Awalnya, saat tingkat satu Wendy dan Suga belum mengenal satu sama lain, karena mereka masih berada di fakultas belum masuk penjurusan.
Lalu saat tingkat dua, Wendy mengambil jurusan Sains Farmasi dan Suga ingin mengambil Farmasi Klinik, tetapi nasib berkata lain karena Suga justru terlempar di pilihan keduanya.
Tetapi tentu saja Suga sangat bersyukur sekarang, karena kalau tidak masuk jurusan Sains Farmasi, mungkin Suga bakalan susah untuk mengenal Wendy sedekat ini sampai ditakdirkan satu tim laboratorium skripsi.
"Dy, lo dijemput sama siapa?" tanya Suga sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja sekretariat Himpunan Mahasiswa Farmasi.
Siang ini mereka lagi berkumpul karena salah satu anak Farmasi angkatan mereka baru saja selesai sidang.
"Harusnya dijemput Papa, tapi Papa gue ada urusan jadi nyuruh kenalannya jemput," jawab Wendy dengan tangannya yang masih asik memasukkan beberapa bungkus basreng, kerupuk seblak, dan aci kering.
Wendy mau pulang ke Jakarta karena seminggu lagi lebaran. Jadi, sekarang dirinya sedang membereskan oleh-oleh ala kadarnya. Wendy sengaja menjadikan sekretariat himpunan sebagai persinggahan akhir sebelum dirinya pulang supaya sekalian pamit sama yang lain. Tetapi oleh-oleh basreng Wendy malah diserbu anak-anak himpunan untuk takjil berbuka sehingga Wendy harus merapikan kembali bawaannya seperti sekarang.
"Gue jadi nebeng, kan? Takutnya malah nggak enak karena bukan papa lo yang jemput," tanya Suga.
"Nggak apa-apa kok. Paling yang jemput kalau nggak oom gue ya sepupu," jawab Wendy yang kini menarik napas lega karena barang bawannya sudah rapi.
Suga juga akan mudik ke Yogyakarta hari ini. Sebenarnya Suga bisa saja meminta salah satu anak himpunan untuk mengantarkan dirinya ke Stasiun Kereta Api. Tetapi hitung-hitung modus ke gebetan dengan alasan tidak ingin mengganggu kegiatan anak himpunan. Padahal sekarang anak himpunan sedang asik karaoke di dalam sekretariat.
Ponsel Wendy bergetar menampilkan display name yang sangat Wendy kenal. Wendy berdeham sebentar sebelum mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Mark. Ada apa?" tanya Wendy menyebut nama Mark.
Suga mengerutkan dahinya mendengar nama Mark. Sepertinya Suga pernah mendengar nama tersebut dari seseorang, tetapi dirinya lupa siapa? dan kapan?
"Di kamp ㅡ loh, lo di Bandung? Eh, maksud gue di parkiran?" Wendy terlihat kaget sampai berdiri dari duduknya. "Gue ke sana sekarang," tutup Wendy dan segera menggeret koper dan plastik berisi oleh-oleh miliknya.
Suga bingung dan segera mencegat Wendy. "Udah dijemput, Dy?"
Wendy menganggukkan kepalanya tanpa menjawab. Lalu dirinya berteriak ke arah anak-anak himpunan. "Geng, gue balik duluan ya!!! Minal aidin!!!" Wendy melambaikan tangannya ke arah anak-anak himpunan.
Suga segera menyusul Wendy setelah ikut berteriak ke arah teman-temannya. "Jangan nyebat lo pada! Masih puasa!" teriaknya sebelum menyejajarkan langkah kaki Wendy.
Suga sebenarnya ingin bertanya kepada Wendy siapa yang menjemput dan siapa yang menelepon, serta apa korelasinya. Namun sepertinya saat ini otak Suga sedang berfungsi baik sehingga dirinya berpikir entar di parkiran juga ketahuan siapa yang jemput.
"Wen!" panggil seorang laki-laki tinggi, putih, dan blasteran di depan sebuah mobil Jazz hitam.
Suga menambahkan kalimat tanyanya setelah siapa? dan kapan? Karena rasanya Suga pernah melihat cowok di hadapannya sekarang, tapi di mana?
"Papa gue minta lo yang jemput, Mark?" tanya Wendy sambil tangannya menyerahkan koper kepada cowok bernama Mark tersebut.
Mark? Suga lagi-lagi menampilkan kerutan di dahinya. Suga sangat penasaran, maka dirinya harus bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWAGGY & WITTY
Fiksi Penggemar[SPIN OFF] Saat ini Suga Adipati memiliki dua visi; mencari pasangan wisuda dan mencari pasangan hidup. Published : 23/5/17 Completed : 10/10/17 Storyline : paulivery