Terowongan Rel Kereta ApiAku ingin menceritakan sebuah pengalaman yang aku alami dulu sewaktu masih SMA. Namaku
Ariandi, aku bersekolah disalah satu SMA Negri. Aku biasa pergi ke sekolah menggunakan sepeda motor, pagi itu aku berangkat ke sekolah tanpa menduga akan terjadi sesuatu pada diriku.
Sebelum berangkat sekolah, terlebih dulu aku menjemput temanku ivan didepan rumahnya. Kami berdua berboncengan dan sambil mengobrol mengisi perjalanan kami dan saat melewati jembatan rel kereta api tiba-tiba ivan berkata, kalo tempat ini katanya angker. Aku tersenyum mendengar kata-kata ivan, memang sebelumnya aku tidak pernah takut dengan hal seperti itu.
Namun kalo aku sekarang mengingat percakapanku dengan ivan saat itu, aku tersadar betapa sompralnya aku saat itu. "Ya elah van, gak takut gw kalo masalah angker begituan." kataku kepada ivan dan tiba-tiba saja, aku kehilangan kendali dan motorku jatuh di bebatuan kecil dan kami berdua terjatuh ke aspal.
Orang-orang mulai berkerumun mengelilingi kami, jalanan jadi panjang dan macet. Kami dibawa ke pinggir jalan untuk memeriksa kondisi masing-masing, syukurlah kami berdua hanya mengalami lecet di bagian kaki dan tangan, lecet itu juga tidak parah sehingga kami tidak perlu ke rumah sakit dan setelah beristirahat beberapa menit di pinggir jalan.
Kami pun melanjutkan perjalanan kami untuk pergi sekolah, sesampainya disekolah kami minta izin untuk pergi ke UKS terlebih dahulu dan setelah luka kami diobati, langsung kami masuk ke dalam kelas. Didalam kelas, kami bercerita kepada teman-teman dan ivan kerap kali menyalahkanku karena tadi itu akibat ucapanku yang sompral dibawah jembatan rel.
Aku tau ivan hanya bercanda tapi aku jadi terpancing kata-katanya. Aku berkata, kalo hal-hal yang seperti itu hanya omong kosong. Kami terpeleset bukan karena oleh penunggu tempat itu dan juga bukan karena aku sompral. Kami terjatuh, tidak lain dan tidak bukan hanya karena batu kerikil saja dan aku menegaskan berulang kali hal itu kepada ivan.
Ivan, hanya mengiyakan kata-kataku tanpa berkomentar lebih. Aku pun tidak membahasnya lagi sampai bunyi bel sekolah pun berbunyi. Siang itu, ivan tidak ikut numpang lagi di motorku dan akhirnya aku pergi untuk bermain dulu ke rumah temanku. Disana aku sempat ketiduran dan terbangun disore hari, aku menelpon rumah untuk meminta ijin pulang malam.
Jam 10 malam lewat, aku pamit dari rumah teman dan mengarahkan motorku menuju ke rumah. Aku pun langsung menjalankan motorku melewati jalan-jalan kecil, aku takut ada berandalan motor kalo lewat jalan raya. Namun jalan ini membuat aku harus melewati jembatan bawah rel kereta api. Dalam benak kembali terngiang perkataan ivan tentang tempat ini yang angker.
Jujur, aku merasa sedikit was-was. Aku tancap gas dan aku pun masuk kebawah jembatan itu dan lalu tiba-tiba motorku mogok. Aku terheran karena bensinku, full dan aki motorpun baru diganti kemarin. Aku menggiring motorku ke pinggir sambil berjalan dan aku mengeluarkan handphone lalu menggunakan senter dari handphone.
Aku memeriksa kondisi motorku dan tiba-tiba hawa dingin menusuk kulitku. Aku langsung terdiam, aku perlahan melihat kiri dan kekanan hanya ada kegelapan malam dan tidak ada siapa-siapa. Hawa dingin ini makin mencekam dan seketika aku mencoba menelpon ke rumah namun saat menelpon ke rumah tidak dapat tersambung dan tiba-tiba saja ada suara misterius yang terdengar.
Seperti ada seseorang yang sedang berjalan di atas rel, leherku mendadak dingin disertai dengan bulu kuduk yang berdiri. Siapa, yang berjalan di atas rel kereta api jam segini. Aku merasa kali ini ada yang melempar batu dari arah belakangku. Aku menengok ke belakang dan astaga aku melihat sesosok wanita berbaju putih, wajahnya putih pucat dan matanya berwarna merah.
Rambutnya panjang dan sambil tersenyum kepadaku, sontak aku memasukan kunci dan mencoba untuk menghidupkan motorku. Dan motorku masih tidak mau menyala, lalu aku coba melihat kembali ke arah belakang dan wanita itu sudah menghilang.
Aku melihat ke arah spion dan kuntilanak itu sudah duduk di jok belakangku. Aku menjatuhkan motorku lalu berteriak meminta tolong. Tiba-tiba aku terjatuh, batu kerikil dijalan membuatku terpeleset dan aku terhempas ke aspal. Aku bangkit dan ternyata, kuntilanak itu tepat berada didepanku dengan suara serak sambil cekikikan.
Aku balik arah dan kembali lagi ke arah motorku, dengan panik aku coba menghidupkan motorku dan akhirnya menyala. Aku tancap gas agar bisa keluar dari terowongan ini, setelah keluar dari situ aku melihat ke arah spion dan terlihat kuntilanak itu berdiri di ujung terowongan lalu dia melayang mendekatiku dan dalam sekejap dia sudah melayang disampingku.
Aku pun panik dan terjatuh, kali ini aku terjatuh cukup parah hingga aku tidak sadarkan diri. Aku tersadar bukan dirumah sakit bukan pula dirumah, aku tersadar di sebuah masjid. Aku terbaring lemas dan ada seorang bapak disebelahku yang sedang mengobati luka yang aku alami dengan perban. Bapak ini adalah seorang penjaga masjid dan dia berkata kalo dia membawaku kesini, karena dia melihatku membawa motor seperti orang kesurupan dan langsung terjatuh.
Masjid ini berada dekat dengan terowongan jembatan itu, dan terlihat diluar banyak orang yang melihatku lalu salah seorang diantaranya berbisik cukup keras. Aku bisa mendengarnya dengan jelas kalo dia bilang untung gak sampai meninggal seperti yang kemarin, begitu katanya. Singkat cerita aku berhasil menghubungi rumah dan dijemput ayahku lalu dibawa kerumah sakit.
Hampir 1 minggu aku tidak masuk sekolah, aku bercerita kepada orangtua dan teman-teman sekolahku kalo aku terpeleset. Aku tidak menceritakan sosok kuntilanak itu, saat itu ada ivan yang menjenguk lalu aku menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ivan hanya berkata kalo dia hanya tau bahwa tempat itu angker, mengenai orang yang meninggal disana dia baru mendengarnya sekarang dariku.