19 | Halo, Ini Suga!

2.5K 493 123
                                    

Halo, ini Suga!

Suga Adipati yang sombong karena merasa udah sanggup untuk menikah.

Teman-teman kuliah gue sering bertanya kenapa gue memilih menikah cepat daripada sukses dulu, punya posisi penting di tempat kerja, dan bahagiakan orang tua gue?

Kenapa harus ditunda-tunda kalau dirasa gue udah sanggup, iya, nggak?

Sukses dulu? Gue udah kerja dan gue sanggup membiayai hidup gue sendiri. Dan sekarang, gue udah sampai titik di mana gue tergerak untuk menyukseskan batin gue.

Ketika lahiriah gue udah merasa tersukseskan dengan kerja oke, mobil ada, fisik sehat, rumah hampir jadi, dan kehidupan material merasa tercukupi. Masa, kebutuhan batin gue nggak tersukseskan juga?

Kebahagiaan batin juga harus terasa lengkap, karena di dalam diri setiap cowok pasti punya rasa ingin bertanggung jawab yang besar. Dan menurut gue, menikah adalah salah satu solusinya.

Terus, masalah posisi penting di tempat kerja. Kita nggak tahu ke depannya akan bagaimana. Bisa aja, perusahaan tempat gue bekerja sekarang ke depannya kena masalah, terus mengadakan PHK besar-besaran.

Bisa aja, ke depannya gue merasa bosan hidup sendiri, nggak ada sumber dukungan selain teman dan keluarga gue, terus gue malas-malasan dan berakhir kena demosi alias penurunan jabatan, atau lebih buruk lagi tunjangan gue dipotong.

Kesuksesan material itu ada prosesnya. Untuk menjalani proses itu ada faktor-faktor pendukung baik internal maupun eksternal. Balik lagi, ketika kepuasan lahir batin gue terpenuhi, bukankah gue akan lebih bergairah menjalani hidup?

Termasuk melakukan pekerjaan gue. Gue ditantang untuk jadi lebih baik, lebih giat, dan lebih mumpuni lagi. And the end, siapa tahu jabatan yang penting itu bisa gue capai. Nggak harus menunda nikah dulu, kan?

Dan terakhir, membuat keluarga gue bahagia.

Gue udah bilang ke Wendy, orangtua gue justru merasa bahagia ketika anak-anaknya bahagia dan sukses. Dan parameter yang orangtua gue pakai adalah di mana mereka bisa mendidik gue untuk mandiri, berbagi pengalaman mereka sebagai pasangan dan juga sebagai orangtua.

Gimana mereka bisa mencapai itu kalau gue nggak nikah? Masa, bokap gue cerita malam pertama ke gue, tapi gue-nya aja masih belum ada rencana mau nikah? Masa, nyokap gue cerita cara mengurus anak ke Wendy padahal gue belum menentukan Wendy itu calon istri gue? Nggak logis dong, alasannya nggak ada.

Intinya, gue udah memutuskan dengan bulat dari jauh-jauh hari. Jujur aja, rencana ini udah menjadi salah satu biggest goal di hidup gue. Gue merasa udah menemukan seseorang yang bisa membuat gue mencapai gol tersebut. So, why not?

Udah banyak gaya ya gue sok pakai Bahasa Inggris.

Halo, ini Suga!

Suga Adipati yang memilih Ananda Wendy Putri Pratiwi.

Kenapa harus Wendy?

Karena gue maunya Wendy. Gimana, dong?

Pernah waktu itu Mino nanya di grup. "Menurut gue, seandainya lo nggak satu tim skripsi sama Wendy, kejadiannya nggak bakal gini, deh, Ga."

Terus, gue jawab gini. "Berarti ini bukan kebetulan semata. Ini udah direncanakan. Kalau enggak, ya kayak yang lo bilang. Gue nggak akan satu tim skripsi sama Wendy, terus gue nggak akan bisa mengenal jauh sosok Wendy. Jadi, kenapa harus lo yang ribet. Berarti ini udah direncanakan untuk gue dan Wendy disatukan dalam satu benang merah."

Dan itu adalah balasan terpanjang gue di dalam chat selama hidup gue.

Halo, ini Suga!

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang