Kemiringan Garis Kehidupan Seorang Dee: tidak tentu arah
[terombang ambing menuju titik ekuilibrium]
Sewaktu kecil, aku pernah berpikir kalau di dalam perut ikan paus, ada kehidupan baru.
Masalahnya, tau kan, biarpun paus itu makannya cuma plankton dan bukannya ikan-ikan kecil (setauku, sih), kalau sedang mangap atau apa pun itu untuk mencari plankton sebagai makanannya, apa aja yang ada di sekitar paus, pasti jadi ikutan tersedot juga.
Baik itu hanya ikan-ikan kecil sekalipun, sampai orang yang lagi mancing pakai perahu (aku nggak tau sih yang ini beneran terjadi apa enggak, soalnya aku cuma liat di salah satu kartun yang kutonton dan meskipun ini kejadian mengerikan, gara-gara kartun itu mengemasnya dengan cara berbeda, kelihatannya malah jadi lucu—aku bahkan sempat minta Papa buat temenin aku mencari paus dan membuat beberapa tahapan rencana biar bisa masuk ke dalam perut paus, yang sayangnya nggak terlaksana karena Papa menolak permintaanku mentah-mentah) bisa ikut tertelan ke dalam perut ikan paus.
Aku meminta ini sewaktu kelas 3 SD, pas Papa dan Mama baru berpisah dan aku ikut Papa ke rumah barunya yang masih kami tinggali sampai sekarang (aku sekarang udah tinggal dikos-kosan sih). Berhubung waktu itu, aku sering rewel menanyakan soal Mama dan kenapa kita—aku dan Papa—nggak pulang ke rumah kami yang lama aja, akhirnya dengan frustrasi, Papa berkata kalau beliau akan turutin apa aja yang aku mau asalkan bukan pulang ke rumah lama kami. Di situ aku menyadari kalau kayaknya Papa bener-bener lagi marahan sama Mama—bukan jenis marahan yang bisa diselesaikan setelah tautan jari kelingking kemudian baikan (kayak yang sering aku dan Aria lakukan pas kecil).
Karena aku nggak terlalu suka boneka dan aku pikir, aku lagi nggak pengin beli buku apa-apa—aku sempat pengin beli buku Carl Sagan yang berjudul Cosmos sama Papa, tapi katanya itu nggak bagus buat otakku (ini akal-akalan aku aja sih karena aku lagi males mikir keras buat baca yang nggak aku pahamin sama sekali), jadilah aku meminta pada Papa buat mengabulkan permintaan itu—main ke laut dan mencari paus, kemudian masuk ke dalam perutnya. Tapi, karena waktu itu kayaknya Papa lagi bad mood banget, Papa nolak mentah-mentah dan bilang kalau Papa lagi banyak kerjaan, jadi nggak punya waktu buat main ke perut paus.
Papa bilang, kalau aku mau jadi anak baik, aku nggak boleh bikin orangtua stress. Berhubung, aku sayang Papa dan aku adalah anak baik, aku nggak berani buat mengatakan permintaan itu lagi dan seberusaha mungkin untuk tidak ngomong sesuatu yang bikin Papa-Mama stress (aku pernah bilang soal ini ke Aria dan Aria setuju untuk melakukan ini juga—berusaha jadi anak baik. Tapi, dengan jujur saat itu Aria bilang kalau katanya aku bukan saudara kembar yang baik, soalnya aku suka bikin Aria stress. Padahal kalau aja Aria tau kalau aku selalu mengkhawatirkannya sampai-sampai bikin tas darurat cadangan juga buat dia meskipun aku tau kalau Aria itu susah bangun—sehingga bisa menghalau langkahku buat kabur kalau-kalau bumi betulan diserang monster apocalypse).
"Iya, Sayang?" itu suara Papa, dan suaranya samar-samar persis kayak suara Papa waktu delapan tahun lalu pas aku menyampaikan permintaan itu—pengin masuk ke dalam perut paus. Papa kedengeran seratus persen capek dan lelah dan kacau sehingga aku nggak bisa menyimpulkan yang mana yang lagi Papa rasain saat ini. Aku jadi sedih, mungkin kalau Papa punya istri lagi, dia nggak bakal se-stress ini.
"Papa lagi capek banget, ya? Suaranya kedengeran kayak lagi nggak sehat."
"Nggak, Sayang. Papa cuma lagi ngantuk aja. Dee ada apa telepon? Ada masalah di kampus?" Nggak tahu kenapa, naluriku berkata kalau Papa bohong. Sebenernya, aku bukannya sok keibuan (aku kan belum jadi ibu, umurku baru tujuh belas tahun) atau sok tahu (aku nggak suka tahu) atau sok sok sok lainnya. Tapi, nggak tau kenapa, kalau anggota keluargaku lagi bohong, aku selalu bisa merasakannya meskipun aku nggak punya pengetahuan apa-apa soal dunia psikologis. Kalau begitu, itu namanya apa ya kalau bukan karena naluri?
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON HOLD] Ekuilibrium
Narrativa generaleOke. Sebelum menyelam lebih jauh ke dalam kronik hidupku, ada baiknya kalau kita berkenalan dulu supaya tidak canggung. Namaku Dee. Aku punya saudara kembar yang satu juta kali jauh lebih manis daripada aku. Mamaku perfeksionis dan dia wanita karir...