CHAPTER 1 - "Don't disturb"

4.5K 162 0
                                    

Rumah Sakit Lincoln, merupakan salah satu Rumah Sakit terbesar yang ada di Kota New York. Rumah Sakit yang di dirikan oleh keluarga Lincoln. Arthur Revano Lincoln merupakan satu-satunya pewaris harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Lincoln, yang memang kebetulan dirinya juga berprofesi sebagai Dokter muda yang terkenal sangat tampan, dan memiliki sifat yang dingin terutama terhadap wanita.

"Ah rupanya kau masih disini, ini sudah masuk jam makan siang Arthur. Aku kira kau kau sudah lebih dulu pergi untuk mengisi perutmu yang sejak tadi pagi kau abaikan karena mengurusi pasienmu."

Pria yang berumur sebaya dengan Arthur itu terus saja berceloteh jika bertemu dengan sahabatnya.

"Darian, kau ini selalu saja mengagetkanku. Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu." Ucap Arthur dengan nada kesal karena kebiasaan sahabatnya ini.

"Hey kenapa kau jadi memarahiku seperti itu. Oke baiklah, aku minta maaf karena telah membuatmu terkejut. Aku kesini ingin mengajakmu makan siang bersama, Arthur. Ayolah. " ajak Darian.

Sahabatnya yang satu ini memang sangat bawel sekali. Berbeda dengan Arthut yang irit sekali dalam berbicara.

"Aku sedang banyak pasien, Darian. Kau sendiri saja." Tolak Arthur dengan cepat.

"Tinggalkan dulu semua pekerjaanmu itu, kau ini juga manusia Atrhur. Kau juga butuh makan. Apa kau tidak memikirkan dirimu sendiri?"

Darian tak henti-hentinya membujuk sahabatnya yang keras kepala itu agar mau pergi makan siang bersama dengannya.

"Arthur sayangggg.."

Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing lagi ditelinga Arthur. Suara itu terdengar diluar ruangan kerjanya, sepertinya ia sedang menuju kesini. Arthur sangat membenci suara itu.

"Oh shit!" Umpat Arthur yang kesal mendengar suara wanita yang sama sekali tak ingin didengarnya.

"Kurasa kau akan berubah pikiran, Arthur." Ucap Darian yang sedang menahan tawanya karena melihat ekspresi Arthur.

Suara langkah kaki itu semakin dekat, dan tak lama kemudian pintu ruang kerja Arthur terbuka.

"Selamat siang Baby, aku sangat merindukanmu." Wanita itu langsung memeluk Arthur. Membuat Arthur merasa tidak nyaman dengan perlakuannya.

"Aku kesini ingin mengajakmu makan siang bersamaku, kau mau kan? Aku tahu kau pasti melupakan makan siangmu." Lanjut wanita itu sambil memeluk lengan Arthur.

"Lepaskan tanganku Bianca." Arthur mencoba melepaskan pelukan yang dilakukan oleh Bianca.

"Arthur kenapa kau selalu bersikap dingin seperti ini kepadaku. Aku ini menyukaimu Arthur, kenapa kau tidak pernah mengerti perasaanku." Ucap Bianca berharap Arthur bisa membuka hati untuknya.

Melihat interaksi dua orang didepannya, Darian hanya bisa menutup mulutnya yang sedang berusaha menahan tawanya agar tidak terdengar oleh wanita itu.

Akan tetapi wanita itu kini telah menyadari apa yang sedang Darian lakukan. Wanita itu melihat Darian yang sedang cekikikan karena menertawakannya.

"Kau sedang menertawakanku? Hah?!" Wanita itu marah karena merasa diremehkan.

"Ah.. aku..?tidak. Aku hanya--" ucapan Darian terpotong karena akhirnya Arthur mulai berbicara. Dia mulai muak dengan semua ini.

"Sebaiknya kau pergi Bianca, aku sudah berencana untuk makan siang bersama Darian."

Arthur berbicara tanpa melihat wanita itu. Ia langsung pergi meninggalkan kedua orang yang masih belum sadar dengan apa yang ia katakan.

"Hmm sepertinya kau sudah mendengarnya kan? Lebih baik kau pergi, wanita penggoda.." ucap Darian.

Setelah berkata seperti itu, Darian langsung pergi menyusul Arthur yang sudah lebih dulu meninggalkan ruangannya. Darian tidak mau wanita itu nantinya akan mencakar- cakar tubuhnya setelah mendengar apa yang baru saja ia ucapkan.

Wanita itu menghentak hentakkan kakinya karena kesal dengan perlakuan Arthur dan tentu saja karena Darian menyebutnya sebagai wanita penggoda.

"AKU AKAN MEMBUATMU JATUH CINTA PADAKU ARTHUR!!!" Teriakan Bianca terdengar dari kejauhan.

Darian yang mendengarnya hanya bisa tertawa, sedangkan Arthur hanya cuek saja dengan wajah dinginnya.

"Kurasa ucapanku benar, kau pasti akan berubah pikiran." Darian masih belum bisa menghentikan tawanya yang sejak tadi ia tahan.

"Lebih baik aku pergi makan siang denganmu daripada harus bersama wanita jalang itu." Ucap Arthur yang makin mempercepat langkahnya.

"Kau harusnya berterimakasih padaku karena aku telah menyelamatkanmu dari godaan wanita jalang itu."

"Ya ya ya, kau selalu menolongku saat wanita jalang itu mencoba menggodaku. Sepertinya kau cocok dengannya, Darian."
Kata-kata yang diucapkan Arthur membuat Darian menhentikan tawa dan langkahnya. Ia masih berpikir apa maksud dari ucapan sahabatnya itu.

"Hey sepertinya yang kau katakan ada benarnya juga. Bianca lumayan cantik dan sangat seksi, aku jadi ingin mendekatinya kalau kau tidak mau dengannya."

Arthur pun terkejut dengan respon Darian mengenai ucapannya.

"Oh Darian, apa kau sudah gilaingin mendekati wanita seperti dia? Aku mengerti kau sudah lama melajang tapi setidaknya kau tidak boleh menyerah dan akhirnya menikahi wanita penggoda itu."

Arthur berusaha meledek sahabatnya yang memang sudah lama melajang seperti dirinya.

"Wow aku tidak menyangka kalau kau diam-diam sangat memperhatikanku." Darian menyenggol lengan sahabatnya itu sambil memasang senyum yang sulit diartikan.

"Tolong berhenti memberikanku senyuman seperti itu, aku sampai mengira kaalau kau hampir menyukaiku." Ucap Arthur yang merasa geli melihat tatapan yang diberikan oleh Darian. Ia pun pergi mendahului sahabatnya yang masih diam saja disana.

"WHAT?! Ah Arthur ayolah aku ini masih normal, lagipula aku hanya ingin meledekmu sedikit saja."

Darian berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah Arthur yang kini mulai terlihat jauh dari posisinya berdiri.

**

Jangan lupa untuk Vote dan Comment!
Thankyou.😊

9 Juni 2017

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang