya groupnya. udh gw invite jg tuh yg udh ksh pin ke gw.]
[PM: Lord_x: accept dong Na. barusan gw invite pin lo.]
Naina mengerutkan kening. Lalu membuka aplikasi bbm. Terlihat ada akun yg invite. Pancar M. Naina mengamati display picture akun tersebut. Seorang laki-laki berwajah dewasa, memakai kaos lengan panjang warna putih, tengah duduk di sebuah kursi. Terdapat laptop yang tampaknya sedang menyala di atas meja di depan laki-laki tersebut. Naina tiba-tiba teringat pesan Faris. Jangan sembarangan berteman sama laki-laki. Semua laki-laki yang mau berinteraksi denganmu itu pasti berniat mendekatimu. Tidak ada yang benar-benar tulus dan hanya berniat menjadikanmu teman. Begitu ucapan Faris padanya bahkan sejak mereka menjalin hubungan hampir enam tahun silam. Dan Naina selalu menuruti perkataan Faris tersebut. Namun kali ini, tak tahu mengapa ia merasa tidak masalah sepertinya jika berteman dengan Pancar M ini. Dan tangannya memencet tombol accept. Ia tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Jodoh [Completed]
General FictionNaina adalah seorang mahasiswi sebuah kampus ternama di daerah Depok. Ia hanyalah seorang mahasiswi polos yang berusaha menjalani hari-hari semasa kuliahnya dengan baik. Pergi ke kampus setiap hari dan mengerjakan setiap tugas. Kehidupannya berjalan...