18 | Alasan Suga

2.4K 534 160
                                        

Sedari tadi Suga tidak bisa diam di mejanya. Berulang kali cowok tersebut duduk--berdiri--duduk--berdiri, membuat Dio pusing melihat tingkah cowok pucat tersebut.

"Mau gue temenin ke rumah sakit?" tanya Dio tiba-tiba.

Suga menatap bingung cowok di sampingnya, salah satu sejawatnya di tempat kerja. "Ngapain ke rumah sakit? Lo kira gue udah nggak waras?"

"Bukan gitu, Ga." Dio mengambil map di atas meja dan hendak berjalan keluar. "Gue kira lo ambeyen atau bisulan gitu. Jadi, biar gue temenin ke dokter supaya lo nggak malu."

"Anji---Astaghfirullah." Suga segera mengelus dadanya dan membiarkan Dio yang tertawa sambil berlari kecil keluar ruangan.

Suga kembali duduk di kursinya sambil memeriksa jam tangannya. Sudah pukul dua siang dan Wendy belum juga sampai di Bekasi. Berulang kali Suga berusaha menyusun kalimatnya yang sekira akan keluar di saat dia bertemu dengan Wendy nanti.

Karena terlalu gugupnya, malam tadi Suga sampai menelepon kakaknya, Sugi. Dia juga meminta nasihat kepada Bapak Adi. Yah, malam tadi Suga melakukan percakapan yang panjang dan serius antara dia dan kedua laki-laki penting di dalam hidupnya.

"Halo, assalmualaikum," sahut Suga sambil mengangkat telepon dari Jeka.

"Wassalam, wassup, Bang. Ketemuannya di mana? Lo masih di tempat kerja?"

Suga melirik suasana ruangannya yang sudah sepi. Hari ini memang ketua divisinya sedang rapat dengan top manager. Jadi, Suga memiliki waktu free mengingat dia sudah selesai menyusun laporan distrik produksi tempat dia bertanggung jawab.

"Gue baru mau berangkat. Lo ke Grand Metropolitan Mall aja, Jek. Gue udah reserved tempat atas nama gue di Double U."

"Mantepssss!!! Tahu aja gue lagi ngidam steak. Okesip, ditunggu ya. Mumpung nggak macet-macet amat."

Suga segera memutuskan panggilan dan mengambil tas kerjanya. Cowok tersebut segera berlalu keluar gedung dan menuju parkiran pegawai. Dia segera menaiki mobil Nissan March berwarna hitam miliknya. Suga memang sudah membeli mobil, itu pun uang mukanya masih dibantu oleh Bapak Adi.

Suga segera melesatkan mobilnya menuju salah satu mal di daerah Bekasi tersebut. Selama di dalam mobil, berulang kali Suga berusaha menenangkan hatinya. Tadi dia sempat ingin membuat catatan kecil, kata Terra itu namanya metode ekstemporan. Tapi, langsung ditolak Suga mentah-mentah. Memangnya Suga mau memberikan pidato kemenangan atas hati Wendy?

Pidatonya nanti saja kalau sudah resmi duduk di pelaminan. Anjay.

"Kak!!!" Suara cempreng Yeriana menjadi hal pertama yang menyambut Suga ketika dia masuk ke dalam restoran.

Suga segera melambaikan tangannya dan duduk bergabung bersama mereka. "Nggak ada kegiatan di kampus hari Sabtu, Yeriana?" tanya Suga.

Yeriana menggeleng pelan dan menatap Suga. "Sebenarnya ada acara kader maba buat masuk unit band. Tapi gue lagi nggak nugas, Kak Jeka juga izin sama Kak Deka."

Suga mengangguk paham dan memeriksa menu makanan. "Kalian udah pesan?" tanyanya. Yeriana dan Jeka kompak mengangguk. Suga segera memesan makanan untuk dirinya. Lalu, Wendy yang tadi tidak terlihat akhirnya muncul dari arah toilet. "Kenapa, Dy? Mabuk darat?" tanya Suga basa-basi.

Wendy menggeleng dan duduk di kursinya.

"Baikin penampilan, Kak. Kan mau ketemu sama Kak Busung..." celetuk Yeriana yang langsung mendapat jitakan dari Jeka. Yeriana cuma meringis dan menatap tajam Jeka.

Suga terkekeh, sedangkan Wendy sudah menahan rona karena wajahnya tiba-tiba saja terasa panas. Mereka melakukan obrolan ringan seputar perkuliahan Yeriana dan Jeka. Untung ada mereka berdua, jadi setidaknya Suga dan Wendy tidak terlalu kaku untuk memulai percakapan.

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang