CHAPTER 11 - Tak tahu diri

2.1K 95 0
                                    

DOUBLE UPDATE.

HAPPY READING❤

-------

Sekarang Arthur dan Nancy sudah berada di Fifth Avenue yang terletak di Manhattan, New York. Arthur hanya mengikuti kemana ibunya melangkah, karena memang hanya itu yang bisa dilakukannya. Ia pun tidak berniat untuk berkomentar yang macam-macam, bisa-bisa nanti ibunya akan merajuk lagi.

"Menurutmu aku lebih cocok memakai yang ini atau yang ini?" Tanya Nancy.

Tangan kanannya memegang sebuah tas Prada berwarna hitam, sedangkan di tangan kirinya memegang tas Chanel berwarna Cream.

Arthur mengamati kedua tas tersebut, ia tidak begitu mahir dalam memilih barang yang berkaitan dengan wanita.

"Hmm karena aku suka warna hitam jadi aku memilih yang ini." Ucap Arthur sambil menunjuk tas Prada berwarna hitam yang ada ditangan kanan Nancy.

"Arthur, Mrs Lincoln." Seorang wanita tiba-tiba menghampiri Arthur dan Nancy.

Arthur dan Nancy melihat wanita yang memanggil mereka tadi. Ternyata wanita itu adalah Bianca, Arthur sangat malas melihatnya.

"Sudah lama aku tidak bertemu denganmu." Ucap Bianca yang langsung memeluk Arthur seenaknya.

Nancy menghela napas kasar, kemudian berdehem. "Ehemmm."

Bianca pun melepaskan pelukannya, lalu tersenyum kepada Nancy.

"Maafkan aku Mrs Lincoln, aku sangat merindukan anakmu." Ucap Bianca yang tersenyum kikuk.

"Bagaimana kabarmu Mrs Lincoln?" Bianca mulai berbasa-basi.

"Aku baik." Jawab Nancy yang memberikan senyum palsunya.

"Aku dengar tadi kau menanyakan pendapat tentang tas-tas ini pada Arthur. Menurutku lebih bagus yang ini, karena ini adalah keluaran terbaru dan juga yang paling mahal." Bianca menunjuk tas Chanel yang berwarna Cream. Ia tersenyum bangga setelah mengeluarkan pendapatnya.

"Oh ya? Tapi sayangnya aku lebih percaya pada pendapat anakku dibanding dirimu."  Ucap Nancy masih dengan senyum palsunya.

Bianca membulatkan matanya, sedangkan Arthur tertawa secara diam-diam.

Kemudian Nancy memanggil seorang penjaga toko yang berada disitu.

"Aku ambil yang ini." Ia pun memberikan tas Prada berwarna hitam itu kepada penjaga toko.

Setelah selesai membayar tas tersebut, penjaga toko tadi kembali memberikan tas yang sudah dikemas kepada Nancy.

"Ayo Arthur, kita pergi dari sini." Nancy menggandeng tangan Arthur.

"Em tunggu sebentar Arthur, Mrs Lincoln. Aku ingin mengajak kalian makan siang bersama. Bagaimana?" Tanya Bianca.

"Aku---" ketika Arthur ingin menjawab, Nancy memotongnya.

"Maaf sekali Bianca, tapi aku dan Arthur harus pulang karena aku ingin memasak makanan favorit suamiku." Jawab Nancy.

"Oh begitu ya, tidak apa-apa Mrs Lincoln mungkin lain kali saja." Bianca tersenyum kikuk.

"Kalau begitu aku duluan." Ucap Nancy kepada Bianca.

Setelah berjalan cukup jauh dari Bianca, Arthur mulai mengeluarkan suaranya.

"Mom apa itu tidak terlalu kejam?" Tanya Arthur.

"Kejam apanya?" Nancy tidak mengerti maksud anaknya.

"Perlakuanmu kepada Bianca." Arthur memutar bola matanya.

"Itu sama sekali bukan apa-apa Arthur, aku hanya menunjukkan ketidaksukaanku padanya secara halus. Dan aku berharap dia mengerti."  Tutur Nancy.

"Wanita seperti dia tidak mungkin menyerah secepat itu Mom." Seru Arthur.

"Ya, aku tahu itu. Dia memang tidak tahu diri."

Arthur hanya tertawa kecil, ia tidak berani menyanggah ucapan ibunya karena semua dikatakan Nancy memang benar.

------

Nancy pun menyudahi acara berbelanjanya karena mood nya sudah terlanjur rusak akibat bertemu dengan Bianca. Akhirnya mereka pun memutuskan kembali ke mobil.

"Benar tidak ingin belanja lagi?" Tanya Arthur ketika sampai di dalam mobil.

"Iya, tapi sebelum pulang aku ingin mampir ke toko majalah sebentar." Jawab Nancy.

"Siap Mrs Lincoln." Ucap Arthur sambil tersenyum jahil pada ibunya.

Nancy memutar bola matanya tanpa menanggapi ucapan Arthur.

Selama di perjalanan Nancy hanya menatap keluar kaca, suasana begitu hening karena tidak ada yang membuka suara. Tiba-tiba ponsel Nancy berbunyi.

Ia tersenyum ketika melihat nama si pemanggil. Nancy langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Halo Darling." Ucap seseorang diseberang telepon.

Siapa lagi kalau bukan Harry, suaminya.

Arthur yang mendengar suara ditelepon langsung menengokkan kepalanya.

"Iya, Halo." Jawab Nancy sedikit malas.

Padahal ketika melihat nama si pemanggil ia tersenyum seakan bahagia, tapi ketika sudah mengangkat telepon nya ia malah bermalas-malasan untuk menjawabnya.

Ia seperti itu hanya karena ingin mencari perhatian terhadap pasangannya, Terkadang wanita memang seperti itu bukan?

"Hey kau ini kau kenapa? Apa kau tidak merindukanku?" Tanya Harry.

"Aku hanya sedang Badmood." Jawab Nancy.

Harry tertawa mendengar jawaban istrinya.

"Badmood? Bahasamu seperti anak muda saja." Ucap Harry.

"Apa kau sedang mengatakan kalau aku ini sudah tua?" Nancy mendengus kesal.

"Aku tidak bilang begitu. Tapi walaupun kau sudah tua cintaku padamu tidak akan pernah berkurang." Ucap Harry.

Nancy tidak bisa menahan senyumnya. Arthur yang menyadari perubahan wajah Nancy pun akhirnya berbicara.

"Dad, sepertinya sekarang Mom sudah tidak Badmood lagi." Teriak Arthur.

Ia sengaja berteriak agar ayahnya di telepon bisa mendengar ucapannya.

Harry tertawa mendengar ucapan Arthur. Membuat Nancy jadi malu, akhirnya ia pun mencubit lengan anaknya.

"Aww ampun Mom." Rintih Arthur.

"Jadi kapan kau pulang?" Tanya Nancy pada Harry.

"Aku sedang dalam perjalanan, mungkin dua jam lagi sampai." Jawab Harry.

"Baiklah, aku tunggu kau dirumah. Sampai jumpa Honey." Ucap Nancy.

"Sampai jumpa Darling." Balas Harry. Kemudian langsung memutuskan panggilan.

Nancy jadi senyum-senyum sendiri, ia merasa seperti anak ABG yang baru jatuh cinta sekarang.

"Sudah jangan senyum-senyum seperti itu, jadi tidak ke toko majalah?" Tanya Arthur.

"Tentu saja." Jawab Nancy.

****

Sabar, ini masih banyak manis-manisnya.
Sebelum nanti nangis nangis,  jadi aku kasih yang manis manis dulu. Hehe

JANGAN LUPA VOTE!!!

17 Juli 2017

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang