CHAPTER 17 - Drop

2.3K 93 1
                                    

Sepanjang perjalanan di taksi, pikiran Alice dipenuhi dengan segala pertanyaan. Rasanya ia ingin segera kembali ke Rumah sakit untuk menemui Dokter itu. Tapi hatinya menahan keras agar tidak kembali kesana. Ia masih malas sekali bertemu dengan Dokter itu, karena kejadian terakhir kali ia bertemu dengannya, ia dipermalukan secara tidak langsung oleh Arthur.

Alice tidak langsung pulang ke Apartemen nya karena merasa kesepian, padahal dari dulu pun ia selalu sendiri. Ia jadi sering pergi ke Apartemen Viona akhir-akhir ini. Walaupun dalam hatinya merasa tidak enak karena merasa merepotkan sahabatnya sendiri.

Sesampainya di Apartemen Viona, Alice langsung menjatuhkan dirinya dikasur. Memejamkan matanya sebentar, untuk menghilangkan segala pikiran yang tadi memenuhi otaknya. Sedangkan Viona lebih memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

"Kau jangan langsung tidur. Lebih baik kau membuatkan makanan untuk makan malam kita nanti. Aku mandi terlebih dahulu, setelah itu baru kau. Masak yang lezat ya anak manis." Perintah Viona sambil menepuk pelan pipi Alice setelah itu berlalu ke kamar mandi.

"Iya, Nyonya besar." Ucap Alice. Ia memutar bola matanya mendengar semua yang dikatakan Viona.

Bukannya malah mengerjakan apa yang diperintahkan 'nyonya besar' itu tapi ia malah menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia benar-benar anak manis bukan?

"Aku tahu kau masih tetap disana, Alice!" Teriak Viona dari dalam kamar mandi.

Entah bagaimana Viona bisa mengetahui itu, mungkin setelah beberapa hari Alice sering menginap dirumahnya dan ini pula yang sering dilakukannya.

Alice langsung membuka kembali selimut yang menutupi seluruh badannya kemudian bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

"Ya, ya baiklah." Sahut Alice dengan malas.

Dapur Apartemen Viona tidak terlalu besar, Viona tidak terlalu suka memasak jadi ini pun termasuk alasan kenapa dia membeli Apartemen ini. Dapur yang kecil dengan kamar yang lebih besar.  Tapi setidaknya walaupun anak itu tidak terlalu suka memasak, ia mempunyai beberapa alat dan bahan penting yang biasa digunakan sehari-hari.

Ia membuka kulkas, Alice sedikit terkejut melihat betapa banyaknya persediaan makanan instan yang terdapat di kulkas, tak hanya dikulkas tetapi juga di lemari tempat penyimpanan makanan. Walaupun akhir-akhir ini Alice sering menginap di Apartemen Viona, tetapi baru hari ini Alice makan bersama dan memasak disana. Karena dari kemarin ia dan Viona lebih memilih makan diluar dan di Rumah Sakit.

"Apa mereka tidak bosan jika memakan makanan instan ini setiap hari?" Tanya Alice entah pada siapa.

Akhirnya ia pun membuatkan makanan yang biasa dibuatnya di Apartemen. Praktis namun sehat, itu prinsipnya.

"Aku kira kau benar-benar tidur." Suara Viona mengejutkan Alice yang tengah meracik bumbu.

"Kenapa? Kau masih teringat dengan Dokter itu?" Ledek Viona.

Alice pun memberikan tatapan tajam ke arah sahabatnya.

"Tadi kau menyuruhku membuatkan makanan bukan? Lagipula bukan pada Dokter itu, tapi pada kalungku." Tegas Alice.

"Memikirkan kalung itu sama saja kau memikirkannya juga, karena itu saling berhubungan." Ucap Viona.

Ia juga membantu Alice merapikan makanan yang hampir matang, walaupun sebenarnya ia sedikit malas untuk menyentuh barang-barang itu.

"Tidak usah berpura-pura ingin membantuku Viona. Aku tahu kau tidak suka melakukannya." Ucap Alice.

Makanan sudah tertata rapi dimeja, ia juga  tidak lupa membuatkan makanan untuk Lucia jika ia pulang nanti.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang