5 | Menggali Amal

2.5K 586 38
                                    

"Kenapa nggak diangkat-angkat, sih?" omel Wendy. Sudah berulang kali dirinya mencoba menelepon seseorang, tapi tidak kunjung dijawab juga.

Calling...
Suga Adipati

Bukan tanpa alasan Wendy menelepon Suga sejak tadi. Kalau bukan karena masalah skripsi, mana mau Wendy membuang-buang waktunya untuk menelepon cowok pucat tersebut.

Wendy baru mendapat revisi dari dosen pembimbingnya. Laptop Wendy sudah dua hari bersama Suga karena memang biasanya mereka mengerjakan skripsi di laptop Wendy.

Laptop Suga tidak bisa diharapkan. Soalnya laptop cowok tersebut adalah laptop colok. Tipe laptop yang kalau chargernya dicopot, langsung mati. Ya maklum, tuh laptop sudah lelah dipakai untuk ngedota sama Suga sejak tingkat satu. Untung sekarang sudah taubat karena Suga mau fokus ke skripsi.

Akhirnya Wendy memutuskan untuk ke kos Suga saja. Cewek tersebut mengambil tasnya dan memakai baju kaos bermerek Nevada, bawahannya cuma pakai celana tidur. Emang gue pikirin, batin Wendy karena yang penting skripsinya bisa segera direvisi.

Wendy terdiam di depan kos menunggu ojek online yang dipesannya. "Jay? Kayak pernah lihat nih orang," gumam Wendy saat memeriksa profil ojek bernama Jay dengan foto cowok berkacamata hitam menggunakan jaket hijau berlogo ojek online.

Saat ojek online Wendy sudah sampai, Wendy langsung menghampirinya. Tapi, si ojek tiba-tiba membuka helm yang dipakainya. "Wendy yang order gue itu Ananda Wendy?" tanya si ojek.

Wendy mengerutkan dahi, namun selanjutnya kerutan di dahi tersebut cepat memudar. "Loh, Jinan? Lo ngojek, Ji?" tanya Wendy sedikit takjub.

"Hush! Kalau lagi narik gini nama gue Jay. Mau kemana lo, Wen?" tanya si ojek bernama Jinan alias Jay ini.

"Gayaan lo pakai nama lain segala. Gue mau ke kos Suga di Cisitu Lama," jawab Wendy lalu menaiki jok belakang motor Scoopy berwarna biru milik Jay.

Jay hanya menganggukkan kepalanya dan mulai melajukan si Scoopy kesayangan pembawa rezeki di bulan suci Ramadhan.

Jinan alias Jay ini seumuran Wendy dan Terra, tetapi angkatan 2014. Jay anak rantauan Sumatera yang sedang semester pendek di kampus, makanya belum pulang kampung. Jadi sembari kuliah, dia juga mencari uang untuk membeli tiket mudik dengan bekerja sebagai ojek online.

Cuma 10 menit, Wendy sampai di depan kos Suga. Wendy sengaja memberi uang bayaran lebih untuk Jay. Ya, hitung-hitung membantu teman sesama perantau untuk membeli takjil pisang ijo nanti.

Wendy pun segera masuk ke halaman. Rumah kos Suga ini tidak seperti rumah kos Wendy yang berada di dalam satu rumah besar. Rumah kos Suga terdiri dari dua tingkat. Tiap tingkat ada lima pintu kamar dan kamar Suga itu nomor 03.

Wendy pernah sekali ke sini waktu masih tingkat 3 dulu. Saat itu mereka satu kelompok presentasi salah satu mata kuliah dan sempat kerja kelompok di kos milik Suga.

"Assalamualaikum." Wendy mengetuk pintu kamar Suga. Hening. Tidak ada jawaban. Padahal Wendy bisa melihat kalau lampu kamar Suga menyala. Siang-siang kok nyalain lampu, sih? Boros, batin Wendy. Mau perhatian, tapi malu untuk menunjukkan.

"Suga..." sekali lagi Wendy mengetuk pintu dan memanggil nama Suga.

Terdengar suara grasak-grusuk dari dalam. Tak berapa lama kemudian, Suga keluar menggunakan sarung dan atasan berupa kaos oblong bertuliskan Anak Jogja berlatar belakang Candi Borobudur.

"Dy." Cuma itu yang Suga ucapkan.

Wendy pun berdeham karena beranggapan kalau mungkin Suga belum sadar. Dilihat dari wajahnya, Suga seperti baru bangun tidur.

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang