16 | Hijrah

2.3K 541 146
                                    

Sudah masuk satu bulan Wendy tinggal di rumah barunya. Atas saran sang papa, Wendy menyewa satu rumah di Bandung. Dia sudah tiga minggu ini bekerja di salah satu perusahaan kosmetik di Bandung. Wendy mendapatkan posisi yang lumayan menggirukan di tempat dia bekerja. Dia berada di bagian laboratorium kosmetika hipoalergik, kosmetik dengan zat-zat yang tidak mengandung penyebab alergi dan iritasi.

Sebelum menyiapkan makan malam, Wendy pasti akan menonton televisi. Hal tersebut tentu saja dilakukannya untuk menghilangkan rasa jenuh. Tinggal sendirian, menyiapkan semua keperluan sendirian, dan tidak memiliki teman mengobrol dilewati Wendy selama sebulan ini.

Dulu, selama kuliah Wendy selalu memasak tiga porsi, yaitu untuk dirinya dan untuk dua tetangga menyebalkan di depan kosannya. Siapa lagi kalau bukan Jimin dan Jeka. Namun, sekarang Wendy bisa menghemat bahan masakannya. Tetapi rasanya malah hampa karena rasa-rasanya percuma saja kalau memasak hanya untuk porsi satu orang.

Drrttt...

Ponsel Wendy yang diletakkan di atas meja bergetar. Wendy segera meraih ponsel tersebut dan sedikit memicingkan matanya tatkala melihat nama si pemanggil.

"Halo, Ga," ucap Wendy mengangkat telepon dari Suga.

"Assalamualaikum gitu loh, Dy. Kok malah halo."

Wendy mengulum senyumnya malu-malu mendengar Suga menegurnya. Rasanya Wendy ingin terus sengaja membuat kesalahan, biar Suga selalu menegurnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Nah gitu dong," jawab Suga di seberang sana.

Wendy terkekeh pelan sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Ngapain nelepon, tumben. Lo nggak lembur?" tanya Wendy.

Memang terkadang Suga sering bercerita kepada Wendy tentang pekerjaannya. Bekerja di salah satu perusahaan asing yang bergerak di bidang farmasi dan dermatologi memang membuat Suga harus ekstra. Apalagi dia diajukan divisinya untuk mendapatkan promosi bulan depan. Memang benar, hasil itu tidak akan mengkhianati usaha.

"Gue lagi di jalan mau ke Bandung, Dy. Lo lagi di Bandung, kan?"

"I-iya," jawab Wendy gugup. Entah gugup karena terkejut atau karena senang mendengar kabar kalau Suga akan ke Bandung. "Ngapain ke Bandung? Mau main ke tempat Jimin?" tanyanya.

"Gue nemenin anak magang buat ngikutin seminar pelatihan di Bandung. Sebenarnya sih gue nggak ditugaskan, cuma ya gue sengaja nawarin diri buat nemenin mereka. Hitung-hitung ngunjungin anak-anak," jelas Suga.

Wendy tidak bisa menahan senyumnya sumringah. Bertemu anak-anak berarti bertemu Jimi, Jeka, Yeriana, Selgy, dan Joy. Wendy percaya diri mengatakan bahwa Suga pasti juga mau bertemu dengannya.

"Asik dong. Nginep di hotel?"

"Iya lah. Emang mau nginap di mana? Di rumah lo? Boleh tuh, sekalian ngotorin rumah baru." Suga terkekeh di seberang telepon. "Nggak afdol kalau rumah lo belum gue injek, Dy. Setannya masih ada tuh pasti."

"Suga, iih! Gue sendirian di rumah!!!" Wendy merengut mendengar Suga menakut-nakuti dirinya.

Suga tidak bisa menahan tawa lepasnya mendengar Wendy ketakutan. Cowok tersebut lalu berdeham sebentar dan kembali berbicara. "Dy, masak dong. Gue makan malamnya di rumah lo aja, ya."

"...."

"Dy...."

"Eh, iya, Ga. Sok aja mampir ke rumah. Entar gue masakin," jawab Wendy dengan kecepatan turbo. "Engg.. Lo mau gue masakin apa?"

"Waduh, ditanyain segala sama si Wendy." Lagi-lagi Suga terkekeh pelan, membuat wajah Wendy semakin bersemu merah muda. "Terserah lo aja. Gue kangen masakan lo, masakan lo nggak pernah mengecewakan indera perasa."

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang