17 | Keresahan Wendy

2.2K 503 51
                                        

"Wen, temenin aku makan di kantin, yuk. Kamu bawa bekal, kan?" tanya Suzy, salah satu analis di laboratorium kosmetika hipoalergenik.

Wendy yang masih membuka jaslab dan safety segera menoleh ke arah Suzy dan mengangguk. "Duluan aja, Zy. Aku ambil bekal di loker dulu," ucapnya.

Suzy mengangguk dan berjalan meninggalkan Wendy di ruang ganti. Wendy segera melepas kuciran rambutnya dan merapikan sedikit surai panjangnya itu. Dia bercermin sebentar sambil tangannya memegang rambut.

"Kalau gue hijaban, gue nggak bisa gonta-ganti warna rambut lagi, dong?" gumamnya pada diri sendiri.

Wendy mendesah pelan dan duduk di atas bangku. Gara-gara hadiah dari Suga, Wendy jadi terus terpikirkan tentang rencananya untuk berhijab, ditambah dengan isi surat Suga. Bukannya Wendy menolak, hanya saja Wendy takut kalau hatinya belum mantap.

"Hubungin Mama aja kali ya?" ucapnya. "Eh, jangan deh..." Wendy terdiam dan mulai melihat-lihat kontak teman-temannya di ponsel. Sekiranya siapa teman yang bisa Wendy jadikan tempat untuk bertanya atau sekadar meminta pendapat. "Oh, iya! Kok gue lupa." Wendy menepuk keningnya pelan. "Kan ada Ustad Mustafa Terra Hamdani. Duh, tanya ke dia apa aja, ya?"

Wendy segera menghubungi Terra, meminta cowok tersebut meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Wendy sepulang kerja nanti.

Setelah Terra menyetujui ajakan Wendy, cewek itu segera berlalu ke kantin sambil membawa kotak bekal makan siangnya. Dia tidak enak kalau harus membuat Suzy menunggu lama.

***

"Assalamualaikum!!"

"Waalikumsalam ya akhi ya ukhti, luar biasa sekali Terra...." Wendy berdiri dari duduknya dan menyambut cowok tersebut. "Apa kabar, Pak Ustad?" ucapnya.

Terra terkekeh pelan menatap Wendy. "Alhamdulillah. Pak Ustad opo toh, Wen. Calon ayah baru bener," ucapnya tersipu.

"Waduh! Istri lo udah ngisi, Ter?" tanya Wendy dengan wajah berbinar. Bahkan, dia sampai mengatupkan tangannya senang. "Hngg... Perasaan nikahnya kelar sidang kemarin. Nggak terasa banget. Masih baru kan, ya?"

"Ya iyalah baru. Mosok udah belendung enam bulan, emang gue cowok apaan. Astaghfirullah," ucap Terra lagi yang mengundang gelak tawa Wendy.

"Duh, minggu depan deh ya gue ajak Maura, Ezy, sama Luna ke rumah lo. Lo sih pindahnya ke Kopo, jauh banget. Mana sempatlah gue mau mampir main," ucapnya lagi.

Terra tertawa diselingi senyuman dari bibir cowok yang sekarang bekerja di salah satu perusahaan vaksin tersebut. "Ya gimana, rumah mertua gue di Kopo. Kasihan juga istri kalau gue tinggal sendirian kerja."

Wendy mengangguk-angguk mendengar ucapan Terra. "Eh, pesen minuman sok. Gue yang bayarin buat calon ayah super."

Terra mengangguk dan langsung mengambil menu kafe tersebut. Setelah memesan, cowok itu kembali berbicara. "Mau ngomongin apa, Wen? Tumben nggak lewat chat aja, kayaknya serius ini."

Wendy segera memperbaiki posisi duduknya senyaman mungkin dan memulai percakapan inti mereka. "Ter, lo ada kontakan sama Suga nggak selama dia kerja di Bekasi?" tanyanya.

"Lumayan. Hobi suka bacot di grup gue, Suga, Brian, sama Mino. Jadi, Suga sering muncul juga. Kenapa Wen?" tanya Terra penasaran.

"Ngg.. Dia ada curhat-curhat gitu, nggak? Atau cerita sesuatu yang serius gitu?"

Terra tertawa, membuat Wendy bingung dengan alasan mengapa cowok tersebut tertawa. "Di grup dia nggak cerita. Tapi waktu dia ke Bandung, dia mampir ke Kopo ketemu gue."

SWAGGY & WITTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang