Prolog 1.2

4.4K 184 1
                                    

Kini disinilah ia berada, ditempat peristirahatan terakhir wanita yang dicintainya. Apa yang ditakutkan nya sekarang telah terjadi, yaitu kehilangan. Kehilangan sesorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Aku sungguh menyesal telah mengizinkan nya keluar rumah hanya untuk menemuimu waktu itu."

Suara tersebut tentu saja membuat Arthur merasa terkejut.

"Evan, aku pun benar-benar menyesal telah merencanakan semua ini." Ucap Arthur mencoba untuk meyakinkan Evan, kakak dari wanitanya. Bahwa ia benar-benar menyesal sekarang.

"Untuk apa kau menyesalinya? Memangnya kau pikir dengan rasa menyesalmu itu akan membuat adikku hidup kembali? Hah?!"

Ucapan yang dilontarkan Evan membuatnya semakin ingin membunuh dirinya sendiri, ia hanya bisa meremas rambutnya dengan kesal karena merasa benci pada apa yang pernah ia lakukan.

"Aku tidak menyangka bahwa orang yang selama ini aku percayai ternyata malah menjadi penyebab dari kematian adikku sendiri." Ucap Evan dengan tenang namun terdengar sangat menyakitkan ditelinga Arthur.

"Aku mohon berhenti menyalahkanku Van, aku tahu aku salah. Aku bodoh telah menyuruhnya datang ke restaurant itu hanya untuk memberikan sedikit kejutan untuknya." Tutur Arthur, sambil terus saja menutupi wajahnya yang sedang berusaha menahan tangis.

"Berhenti menyalahkanmu kau bilang? Kau telah membutakan mata serta hati adikku! Ia rela menemuimu ke Restaurant itu malam-malam tanpa memikirkan dirinya sendiri yang memang sedang tidak sehat pada waktu itu. Aku sudah berusaha memcegahnya agar tidak pergi sendiri, tapi dia malah tetap memilih untuk pergi seorang diri! Hanya demi kau katanya."

Evan terlihat mulai mengeluarkan seluruh amarahnya, tak hanya itu.

"Tapi sekarang, apa yang diterimanya? Kejutan kan? Kejutan bahwa kau tidak akan pernah melihatnya lagi walau di dalam mimpi sekalipun!" Ucap Evan dengan nada yang mulai terdengar keras dan membentak.

"Pergilah dari sini. Aku tidak mau melihat wajah penyesalan dari pria yang telah membunuh adikku." Pinta Evan.

Arthur berusaha untuk tetap tidak mengeluarkan emosinya, ia sadar bahwa semua ini memang salahnya. Kemudian Arthur pun mulai bangkit dari posisinya yang semula berjongkok.

"Aku mohon maafkan aku, aku tidak tahu kalau ternyata Tuhan sangat membenciku. Tuhan telah mengambilnya dariku, dia yang sangat aku cintai." Ucap Arthur yang sedari tadi hanya diam.

Setelah meminta maaf kepada Evan, Arthur langsung pergi meninggalkan pemakaman.

'Mungkin sekarang kau memang sudah pergi, tapi aku yakin hatimu masih disini. Kurasa tak ada yang bisa menggantikanmu Ev. Kalaupun ada, aku yakin pasti aku sangat beruntung karena telah menemukan seseorang yang mau menerima pembunuh sepertiku.'

.
.
.
.
.
.
.

HALOOOO

SELAMAT DATANG DI CERITA PERTAMAKU, AKU HARAP KALIAN SUKA SAMA CERITA INI YAAA.

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT CERITA INI. KARENA VOMMENT KALIAN YANG BIKIN AKU SEMAKIN SEMANGAT BUAT MELANJUTKAN CERITANYA😊

Oh iya kalau ada kesalahan mohon dimaafkan ya, soalnya aku juga masih belajar😂 hehe

6 Juni 2017


You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang