Kemiringan Garis Kehidupan Seorang Dee: -1
[45 derajat dari titik ekuilibrium]
Kadang-kadang aku berpikir, semua teori-teori evolusi yang dicetuskan oleh beberapa ilmuan itu sebenarnya saling berkaitan. Semacam, mereka saling featuring mengemukakan isi otak yang secara tidak langsung, saling berkesinambungan (kayak alur di novel gitu), tapi saling gengsi buat menyampaikan keterkaitan itu.
Seperti teori evolusi Kosmozoa (yang mengatakan kalau kehidupan berasal dari luar angkasa) dan teori evolusi Bio-Kimia (yang ini panjang, aku males jelasinnya. Terakhir, aku cerita soal ini ke temanku saking antusiasnya karena baru mempelajarinya saat aku kelas 9 SMP—tau, kan? Aku tuh orangnya nggak sabar buat mempelajari sesuatu—dan dia malah tidur di penceritaan pertama, kemudian selalu alasan pengin defekasi—bahasa kerennya buang eek—pas aku mau cerita ulang soal ini keesokan harinya).
Aku sempat berpikir kalau jangan-jangan, aku ini bukti dari hasil keterkaitan dua teori itu (Kosmozoa dan Bio-Kimia) yang tidak diketahui dunia keberadaannya (kayaknya ini efek terlalu jarang dipuji Mama, makanya aku membuat alasan sendiri kalau aku spesial secara harfiah dan tidak harfiah). Kadang-kadang, aku berpikir kalau jangan-jangan, aku memang datang dari luar angkasa dan tiba di bumi dalam wujud sejenis senyawa asam amino yang merupakan bahan dasar pembentukan organel awal di bumi (makanya, aku baru dilahirkan di abad 21 ini karena saking lamanya waktu yang dibutuhkan partikel-partikel asam amino itu bergabung dengan yang lain, berkembang sampai membentuk satu tubuh yang utuh kayak yang lagi kulihat di depan cermin sekarang ini).
"Dee, kalau lo skype gue cuma buat bengong lima jam kayak sekarang, mending gue matiin sekarang dan ngerjain hal yang lebih berguna! Kuota mahal tau nggak sih?" suara galak Aria, kembaranku, yang wajahnya memenuhi layar ponselku membuatku kembali bangun dari lamunanku sendiri.
Sebelum mengalihkan pandangan dari depan cermin ke layar ponsel, aku mengerjapkan mata berkali-kali. "Ya, emang nggak ada Mama di situ?"
"DEEEEE! Jangan bikin gue bete deh di malem-malem sebelum tidur gini." Kenapa, sih? Maksudnya kan, aku cuma mau perhatian? "Mau ngapain video call gue malem-malem?" tanya Aria tanpa wujud sekarang (cuma suaranya doang yang terdengar, orangnya nggak ada), kemudian kembali muncul di layar ponselku beberapa saat setelahnya sambil membawa-bawa wadah semacam pasta gigi dan mengocok-ngocoknya. Oh. Krim pelembabnya Aria. Ritual cewek cantik sebelum tidur. Tapi, enggak juga sih. Soalnya aku juga ngelakuin itu. Aku kan bukan cewek cantik.
"ARIA! Tau, nggak?" mulaiku dengan antusias lewat pertanyaan yang tak memerlukan jawaban. "gue dapet, masa."
"ASTAGA, DEE!" Aria berteriak lagi sambil mengoleskan isi wadah yang kayak pasta gigi tadi dengan kuas berwarna putih yang ujungnya ada kepala Snow White (aku jadi kepikiran, jangan-jangan Snow White sebenarnya nggak bangun lagi setelah dicium pangeran sebab jasadnya sudah diambil ibu tirinya duluan dan kepalanya diawetkan buat diperbanyak jadi hiasan kayak di kuas Aria sekarang). Ngomong-ngomong, aku salah sangka. Aria mau maskeran, bukan pakai krim pelembab. "Lo skype gue di jam tidur cuma buat cerita lo lagi dapet? Untungnya buat kembaran lo ini apa, Dee? Gue dapet undian berhadiah Pajero Sport, gitu?"
Tuh, kan, yang menstruasi siapa, yang lebih galak siapa. "Emang tadi acaranya nggak berlangsung lancar ya, Ya?" tanyaku tanpa mengindahkan omelan Aria. Kalau dibalas dengan topik yang sama, bisa-bisa Ferdi betulan punya adik yang namanya sama seperti kembaranku ini (tau, kan? Papanya Ferdi cinta mati sama perang dunia dan kalau kemarahan Aria betulan jadi penyebab terjadinya PD 3, prediksiku ini bakal beneran kesampean, kan?).
"Eh, Dee! Temen lo yang namanya Unggas itu baik juga, ya! Asik orangnya." Kali ini, Aria membalas dengan sangat bersemangat. Ada senyum di wajahnya waktu memulai ceritanya itu. "Dia slengekan gitu ternyata sukanya lagu klasik, Dee! Mana selera film kami sama lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Ekuilibrium
सामान्य साहित्यOke. Sebelum menyelam lebih jauh ke dalam kronik hidupku, ada baiknya kalau kita berkenalan dulu supaya tidak canggung. Namaku Dee. Aku punya saudara kembar yang satu juta kali jauh lebih manis daripada aku. Mamaku perfeksionis dan dia wanita karir...